Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kedekatan Tuhan dengan Manusia

1 Pendapat 05.0 / 5

Kedekatan seperti bila saya duduk di sisi Anda, meskipun dekat di mata atau dalam kedekatan inderawi, lahiriah atau material, tak mesti dekat juga di hati. Bila si fulan cinta kepada seseorang, inilah yang disebut dengan kedekatan batiniah atau spiritual. Jadi, ada dua macam kedekatan; material dan spiritual.
           Lalu, bagaimana dengan kedekatan antara Tuhan dan manusia? Di dalam sebuah makalah dari Sayed Munir Khabbaz, berjudul “Ahammiyatul qurban ilallah”, dijelaskan bahwa kedekatan manusia dengan Tuhan ialah ibadahnya kepada Allah. Sedangkan kedekatan Tuhan dengan manusia ialah atas beberapa sisi, di antaranya ialah kedekatan dalam hubungan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya, yang disebut dengan qurb khalqi.
 
Makna Qurb Khalqi
           Beberapa poin yang dapat penulis angkat dari makalah tersebut:
           Pertama, kepemilikan yang terkuat. Bahwa, kedekatan ini –yang penulis pahami, berlangsung sampai tahap rububiyah– terwujud dengan pemberian dan karunia Allah swt, dan segala yang Allah karuniakan kepada manusia, adalah milik-Nya. Dia lah pemilik yang haq (sah) semua yang ada pada manusia. Sebab, Dia yang memberi dan yang menciptakannya. Dengan demikian sebagaimana di dalam QS.Al Imran 26, kepemilikan Allah swt adalah yang terkuat terhadap semua kepemilikan pada manusia.
            Sayed Munir menjelaskan: Saya memiliki hati saya. Tetapi Allah lebih memilikinya, karena Dia lah yang memberinya. Oleh karena itu difirmankan: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya..” (QS.Al-Anfal 24)
Bahwasannya, Dia bertindak di hati saya, atau mengendalikan hati dan kecenderunan saya. Sebab, Dia lah pemiliknya yang haq. Saya memang memiliki hati saya, tetapi kepemilikan Dia terhadap hati saya lebih kuat, atau bahwa Dia lebih (berhak) memiliki hati saya.
Kedua, kedekatan yang terkuat. Dengan kepemilikian yang sedemikian itu, Dia sangat dekat dengan kita. Mengenai kedekatan-Nya ini diterangkan di dalam QS.Qaaf 16, “..dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS.Qaaf 16), dan al-Waqiah 85, “dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.”
Ketiga, kedekatan yang meliputi; bukan dalam arti bahwa Allah swt lebih dekat dengan saya daripada dengan Anda. Tetapi dalam arti “menguasai”, sebagaimana di dalam QS.Thaha 5, bahwa makna “istawa” (bersemayam) dalam ayat ini kiasan dari menguasai.
Maksud dari ayat tersebut menurut sebagian mufasir ialah bahwa Allah mewujudkan hal bersemayam dengan arasy. Penjelasannya, bahwa Dia mengadakan sebuah sentra -bernama “‘Arasy”- bagi semua makhluk-Nya. Namun bukanlah sentra material, tetapi spiritual. Terhubungnya dengan ‘Arasy bagi seluruh makhluk adalah sama, dalam arti tak beda antara saya dan Anda dalam dekat dengan ‘Arasy. Bahwa, saya tidak lebih dekat sekian meter dengannya dari pada Anda. Tetapi dekatnya dengan sentra spiritual ini adalah sama bagi seluruh makhluk.
 
Dia Dekat dengan Pelaku Kebaikan
            Tingkat kedekatan lainnya ialah yang diistilahkan dengan qurb tafadhuli. Artinya ialah kedekatan rahmat, bahwa Allah swt dekat dengan muhsinin; orang-orang yang berbuat kebaikan. Tidak dengan musi`in; orang-orang yang berbuat keburukan. Berbeda dengan tingkat kedekatan yang sebelumnya, yakni qurb khalqi, yang tidak membedakan siapapun; yang berbuat kebaikan ataupun keburukan, dan apapun; yang manusia ataupun selainnya, qurb tafadhulli ini sebagaimana firman Allah swt:
“Sesungguhnya kasih sayang Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-A’raf 56)
Bahwasannya, rahmat Allah dekat dengan orang yang berbuat baik dan jauh dari orang yang berbuat buruk. Contoh atau mishdaq (ekstensi) dari macam tingkat kedekatan ini, ialah di dalam QS.Al-Baqarah 186: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.”
Qurb khalqi telah ada sebelum adanya doa atau ibadah -yang merupakan sebuh qurb tafadhuli– dari seorang hamba. Dapat dikatakan dalam kalimat: “Rahmat-Ku, karunia-Ku dekat dengan hamba bila dia menghampiri dan memohon kepada-Ku..”. Di dalam QS. Al-Furqan 77, Allah berfirman:
“Katakanlah, wahai Rasul, kepada umat manusia, “Sesungguhnya tidak penting bagi Allah dari kalian kecuali kalian menyembah dan berdoa kepada-Nya, tidak selain-Nya.”
Bahwasannya, seorang hamba menghampiri Allah dengan doa dan tadharru’ darinya, maka Dia berikan kepadanya kasih sayang dan karunia-Nya. Jadi, tingkat kedekatan ini:
Pertama: dicapai melalui doa, ibadah dan amal kebaikan.
Kedua, tidak sama (tingkatannya) dari semua hamba atau manusia. Karena di antara mereka, ada yang beribadah, berbuat kebaikan, dan ada yang tidak.