Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Deradikalisasi Kelompok Radikal Melaui Metode Sufisme dan Irfan

1 Pendapat 05.0 / 5

Mendengar info akan dipulangkannya orang-orang yang sudah bergabung dengan ISIS ke Indonesia melalui penjelasan Meneteri Agama, sontak bangsa ini menjadi gaduh, sebagian besar langsung melakukan protes bahwa hal itu adalah salah besar. Mengundang mereka ke NKRI setelah mereka menghina NKRI dengan menyebut negeri pertiwi dengan thaghut, dan dramatis memvideokan pembakaran paspor kewarganegaraan. Kalangan yang pro pemulangan juga menyampaikan argumen kemanusiaan mereka, bahwa yang disana adalah warga negara Indonesia, membakar paspor tidak menjadikan seseorang menjadi keluar dari kewarganegaraan yang mereka miliki, kewarganegaraan akan hilang jika seseorang melakukan proses perpindahan dengan surat resmi. Serta masih banyak argumen lain.

Tulisan ini tidak bermaksud mendukung pihak yang pro pemulangan atau pro agar tidak dipulangkan ke Indonesia. Kami akan mencoba mengurai bahwa ada sebuah solusi yang bisa jadi pilihan untuk melakukan deradikalisasi seorang yang sudah terpapar pemikiran radikal. Jalan itu adalah jalan sufisme dan Irfan. Mengingat selama ini proyek yang ditawarkan kepada mereka sebagaimana dilakukan di lembaga-lembaga pemasyarakatan adalah dengan membekali keahlian untuk melakukan wirausaha jika sudah keluar nantinya. Kurang lebih tidak menyentuh pada ranah pemikiran dan idiologi menyimpang yang dialami orang-orang yang sudah terpapar pemikiran dan idiologi radikal.

Sufisme atau Tasawuf

Sebelumnya mari kita mulai dengan definisi dari Deradikalisasi, Tasawuf dan Erfan

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف, ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.[1] Pelaku dari amalan ini sering disebut dengan sufi.

Dalam sufisme ada banyak Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) walau hal ini sering dihubungkan dengan Syiah dan Sunni, dua poros madzhab besar dalam aqidah dan fikih Islam. Tarekat sendiri memiliki kekhasan sesuai poros madzhab yang dianut, namun semuanya fokus pada dua hal, pada masalah hati bagaimana memenejemen hati, bagaimana mengenali dan meraih serta merasakan kebahagiaan hakiki.

Tasawuf pada praktiknya seperti berjalan sendiri dari madzhab-madzhab suni yang ada baik dari sisi fikih maupun sisi ushul mereka. Para penganut tarekat biasanya lebih sering menyatu dan berkelompok dengan orang-orang yang sama-sama satu tarekat dengan mereka. Bahkan ada yang menjalankan tarekat dengan cara mengasingkan diri dalam keramaian, menyerupakan diri sebagai orang gila dan hidup dipasar-pasar sebagaimana orang-orang gila yang lain. Hal ini dilakukan untuk mengasingkan diri dari dunia, tidak ingin menjadi hubbud dunya, menjadi pecinta dunia dengan meninggalkan kehidupan duniawi pada umumnya.

Sufisme juga bisa kita sebut sebagai sebuah jalan yang digunakan oleh para sufi dalam menemukan kebenaran hakiki. Perjalanan yang dilakukan sehingga bisa mendapatkan ketenangan hidup.

Irfan kata irfan berasal dari bahasa Arab yang dalam bentuk masdarnya arafa (عرف)yang berarti ma’rifat (pengetahuan),  Irfan adalah tingkat ilmu paling tinggi dalam term ahlul bait, para pelaku amalan ini disebut dengan seorang Arif, Arif billah, dalam konsep Irfan yang lebih diberi tekanan adalah pada titik makrifat. Seorang arif dalam amalannya melakukan dua tahapan, pertama dia mendalami irfan teoritis lalu dia mempraktikkannya. Dalam mempraktikkan ini dia melakukan sebuah sair wa suluk maknawi. Melakukan sebuah perjalan dari makhluk menuju Tuhan, berjalan di dalam Tuhan, berjalan dari Tuhan ke dunia bersama Tuhan, berjalan di dunia bersama Tuhan. Perjalanan sangat rumit dimana seseorang yang hendak mengikuti jalan ini harus dipandu oleh arifbillah yang lain, sehingga dia tidak salah dalam mengambil langkah, tanpa seorang guru yang juga seorang Arif, maka seseorang akan dengan mudah terjerumus dengan tipu muslihat setan.

Deradikalisasi

Deradikalisasi berasal dari kata “radikal” dengan imbuhan “de” yang berarti mengurangi atau mereduksi, dan kata “asasi” di belakang kata radikal berarti proses, cara atau perbuatan.  Jadilah deradikalisasi adalah suatu upaya mereduksi kegiatan-kegiatan radikal dan menetralisasi paham radikal.[2]Deradikalisasi menjadi viral dalam beberapa hari ini sebab ketika 600 orang Kombatan dan simpatisan ISIS ini benar-benar kembali ke wilayah NKRI maka langkah paling penting adalah melakukan deradikalisasi mereka sebelum mereka dibolehkan kembali membaur dengan masyarakat pada umumnya.

Deradikalisasi ini penting bahkan jika 600 orang ini tidak kembali ke Indonesia. Sebab pemikiran radikal juga sangat besar kemungkinan ada ditengah-tengah masyarakat, penyadaran dan pengobatan psikologis harus benar-benar ditemukan guna merawat mereka. Upaya yang nantinya lebih difokuskan untuk melakukan pencegahan dan tidak pada pengobatan, sebab pencegahan jauh lebih efektif dibanding pengobatan, mengobati seorang teroris untuk menjadi netral seperti sedia kala setelah dia menyembelih manusia tanpa rasa canggung jelas sangatlah sulit, lebih mudah untuk mencegah orang-orang sehingga tidak sampai pada pemikiran radikal.

Bersambung

 

CATATAN:

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme

[2] https://damailahindonesiaku.com/deradikalisasi.