Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Rawatlah Hatimu Agar Tidak Menjadi Keras Membatu !

1 Pendapat 05.0 / 5

Ketika tubuh manusia sakit, ia tak bisa menikmati lezatnya makan, nikmatnya minuman bahkan untuk istirahat saja ia kesulitan.

Kondisi ini mirip dengan hati yang terjangkiti penyakit cinta dunia. Semakin kuat penyakit ini menjalar, maka semakin sulit hati itu menerima kebaikan.

Allah swt berfirman,

وَلَٰكِن قَسَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS.Al-An’am:43)

Seorang yang hatinya keras akan sulit menerima kebaikan ataupun nasihat. Ia menjadi risih dengan kebaikan dan nasihat agama, karena baginya apa yang selama ini ia lakukan bukanlah keburukan.

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah swt berfirman :

“Wahai anak Adam, langit-langit-Ku tegak tanpa penyangga hanya cukup dengan satu Nama dari nama-nama-Ku. Sementara hati kalian tidak bisa lurus walaupun dengan 1000 nasihat dari Kitab-Ku.”

Tapi yang perlu kita ketahui, hati tidak secara spontan menjadi keras dan membatu. Semua itu ada sebabnya dan melalui proses yang panjang.

Allah swt berfirman,

ثُمَّ قَسَتۡ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ وَإِنَّ مِنَ ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡهَا لَمَا يَهۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Baqarah:74)

Perhatikan kalimat مِن بَعدِ ذَالِكَ (Kemudian setelah itu).

Kalimat ini menunjukkan bahwa sebelumnya hati manusia itu lembut dan bersih. Namun setelah banyaknya penyimpangan yang dilakukan, banyaknya noda dosa yang dibiarkan, lama kelamaan hati itu mengeras dan membatu.

Bila hati telah keras, maka sulit sekali cahaya hidayah dan nasehat untuk bisa menembusnya. Maka efeknya adalah hati itu selalu cenderung pada keburukan dan penyimpangan.

Itulah yang disebut dalam Al-Qur’an :

ثُمَّ كَانَ عَٰقِبَةَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔواْ ٱلسُّوٓأَىٰٓ أَن كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَكَانُواْ بِهَا يَسۡتَهۡزِءُونَ

“Kemudian, azab yang lebih buruk adalah kesudahan bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan. Karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olokkannya.” (QS.Ar-Rum:10)

Karena itu mari kita rawat hati ini dengan sebaik-baiknya. Bila ada noda, segera hapus dengan taubat. Bila ada penyakit, segera obati dengan istighfar dan dzikir kepada Allah. Agar hati kita tidak menjadi kerasa sehingga sulit ditembus oleh cahaya hidayah Allah swt.

Semoga bermanfaat….