Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

DIALOG ANTARA MUSLIM DAN KOMUNIS [2]

1 Pendapat 05.0 / 5


Dialog Ihwal Wujud Tuhan

Salah seorang sahabat saya yang kuliah di sebuah institute kedokteran datang menemuiku dan berkata: di kampus kami ada seorang mahasiswa komunis yang mana dia adalah orang yang mengingkari akan wujud dan keberadaan tuhan, dan dia sangat kuat dalam berdiskusi dan berdebat, meskipun kami berusaha semaksimal mungkin untuk membuat dia puas dan mau menerima tentang wujud tuhan, namun tetap saja dia tidak mau mengalah, sehingga sampai pada suatu kondisi dimana sebagian mahasiswa dijangkiti keragu-raguan dikarenakan dialog-dialog serta bahasan tersebut, dan bahkan tidak mau bertemu dengan seorang pun dari ulama yang ada, karena yakin bahwa ulama-ulama itu adalah kaki tangan para penjajah dan tidak mempunyai logika dan akhlak, dan saya tidak tahu lagi apa yang harus saya perbuat dengannya?

Saya berkata: "Apakah Anda bisa mengajak dia untuk datang ke sini?"

Dia (berkata: sudah pasti dia tidak akan mau ke sini).

Saya berkata: "Usahakan dengan berbagai macam cara Anda ajak dia ke sini."

Teman saya itu pergi dan beberapa bulan kemudian dia datang dengan sekelompok mahasiswa. Setelah mengucapkan selamat datang, saya berjanji dalam hati ingin memenangkan dialog ini di tengah teman-teman ateis ini, sehingga semua kemuliaan palsu yang dimilikinya itu hancur berantakan.

Saya berkata pada komunis ateis itu: "Anda baik-baik saja kan?"

Dia berkata: "Teman-teman saya berkata padaku bahwa Anda siap berdiskusi dan berdebat dengan saya tentang keberadaan tuhan."

Saya berkata: "Betul, kalau menurut Anda bagaimana?"

Dia berkata: "Menurut saya tuhan itu tidak ada."

Saya berkata: "Tapi pandangan saya tidak seperti Anda. Malah sebaliknya pendapat saya Tuhan itu niscaya ada."

Dia berkata: "Apa dalilnya?"

Saya berkata: "Kalian para mahasiswa dikarenakan tidak belajar filsafat maka saya tidak akan menjelaskan dan membuktikan secara filosofis akan keberadaan tuhan, akan tetapi saya dengan terpaksa akan menjelaskan tentang eksistensi tuhan dengan menggunakan dalil sederhana yang mana dalil-dalil semacam ini dipelajari oleh siswa-siswa kami yang masih duduk di sekolah dasar."

Dia berkata: "Sangat menakjubkan, saya yang mengingkari eksistensi tuhan, dan saya mempunyai dalil yang kuat tentang itu, lalu orang (ulama) ini ingin membuat saya puas dengan dalil-dalil sederhana yang dipelajari oleh siswa-siswa sekolah dasar?!"

(Saya juga bermaksud untuk berkata seperti ini, hingga semakin dia tinggi hati dan congkak dan saya akan hancurkan khayalan-khayalannya).

Kemudian dia pun berkata: "Apa dalil sederhana tersebut?"

Saya berkata: "Tuan! Saya akan memilikan salah satu dari empat jalan ini."

Dia berkata: "Apa maksud empat jalan ini?"

Saya berkata: "Pertama, apakah Anda sendiri yang menciptakan diri Anda?"

Dia berkata: "Tidak."

"Kedua, apakah yang menciptakan Anda adalah salah satu dari makhluk-makhluk seperti bapak Anda, ibu Anda, bulan, matahari, air, udara, ikan, burung dan telaga ataukah manusia lain?"

Dia berkata: "Tidak."

"Ketiga, apakah pencipta Anda adalah sesuatu yang tidak ada ('Adam)?"

Dia menjawab: "Tidak."

"Keempat, karena itu, Anda adalah makhluk yang diciptakan mempunyai akal dan pikiran dan mempunyai daya dan kudrat, dan yang menciptakan hal itu adalah Allah Swt."

Dia berkata: "Saya diciptakan oleh tabiat (nature)."

Saya berkata: "Apakah alam tabiat itu mempunyai akal, mempunyai kekuatan, mempunyai pengetahuan?"Dia jadi diam seribu bahasa dan tidak menjawab apa-apa.

Kemudian saya berkata: "Bapak! Saya tidak tahu kenapa kalian para komunis tidak tahu sedikit pun tentang alam dan tabiat ini, ...sahabat-sahabat Anda berkata: Anda sangat cerdas dan pandai dalam berdialog dan berdebat, tetapi sekarang jelaslah bagi saya bahwa Anda ini hanya pantas berdialog dengan pelajar-pelajar sekolah dasar kami dan bahkan tidak setara dengan mereka.! Seperti Anda ini ibarat seorang yang menginkari ilmu kedokteran, namun ketika membahas masalah yang paling sederhana dalam ilmu tersebut Anda hanya bisa diam dan tidak memberikan komentar apa-apa."

Dengan adanya dialog dan bahasan semacam ini, nampaklah di wajah para sahabat-sahabat rasa senang dan bahagia, dan pemuda komunis itu pun menjadi malu dan kehilangan harga diri.

Kemudian saya pun berbicara beberapa kata kepadanya dan meminta maaf, lalu berkata: "Sekarang, saya akan memberikan jawaban terhadap pernyataan Anda yang mengatakan bahwa yang menciptakan Anda adalah alam tabiat ini: Alam tabiat ini adalah sesuatu yang tidak ada, atau sesuatu yang wujud (ada) yang mana tidak mempunyai akal dan daya paham, seperti air dan udara dan tumbuhan."

"Dan matahari apakah sesuatu yang berakal, mempunyai kudrat, dan mengetahui?"

"Baik perkara yang 'tidak ada', tidak akan bisa menjadi pencipta, maupun perkara yang 'ada' yang mana tidak mempunyai akal dan daya paham, juga tidak akan pernah layak untuk menjadi pencipta. Karena itu sebuah kemestian bahwa sang pencipta itu adalah sesuatu yang mempunyai akal, daya, dan pengetahuan, dan wujud ini tidak lain adalah Allah Swt."

Salah seorang dari para mahasiswa itu berkata: "Siapa yang berkata bahwa Tuhan itu adalah pencipta?"

Saya berkata: "Kalau Tuhan bukan pencipta, siapa yang mencipta?" Dia tidak mempunyai jawaban.

Oleh karena itu, majlis sederhana ini pun berakhir, dan mereka mengucapkan terima kasih kepada saya, lalu pergi, beberapa waktu kemudian, saya berjumpa dengan sahabat saya yang menjadi media penghubung ketika dialog di atas berlangsung, dan saya bertanya padanya: "Apakah teman komunis Anda masih juga mengulangi pernyataan-pernyataannya yang dulu?"

Teman saya menjawab: "Tidak! Dia sudah kehilangan wibawa dan teman-temannya pun menertawakan dia."

Saya berkata: "Jangan Anda mengganggu dia supaya tidak terjadi reaksi negatif! Tetapi jalan terbaik bagi Anda adalah menemaninya dan bergaul dengan baik dengannya."