Bulan Ramadan Waktu tepat Melatih Niat Ksatria (2)
Beberapa Bentuk Hijrah
Pada saat detik-detik ajal akan menjemput kita akan ditanya fima kuntum?, Kamu sebelumnya sudah berbuat apa? Ketika kita menjawab bahwa kita adalah kelompok mustadafin, orang yang lemah ekonomi, tidak mampu dan tertindas, disitu akan ditanya mengapa tidak hijrah? Mengapa hanya berdiam diri.
Dalam tulisan pertama sudah disebutkan bahwa semua manusia memiliki masalah mereka sendiri-sendiri, dan untuk itu bentuk hijrah dari masing-masing mereka juga berbeda-beda. Fima kuntum disini jelas sesuai dengan kondisi masing-masing. Sesuai kapasitas masing-masing, jadi ada yang perlu hijrah secara fisik pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu lingkungan ke lingkungan lain, dari satu komunitas ke komunitas lain, ada juga yang perlu hijrah secara rohani saja, hijrah dari satu karakter akhlak buruk kepada akhlak mulia, hijrah dari mementingkan diri sendiri dan keluarga ke mementingakan kepentingan masyarakat umum dll.
Hijrah Rohani
Hijrah untuk membela mustadafin.
Masyarakat Palestina dengan penjajahan puluhan tahun Israel sampai sekarang mereka tetap tegar. Mereka tetap kuat, ribuan syuhada sudah berkorban demi menjaga harga diri alquds al muqadasah. Pemuda-pemuda disana jarang yang berkeinginan untuk pergi keluar negeri untuk bisa hidup nyaman tanpa teror. Mereka bertahan di Gaza demi membela kaum tertindas, mereka belajar dengan kondisi yang sangat tidak nyaman. Hari ini bisa pergi ke sekolah bisa jadi besok sekolah itu sudah hancur dihantam bom-bom kiriman Israel. Masyarakat Palestina adalah kaum mustadafin yang dizalimi pihak adikuasa, mereka sudah berteriak menembus hati-hati setiap muslim di Dunia, meminta tolong agar kekejaan Israel dihentikan. Sudah banyak korban berjatuhan, banyak pemuda dan orang tua ditahan di sel-sel tidak manusiawi. Masyarakat Palestina telah melakukan hijrah rohani, dengan mengedepankan kepentingan masyarakat dibanding kepentingan pribadi dan keluarga.
Hijrah Fisik
Orang-orang yang sudah belajar dan memiliki karir di luar Negeri dengan semua kemapanan yang sudah dimiliki untuk bisa pulang ke negaranya yang masih banyak kekurangan itu juga bentuk hijrah, hijrah pengabdian. Beberapa orang indonesia yang berprestasi setelah mereka selesai belajar di Amerika, di Eropa, di Jerman, atau Negara maju lain takut pulang ke Indonesia, beberapa dari mereka menjawab kalau saya pulang, di Indonesia tidak ada yang menghargai saya secara profesional. Sementara ada juga dari mereka yang pulang ke Indonesia tapi hasil kerjanya dibayar oleh orang-orang dari negara lain, bekerja cerdas memanfaatkan teknologi secara lebih maksimal.
Kita memiliki banyak orang pintar di dunia akademis, tapi mereka memilih tinggal di Eropa, Amerika, Australia, Singapura, Rusia atau belahan bumi yang lain. Padahal Indonesia butuh mereka, jika mereka pulang banyak permasalahan dinegri ini akan terpecahkan, dengan kreatifitas dan kolaborasi orang-orang cerdas Indonesia ini, Negara ini akan lebih maju.
Beberapa orang pintar berdiam diri di kota-kota besar, sementara orang-orang di kampung kelahiran mereka memiliki ribuan permasalahan, butuh solusi cerdas, butuh otak-otak profesor, butuh otak para cendekia. Jika mereka berani hijrah maka dunia akan memiliki wajah yang berbeda.
Ide untuk mengimpor guru-guru sebenarnya tidak diperlukan, banyak metode cerdas sudah ditemukan oleh orang Indonesia sendiri, ditemukan disini di Indonesia. Cukup hijrah dari metode lama dan tradisional dengan metode terbarukan, penetapan tujuan secara lebih tepat, perencanaan pendidikan yang lebih teratur, tidak merubah kurikulum tapi menjalan kurikulum secara lebih serius dan dipantau sampai ke akar rumput.
Hijrah dalam perdagangan
Hijrah dalam perdagangan tentu bukan sekadar perpindahan dari satu kota atau daerah ke kota lain hanya untuk mencari peluang perdagangan. Alasan kepergian dia dari kota itu ke kota lain yang lebih utama, misalnya demi menaikkan keadaan ekonomi sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga, sebab selama ini dia belum mampu mencukupi kebutuhan itu. Dia harus menahan rindu tidak melihat anak-anaknya untuk beberapa lama namun dia harus bertahan.
Hijrah Untuk membantu
Hijrah ini dilakukan demi bisa membantu orang, jadi sebenarnya dia tidak hidup kekurangan tapi dia tahu ada kaum yang butuh pertolongan. Ini seperti yang dilakukan Zulkarnain, orang shaleh yang membantu menolong sekelompok masyarakat dari gangguan ya’juj dan Ma’juj. Membuatkan mereka tembok yang membatasi masyarakat itu dari ya’juj dan Ma’juj. Tembok yang konon dibuat dari besi dan bahan khusus lainnya sehingga kuat dan tidak bisa diterobos oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu makhluk yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”[1]
Mahasiswa pergi KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Mahasiswa yang pergi ke tempat-tempat terpelosok, kawasan pinggiran, mempelajari kondisi geografis maupun sosial kemasyarakatan disana, mencari dan meneliti potensi yang dimiliki kawasan itu serta menggunakannya sebagai solusi atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Ini juga termasuk salah satu contoh hijrah. Memberikan pertolongan kepada masyarakat sebagaimana yang sudah dilakukan Zulkarnain dan akhirnya diabadikan dalam ayat-ayat suci alQuran untuk dijadikan teladan bagi masyarakat selanjutnya.
Sekali lagi masing-masing manusia memiliki tantangan khusus yang harus dilewati dan melakukan hijrah dengan melewatinya. Sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing juga sesuai kondisi lingkungan yang dimiliki, jadi hijrah masing-masing orang tidak selalu sama. Kedua ketika sudah berhasil hijrah dalam satu hal bisa jadi ada hal lain yang juga harus hijrah, keberhasilan seseorang melakukan hijrah adalah langkah menuju kesuksesan batin, pendewasaan rohani secara lebih matang, dan ketika ditanya fima kuntum, kita sudah melakukan sesuatu tidak hanya berdiam diri.
CATATAN:
[1] AlKahfi[18]: 94