Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Jaga Adabmu Dihadapan Nabimu

1 Pendapat 05.0 / 5

Kita bersyukur hidup di sebuah Negeri yang kental dengan kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Hari ini kita akan kembali mengambil satu pelajaran dari Al-Qur’an tentang sosok manusia termulia, insan sempurna, Baginda Nabi Al-Mustofa saw.

Siapa yang tidak ingin disebut pecinta Nabi? Siapa yang tidak ingin disebut pengikut Nabi? Siapa yang tidak ingin mendapat kemuliaan dekat dengan Nabi?

Tentu kita semua mendambakannya. Namun Al-Qur’an memberi kita peringatan tentang adab dan sopan santun dihadapan Baginda Nabi Muhammad saw.

Tiada manusia selembut Al-Mustofa, tiada insan sebaik Ahmad, tiada makhluk yang penuh cinta kasih seperti Nabi Muhammad saw. Namun dibalik besarnya Rahmat dan Kasih Sayang beliau kepada umatnya, terkadang umat tidak mengerti cara bersikap dihadapan beliau.

Karenanya dalam sebuah ayat Allah swt berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَرۡفَعُوٓاْ أَصۡوَٰتَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِيِّ وَلَا تَجۡهَرُواْ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS.Al-Hujurat:2)

Salah satu adab kepada Baginda Nabi saw yang diatur dalam Al-Qur’an adalah hendaknya kita tidak meninggikan suara dihadapan Rasulullah saw. Di masa beliau hidup maupun diwaktu beliau telah wafat. Yakni hendaknya kita tidak meninggikan suara bahkan dihadapan makam suci beliau.

Bila kita bertanya bagaimana dengan para petugas yang biasa menegur atau mengusir para peziarah yang mendekat kepada makam Nabi? Apakah mereka pantas meninggikan suara mereka disamping makam Nabi?

Dengan tegas kita katakan bahwa mereka sama sekali tidak mengenal Nabi saw dan tidak mengerti adab dihadapan Nabi saw sedikit pun ! Bahkan mereka tidak memiliki Rahmat sedikitpun kepada tamu-tamu Rasulullah saw yang datang dari berbagai tempat untuk mengobati kerinduan mereka terhadap Rasulullah saw.

Selain kita dilarang untuk mengangkat suara diatas suara Nabi, kita juga dilarang untuk berpendapat diatas pendapat Rasulullah saw. Al-Qur’an dengan tegas melarang hal itu seperti dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيم

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS.Al-Hujurat:1)

Sadari siapa diri kita dan siapa Rasulullah saw. Posisikan Rasulullah saw diatas segalanya dalam hidup kita. Bila kita menghormati orang tua dengan setinggi-tinggi penghormatan, maka kita harus menghormati Rasulullah saw diatas semua itu.

Dan pelajaran kedua pada kesempatan ini, kita akan belajar dari Al-Qur’an tentang sebuah seruan untuk menguatkan dan membela perjuangan Nabi Muhammad saw.

Allah swt berfirman,

إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا – لِّتُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُۚ وَتُسَبِّحُوهُ بُكۡرَةٗ وَأَصِيلًا

“Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.” (QS.Al-Fath:8)

Setiap muslim memiliki peran untuk menguatkan Islam. Dan peran terpenting yang dimiliki oleh setiap muslim adalah menampilkan wajah Islam dengan seindah-indahnya. Peduli dengan sesama dengan penuh keikhlasan sehingga mereka menjadi penghias bagi Islam dan tidak merusak nama Islam dengan sikap serta perilaku mereka.

Semoga bermanfaat..