Merenungi Keagungan Bulan Rajab
Seseorang baru akan merasa menyesal, saat apa yang ia sukai atau yang ia anggap berharga itu hilang dan pergi. Jarang ada yang menghargai apa yang sudah ia punya. Allah Swt. sudah menjelaskan hal ini di dalam surat Saba’ ayat 13 dengan berkata, “Dan sedikit dari para hamba-Ku yang benar-benar bersyukur.” Itulah salah satu kebiasaan buruk manusia, tidak menghargai apa yang ia miliki dengan bersyukur dan menggunkannya dengan benar.
Contoh sederhana yang sering terjadi, misalnya kehilangan pena. Ini sering sekali terjadi pada sebagian orang. Karena menyepelekan dan lalai, ia kebingungan saat penanya hilang. Pasti Anda pernah mengatakan, “Saat nggak dibutuhin, ada. Saat dibutuhin, nggak ada.” Iya, itu benar. Seringkali terjadi karena kita kurang peduli dan mawas diri. Sedikit menghargai dan banyak meremehkan.
Saudaraku, disadari atau tidak, kebiasaan buruk pada hal-hal kecil seperti tadi, itu bisa merembet pada hal-hal lain yang lebih besar. Jika kebiasaan tadi sudah mendarah daging, kita akan mulai membuang-buang waktu dan tak menghargainya. Persis saat Anda tak peduli dengan barang-barang sepele. Sebenarnya ada beberapa sebab mengapa orang tidak menghargai dan menyepelekan sesuatu, di antaranya:
* Sesuatu itu berupa hal sederhana yang bisa ia dapat kapan saja.
* Sesuatu itu bukan hal yang penting.
* Sesuatu itu berupa hal penting, tapi ada hal lain yang lebih penting dari itu. Sehingga fokus dan perhatiannya lebih ia curahkan untuk hal yang lebih penting tersebut.
* Sesuatu itu berupa hal penting, tapi ia tinggalkan akibat lalai karena mengikuti bujuk rayu setan dan godaan hawa nafsu.
Sekarang kita sedang berada di sebuah pintu gerbang. Pintu gerbang pertama yang sudah Allah Swt. buka untuk semua hamba-Nya. Kita sudah masuk dan sedang berjalan menuju rumah-Nya. Rumah itu berada di bulan Ramadhan. Di sana, Tuhan Yang Mahakaya akan menjamu kita dengan berbagai limpahan pahala, berkah, dan rahmat. Pintu gerbang pertama ini kita kenal dengan sebutan Rajab. Ya, bulan Rajab. Bulan ketujuh dalam kalender Hijriah.
Bulan Rajab adalah bulan yang sangat mulia. Banyak sekali hadis dan riwayat dari para Makshum as. menjelaskan tentang kemuliaan bulan ini. Dalam kitab Mafatihul Jinan, Syaikh Abbas al-Qummi menukil hadis dari Rasulullah Saw. yang berbunyi, “Sesungguhnya Rajab adalah bulannya Allah yang mulia.”
Masih dalam kitab yang sama, Syaikh Abbas al-Qummi juga menukil hadis dari Imam Musa al-Kadzim as. yang berbunyi, “Rajab adalah nama sebuah sungai di surga. Warna airnya lebih putih dari susu. Rasanya lebih manis dari madu.” Dalam hadis lain yang juga dinukil dalam kitab ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Dinamakan Rajab al-Ashabb karena rahmat Allah mengucur deras untuk umatku kala itu…”
Dengan merenungi baik-baik sebagian hadis ini, takkan bisa dipungkiri bahwa bulan Rajab adalah bulan yang sangat agung dan mulia. Ia memiliki keistimewaan tersendiri di sisi Allah Swt. Malam dan siangnya ibarat tempat pemberhentian seorang musafir. Di situ, ia bisa mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya dan semua persiapan yang diperlukan untuk melanjutkan perjalanan menuju bulan Ramadhan.
