Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengenal Ifrath dan Tafrith Demi Mencegah Pemikiran Menyimpang

1 Pendapat 05.0 / 5
Pentingnya mengenal Ifrath dan tafrith
يا بَني‏ آدَمَ …….وَ كُلُوا وَ اشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفينَ
Kullu wasyrabu wala tusrifu
Hai anak Adam, …… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Makna Ifrath dan Tafrith
Untuk mempermudah dalam memahami makna Ifrath dan tafrith kita bisa melihat pada contoh dalam kasus mengkonsumi makanan atau minuman berikut ini.
Ifrath itu terlalu berlebihan makan atau minum
Tafrith itu terlalu sedikit makan atau minum
Dalam contoh ini baik terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi makanan atau minuman atau sebaliknya yaitu terlalu kurang dalam mengkonsumi makanan atau minuman keduanya berdampak buruk pada jasad manusia. Tubuh manusia butuh pada keseimbangan, butuh pada kapasitas yang cukup, tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit jadi tidak ifrath maupun tafrith.
Ifrath dan Tafrith dalam pemikiran atau idiologi
Manusia menemui banyak label-label yang bertebaran bebas ditengah kehidupan. Menawarkan berbagai macam pemikiran. Ada tawaran ekstrim dan berbahaya seperti kelompok pemikiran radikalis, takfiri, yang juga mengusung nama-nama dan istilah islami, syari, ahli surga, penentang kemaksiatan, ada juga yang menawarkan ajaran Islam yang sebaliknya menamakan diri sebagai ajaran Islam tapi setengah-setengah dalam menjalankan ajarannya. Shalat dan puasa hanya ketika bulan ramadan, ini juga dilakukan hanya diawal dan diakhir bulan suci ini. Kelompok pertama menawarkan pemikiran bahwa hanya mereka yang benar, hanya yang ikut dengan mereka yang akan masuk surga. Kelompok kedua memang tidak menyalahkan kelompok lain tapi apa yang mereka lakukan kadang menyimpang dari ajaran islam itu sendiri.
Pengenalan pada ifrath dan tafrith suatu kelompok pemikiran mempermudah anak-anak muda untuk membedakan, mana yang sebenarnya layak dijadikan panutan, mana yang benar-benar mencerminkan ajaran islam yang mulia. Sehingga tidak terjerumus kedalam kelompok-kelompok itu.
Ketika mengenal dan memahami Ifrath, manusia tidak akan berlebihan dalam menerima, memperlakukan atau dalam mengapresiasi suatu hal baik materi maupun non materi. Jadi ketika ada kelompok pemikiran yang memiliki karakter ini bisa ditolak dan ditinggalkan. Pengenalan dan pemahaman makna ifrath dan tafrith bisa menjadi parameter untuk menilai validitas suatu pemikiran yang ada tanpa terpengaruh nama atau label yang disandang.
Karena alasan ini, maka sangat penting bagi generasi muda untuk mengenal makna iffrath dan tafrtih secara lebih dalam, pengetahuan ini akan menjadi bekal
Panggilan naluri untuk menjauhi ifrath maupun tafrith
Dalam berbagai adat budaya banyak kita temui ajakan dari orang-orang besar dari suatu kaum untuk berbuat bijak. Ajakan yang tidak melulu berasal dari ajaran agama tertentu, ajakan yang muncul murni dari fitrah manusia itu sendiri. Ajakan untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk dan merugikan. Dalam bahasa jawa dapat kita temukan ajakan berbunyi Becik ketitik ala ketara, baik akan terlihat dampaknya, buruk juga akan nampak. Ini adalah gambaran bahwa manusia pada umumnya memiliki kecenderungan untuk senantiasa berbuat baik. Jika ada salah satu dari mereka ingin berbuat buruk maka mereka berusaha keras agar perbuatan itu tidak diketahui orang lain. Pada awalnya para pencuri hanya mencuri di tengah-tengah gelapnya malam. Mereka merasa gelapnya malam bisa menutupi perbuatan buruk yang dilakukan. Ada juga yang mencuri dikampung orang lain dan dalam kehidupan sehari-hari mereka bertindak sebagai orang alim yang rajin ke tempat ibadah.
Itu semua menunjukkan bahwa sebenarnya manusia tidak ingin berbuat buruk, atau jika berbuat buruk maka mereka akan menyembunyikannya dari orang lain bahkan dari keluarganya sendiri.
Manusia bisa ifrath bisa juga tafrith
Manusia memiliki ihtiar untuk berbuat ifrath, tafrith atau memilih jalan tengah. Allah SWT menitipkan kuasa kepada manusia untuk digunakan dijalan yang tepat, dijalan yang bukan ifrath atau tafrith. Atas dasar inilah Allah akan mengganjar atau menghukum manusia. Allah mengirim para nabi dan juga mengirimkan kitab suci tujuannya adalah untuk membimbing manusia sehingga tidak terjebak pada perbuata ifrath maupun tafrith.
Manusia dilarang untuk ifrath dan tafrith
يا بَني‏ آدَمَ …….وَ كُلُوا وَ اشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفينَ
Kullu wasyrabu wala tusrifu
Hai anak Adam, …… makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Ini adalah ayat yang memerintahkan untuk makan dan minum secara proporsional, jadi ayat ini melarang manusia untuk berlebih-lebihan dalam makan atau minum maupun terlalu berkekurangan.
Makanan manusia tidak hanya makanan materi tapi juga ada makanan non materi yaitu asupan rohani. Pemikiran adalah salah satu santapan rohani kita. Jadi disini kita dilarang memberikan asupan makanan pemikiran pada diri kita yang termasuk pemikiran yang mengandung ifrat atau tafrith. Pemikiran terlalu keras dan idialis maupun pemikiran yang yang salah kaprah.
Bersambung….