Amanah Besar itu Bernama Wilayah
Amanah yang kita dapati dari Allah mencakup banyak hal, namun dari amanah-amanah itu ada beberapa yang memiliki sifat kunci, menjadi poin penentu atas penghargaan kita terhadap amanah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)….
Setelah kita beriman kepada Allah, kita diperintahkan untuk taat kepada-Nya, dan selain itu kita harus menjaga amanat, tidak mengkhianati Allah atas amanat-amanat yang diberikan. Coba kita urai disini amanah kunci yang berpengaruh besar pada rantai amanah yang lain.
Mungkin ada yang berpikir bahwa amanah dari Allah bersifat mutlak, sehingga jelas umat manusia dan seluruh makhluknya harus taat menjaga semua amanah dari Allah, baik yang besar maupun kecil, tapi tidak dengan Rasul, seyogyanya amanah dari rasul tidak bersifat mutlak.
Dalam hal ini kita perlu melihat dari eksistensi Rasul itu sendiri, kita mengetahui bahwa Rasul adalah utusan, dan beliau adalah utusan Allah Swt, jadi sebenarnya amanah yang sampai kepada kita melalui Rasul juga bersifat mutlak, karena sumber asli adalah sama, yakni dari Yang Maha Mutlak, dari Allah Swt.
Jadi amanah dari Allah maupun dari Rasul keduanya sama bersifat mutlak dan harus benar-benar dijaga secara berimbang.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
يٰٓأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu) berarti kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah akan memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al Maidah : 67)
Dalam ayat ini Nabi Muhammad diberi amanat untuk menyampaikan sebuah amanat kepada umat manusia, ketika beliau menyampaikan amanat itu maka akan datang gangguan dari manusia tapi Allah dalam ayat ini juga memberikan jaminan, bawah Allah akan menjaga beliau dari semua bentuk gangguan yang akan diberikan manusia kepada beliau. Amanah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Akan menjaga mukminin dan mukminat dari ketergelinciran, dari jalan yang sesat.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam jadi agama bagimu.” (AI Maidah : 3).
Sudahkah Rasul menyampaikan amanat yang dimaksud dalam ayat 67 dari surat Al Maidah? Dari ayat 3 Al Maidah dapat kita pahami bahwa beliau sudah menyampaikannya kepada umatnya waktu itu.
Amanat apakah itu? Apakah yang dimaksud adalah ayat-ayat Quran sebagaimana diuraikan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Ibnu Katsir mengutip ayat
“Dan Kami turunkan kepadamu Kitab (Al Qur-an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. “(An Nahl: 89).
Kalau yang dimaksud ayat Quran bukankah semua ayat yang turun kepada beliau sudah beliau sampaikan bahkan sudah beliau uraikan beserta tafsir, ta’wil, asbabun nuzul, muhkam dan mutasyabih, am maupun khas. Sudah lama sebelum ayat perintah untuk menyampaikan amanat turun yakni ayat al Maidah ayat 67.
Untuk menapat kejelasan maka kita harus meneliti asbab nuzul dari ayat 67 Al Maidah ini, dapat kita temukan bahwa pada saat akan menyampaikan ayat ini , beliau berada di sebuah wadi tempat para hujaj biasa berhenti melepas lelah setelah perjalan jauh menuju Mekah, atau pulang dari Mekah setelah selesai menunaikan haji.
Sebelum ayat ini turun semua orang yang akan melewati titik itu disuruh segera kesana, yang sudah melewati titik itu disuruh kembali kesana. Pada saat kondisi panas gurun membakar beliau memerintahkan seluruh umat Islam yang sedang berjalan pulang ke Negara masing-masing untuk berkumpul. Semua disuruh berkumpul tanpa pilah-pilah, baik laki-laki atau perempuan, baik para orang tua dan deweasa maupun masih muda. Semua orang diperintahkan untuk berkumpul di suatu tempat yang disebut dengan Ghadir Khum.
Setelah semua atau sebagian besar sudah berkumpul disana Nabi meminta agar para sahabat menggunakan pelana kuda dan onta untuk dijadikan sebagai tumpukan sehingga beliau dan Ali bisa naik keatas, sehingga khalayak yang berkumpul dapat melihat langsung dua manusia mulia ini walau dari jarak cukup jauh.
Pada kesempatan ini beliau berkata, Man kuntu maulah fa hadza Aliyun Maulah. Barang siapa aku adalah maula (pemimpinnya) maka ini Ali adalah pemimpinnya, Allahumma wali man walah, ya Allah walikanlah siapa yang menjadikannya (Ali ) sebagai walinya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya (Ali).
Jadi Nabi menyampaikan amanat sehingga ketika mukminin dan mukminat menjaga amanat ini maka tidak akan tergelincir saling berebut kekuasaan, amanat itu adalah wilayah Ali, bahwa sepeninggal Nabi Saw, Ali yang berhak menjadi pemimpin. Layak tidaknya Ali sebagai pemimpin, dapat kita pelajari dari pribadi mulia hasil didikan Nabi sejak kecil ini. Kita juga bisa melihat bagaimana ketika tampuk kepemimpinan dipercayakan kepada beliau sepeninggal khalifah ke 3. Diangkat langsung oleh umat Islam.
Dijelaskan bahwa setelah selesai menyampaikan amanat ini, beliau pun membacakan ayat terakhir dari Al-Quran yakni surat Al Maidah ayat 3, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam jadi agama bagimu.” (AI Maidah : 3).
Amanah yang harus kita jaga sekarang adalah amanah wilayah yang kini sampai kepada Imam Mahdi ajfs, penerus terakhir tongkat estafet keimamahan.
Setelah selesai menyampaikan amanat, beliau menyatakan Islam sudah paripurna. Hari turunnya ayat ini semestinya menjadi hari besar bagi umat Islam.