Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ziarah Arbain dan Daya Tarik Imam Husain

1 Pendapat 05.0 / 5

Karbala mempunyai banyak nama lain baginya, salah satunya ialah al-Hâ`ir. Konon disebut dengan nama ini, karena bila angin berhembus di permukaan tanah ini kumpulan air terbatas bergerak melebar, menyusul satu sama lain, ketika sampai ke tepi-tepi sungai kecil, gerakannya tak karuan, kesana kemari di penampungannya.

Menurut Yaqut al-Hamuwi di dalam “Mu’jam al-Buldan”: “Al-Hâ`ir adalah makam al-Husain bin Ali ra -dan sekitarnya.” Juga demikian di dalam “al-Qamus”/Fairuz Abadi, dan “Murashidul Ithila’”, dan sebagaimana ditegaskan di dalam “Tajul ‘Arus”, adalah nama tempat di dalamnya -atau di tengah-tengahnya- terdapat Masyhad Imam Mazlum Syahid Abu Abdillah al-Husain. Dibedakannya dari “al-Hayr” yang adalah sebuah nama bagi kota Karbala, meski ath-Thabari di dalam “al-Umam wa al-Mamluk” tidak membedakan dua nama tersebut, bahwa “al-Hayr” nama peringanan bagi “al-Hâ`ir”.

Banyak penjelasan selain itu tentang Karbala dan sejarahnya yang dipaparkan oleh DR Abdul Jawad di dalam bukunya, “Tarikh Karbala”. Nama sebuah kota di Irak, yang tak bisa lepas dari nama “al-Husain” cucu tercinta Nabi Muhammad saw ini, terdapat di tanah air kita menjadi nama sebuah jalan di daerah Bengkulu, tertulis dengan “Karbela” atau “Karabela”. Adalah daerah yang masyarakatnya mempunyai tradisi “Tabot” dalam mengenang kesyahidan Sayidina Husain bin Ali bin Abi Thalib pada hari Asyura.

Di negeri kebhinekaan yang mayoritas penduduknya muslimin, perayaan Suro di sana, dan daerah-daerah lainnya seperti Pariaman dengan “Tabuik”nya, di Jawa dengan “Bubur Suro”nya dan lainnya pada setiap Asyura (10 Muharam), jelas kaitannya dengan Sayidina Husain ra. Namun demikian, saya raya tampak lebih dianggap sebagai sebuah tradisi lokal, ketimbang tentang sirah Sayidina Husain di sepanjang hidupnya. Padahal beliau lah tema besar bagi fenomena tradisi lokal di tanah air ini, yang ditunjukkan oleh fenomena yang lebih besar di Karbala khususnya pada setiap Arbain (20 Safar).

Ya, bila terlontar soal siapakah dia? Saya rasa banyak yang tahu, bahwa dia cucu Nabi saw, putra Fatimah binti Muhammad Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib, adiknya Sayidina Hasan. Namun, sampai pada soal mengapa ia sampai terbunuh? Jumlah yang tahu, mungkin akan berkurang. Terlebih soal bagaimana kedudukannya di sisi Allah dan Rasul-Nya bagi umat Nabi saw. Mengapa demikian?

Saya pikir, terjadi kepasifan serangkaian soal-jawab (tentang Sayidina Husain) dalam waktu yang panjang di setiap momen Suro khususnya, dan di dalam berbagai pertemuan. Hal ini disadari atau tidak, bagi mereka yang tidak tahu tak terpancing dari mereka yang tahu untuk bertanya, atau soal-soal terkait tak terlintas di benak mereka.

Ada sesuatu di balik demikian, baik itu menjadi faktor eksternal maupun faktor internal, dan kontra dengan motivasi dalil-dalil naqli seperti ayat al-Qurba (QS.Asy-Syura 23) yang mengisyaratkan wajib mencintai Ahlulbait Nabi saw, salah satunya ialah Sayidina Husain, dan karena itu maka wajib mengenalnya.

 

Arbain Menyingkap Hakikat Asyura

Sementara di sana kebalikan dari hal tersebut, sejumlah tokoh besar non muslim seperti Mahatma Gandhi dan lainnya mengangkat nama Sang Cucu Nabi saw ini melalui pernyataan mereka di tengah umat sedunia. Dengan kata lain, mereka menelaah sejarah al-Husain yang bangkit hingga mati syahid dalam melawan kezaliman, dan menegakkan nilai-nilai insani yang diserukan oleh Islam.

Selain Asyura dan fenomena peringatannya yang mendunia dan membumi di tanah air ini (meski terlihat tak lebih sebuah tradisi lokal), Arbain yang diperingati pada setiap 20 Safar oleh kaum Syiah dunia, dan menjadi kekhususan bagi Sayidina Husain bin Ali, yang tak dimiliki oleh selainnya. Fenomenanya kini sampai batas bagai “jutaan semut’ dari berbagai penjuru dunia, tumpah di Karbala. Mereka itu para peziarah al-Husain yang jumlah mereka dikabarkan oleh media “al-‘Alam” pada tahun kemaren, 2018, mencapai 15 juta orang. Mereka meskipun mayoritas kaum Syiah, semuanya berhimpun dengan penduduk Irak disatukan oleh al-Husain.

Terlepas dari soal apa motivasi kedatangan jutaan manusia itu dan penduduk Irak yang menyambut mereka di Karbala? Yang jelas al-Husain mempunyai daya tarik yang sedemikian kuat menggiring hati mereka menuju kepadanya. Fenomena Arbain ini seakan hendak menyingkap tabir-tabir yang menutupi hakikat Asyura, oleh pihak-pihak tertentu. Di antaranya:

-Berupa riwayat-riwayat yang sering diangkat dalam memaknai sepuluh Muharam sebagai hari kegembiraan.

-Pandangan-pandangan yang menjadi pembanding pandangan pro al-Husain, misal bahwa pembunuhan terhadapnya terjadi karena masalah kekuasaan yang di masa itu di tangan Yazid bin Muawiyah.

Demikian dan upaya-upaya lainnya yang hendak menutupi hakikat Karbala, namun disingkap oleh Arbain Imam Husain yang bangkit hingga syahid dalam menghidupkan agama Allah yang dibawa oleh Kakeknya, Rasulullah saw. Arbain seakan menjadi salah satu manifestasi QS.At-Taubah 32, firman Allah:

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.