Tawaran Hidup di Dunia Imajinasi
Makna bermain main dan senda gurau
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?[1]
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.[2]
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. [3]
Main-main adalah tidak melakukan dengan serius, tidak bersungguh-sungguh, atau bersikap setengah hati. Ketika suatu kata benda disifati dengan main-main maka bermakna bahwa benda itu adalah benda mainan, benda yang hanya dipakai untuk sebatas hiburan, benda yang dipakai untuk beberapa lama dan akhirnya akan dibuang dan dilupakan. Dunia disifati sebagai kehidupan main-main maka ini memberitakan bahwa dunia ini tidak hakiki dan tidak abadi. Kedekatan manusia akibat intensitas tinggi penggunaan panca indra dalam memahami ada tidaknya sesuatu membuat manusia lebih akrab dengan dunia. Lebih dari itu bahkan ada yang menilai bahwa dunia fana ini adalah kehidupan, setelah mati tidak ada lagi kehidupan, setelah mati maka semua hal berakhir. Ini adalah akibat penggunaan panca indra sebagai parameter satu-satunya dalam menilai ada atau tidak adanya sesuatu hal.
Pemberian sifat main-main untuk kehidupan duniawi adalah hal yang mengagetkan kelompok materialis. Serta merta mereka menolak dengan berbagai argumentasi. Para Nabi as sebagai pembawa berita dan penasihat sudah siap sedia dengan argumentasi tandingan untuk melumpuhkan dalil kelompok yang menolak adanya kehidupan akhirat, dalil logis dan sederhana maupun kompleks serta diambil dari hal-hal yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, menyatu dengan masing-masing manusia.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. [4]
Untuk menjadi golongan yang menerima adanya kehidupan akhirat manusia dituntut untuk menggali informasi lalu menelaah hingga sampai tahap yakin. Tahap keyakinan yang sampai pada penerapan dalam kehidupan sehari-sehari. Meyakini Allah sebagai sembahan sejati dan kemudian mentaatinya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertaqwalah yang mampu melihat bahwa kehidupan duniawi hanyalah permainan yang tidak abadi dan akhirat adalah kehidupan sejati dan abadi.
Senda gurau, kegiatan sambil lalu yang bersifat menghibur, kegiatan untuk melupakan keruwetan hidup dan berbagai hirukpikuk didalamnya. Untuk bersendagurau kadang ada yang menggunakan tipuan dan dusta, ada juga yang menggunakan kata-kata tidak mendidik dan tidak nyaman. Jelas ini bertentangan dengan akhlak mulia Islam.
Dunia disebut sebagai senda gurau, dunia adalah media untuk melupakan hal utama, dunia adalah ciptaan yang bisa menipu manusia dalam pengutamaan pada value yang harus diperjuangkan berdarah-darah. “Maka tidakkah kamu memahaminya…” [5], kalau mereka mengetahui.[6] Tahap ini didapat dengan proses perjalanan pengetahuan, dengan penelitian, menelaah, bertafakur, bertadzakur. Dengan bertanya dan membaca.
Menjadikan agama sebagai mainan
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri.[7]
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.” Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. [8]
Agama adalah satu hal yang sakral. Barangsiapa bermain-main dengan agama dan memperoloknya sungguh sangat disayangkan. Beberapa orang menjadikan agama sebagai modal untuk menaikkan ratingnya, modal agar dia dipilih sebagai caleg, sebagai pimpinan, sebagai presiden, sebelum mencalonkan diri tidak pernah memakai atribut agama, setelah mencalonkan diri dengan istiqomah memakai atribut itu. Ketika tujuan sudah dicapai atribut itu tidak akan pernah dia kenakan lagi. Mereka adalah orang yang tertipu oleh tipu daya dunia. Mereka akan diganjar dengan api neraka.
Barangsiapa melupakan akhirat maka kelak dia akan dilupakan
Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. [9]
Kesibukan dalam permainan duniawi baik dalam dunia nyata maupun di dunia imajinasi membuat orang lupa kehidupan hakiki, kehidupan abadi di alam akhirat. Tanpa dia sadari umur sudah lanjut usia, tidak lagi mampu menjalankan amal ibadah. Penyesalan diusia senja tidak ada gunanya.
Peringatan kepada manusia tidak bersifat memaksa
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya[10]
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?” [11]
Semua peringatan dalam Al-Quran maupun yang disampaikan langsung oleh Nabi Muhammad Saw tidaklah memaksa, orang harus secara sadar diri menjalankan perintah atau menjauhi larangan agama Islam, dilandasi dengan aqidah yang suci dan murni.
Bermain main dalam bisnis. Yaitu ketika sibuk dengan urusan bisnis tanpa ingat akhirat, tidak ingat bahwa hasil dari bisnis semestinya juga diinvestasikan untuk urusan akhirat.
Dunia Hiburan
Dunia ini sangat kuat merasuk dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat kecil banyak yang terbawa emosi ketika dia melihat sinetron yang selalu tayang di TV. Dunia Hiburan yang merupakan bagian dari tawaran dunia imajinasi sangat kuat dampaknya. Berpengaruh pada sikap dari orang-orang yang mengkonsumsinya secara kontinyu.
Kesimpulan:
Al-Quran secara tegas memperingatkan bahaya tipuan dunia fana, terlebih dunia imajinasi seperti dunia game. Bentuk nyata dari permainan yang disebut-sebut nyata Al-Quran adalah game yang kini menjangkiti berbagai kalangan baik tua maupun muda. Menerobos anak orang biasa hingga anak para Ustaz.
Semoga kita tidak termasuk orang yang dimaksud telah tertipu oleh tipu daya dunia fana.
CATATAN:
[1] Qs Anam[6]:32.
[2] Qs Ankabut[29]:64.
[3] Qs Al-Anbiya[21]:2.
[4] Qs Anam[6]:32.
[5] Qs Anam[6]:32.
[6] Qs Ankabut[29]:64.
[7] Qs Anam[6]:70.
[8] Qs Al-A’raf[7]:51.
[9] Qs Al-A’raf[7]:51.
[10] Qs Anam[6]:91.
[11] Qs Al-Anbiya[21]:55.