Kita semua adalah musafir itu. Kita sedang berjalan di taman surgawi yang penuh dengan buah-buahan segar lagi menyegarkan. Ini adalah kesempatan yang berharga untuk dimanfaatkan dengan baik. Kita harus kumpulkan berkah dan rahmat sebanyak-banyaknya di bulan ini. Ambil semua buah itu dan penuhi bekal kita. Karena setiap detik dan menit di bulan ini begitu berharga. Ambil semuanya, kumpulkan semuanya.
Tapi ingat dan waspadalah, iblis beserta pasukannya tak akan diam melihat kita bersemangat memetik setiap rahmat Allah Swt. yang turun di bulan ini. Mereka tak akan membiarkan kita membersihkan dosa-dosa dengan air jernih ampunan-Nya, yang mengalir deras di setiap detiknya pada bulan ini. Dengan tipu muslihat liciknya, mereka akan merayu, menggoda, dan mengarahkan kita untuk bersantai ria dan duduk-duduk santai.
Agar kita tidak memanfaatkan waktu yang berharga ini dengan baik. Supaya kita keluar dari bulan Rajab dengan tangan kosong tak membawa apapun dari keberhakan dan rahmat-Nya. Jangan sampai kita menyesali setiap detik yang berlalu di bulan ini karena tak memanfaatkannya dengan ibadah, istighfar, puasa, dan zikir. Atau, na’udzu billah, kita justru melumuri diri kita dengan maksiat. Bukannya memenuhi bekal dengan pahala, tapi malah mengisinya dengan dosa-dosa yang busuk aromanya, kotor, dan menjijikkan.
Lihat apa yang Imam Ja’far ash-Shadiq as. katakan kepada seseorang yang bernama Salim. “Aku mendatangi Imam Ja’far ash-Shadiq as. di suatu hari saat bulan Rajab. Waktu itu tersisa beberapa hari lagi sampai bulan Rajab berakhir.”
Saat Imam melihatku, beliau bertanya, “Wahai Salim, apakah kau berpuasa di bulan ini? Aku menjawab, “Tidak wahai putra Rasulullah.” Kemudian beliau berkata padaku, “Sungguh kau telah kehilangan pahala yang tidak diketahui berapa banyak jumlahnya kecuali oleh Allah Swt. Sungguh ini adalah bulan yang Ia muliakan dan agungkan. Ia wajibkan ganjaran-Nya untuk orang-orang yang berpuasa di bulan ini.”
Aku berkata padanya, “Wahai putra Rasulullah, jika aku berpuasa di hari akhir bulan ini, apakah aku akan mendapat pahala seperti mereka yang berpuasa?”
Beliau menjawab, “Wahai Salim, barang siapa yang berpuasa meskipun di hari akhir bulan ini, itu akan melindunginya dari pedihnya sakaratul maut, menjadi penenang rasa takut saat pertama kali masuk ke dalam kubur, dan pelindung dari azab kubur. Siapa yang berpuasa di dua hari akhir bulan ini, itu akan memudahkannya melewati jembatan Shirat. Dan siapa yang berpuasa di tiga hari akhir bulan ini, ia akan selamat dari rasa takut dan dahsyatnya hari kiamat, dan dijauhkan dari neraka.” Riwayat ini, juga dinukil oleh Syaikh Abbas al-Qummi dalam kitab Mafatihul Jinan pada bab “Amalan-amalan dan Keutamaan Bulan Rajab.”
Sekarang jelas sekali, betapa mulianya kedudukan bulan Rajab di sisi Allah Swt. Tentu tak pantas jika kita abaikan semua kemuliaan dan amal ibadah di bulan ini begitu saja, seolah-olah tak butuh ampunan dan rahmat-Nya.
Maka, sudah sepatutnya kita gunakan setiap menit dan detik pada bulan Rajab ini dengan baik. Untuk berzikir, istighfar, berbuat baik, menolong sesama, bersedekah, puasa, dan mengerjakan ibadah-ibadah lainnya. Serta menjauhkan diri dari berbuat dosa dan maksiat. Karena orang yang beruntung, adalah mereka yang memanfaatkan waktu dengan baik sesuai yang Allah Swt inginkan.
“Demi masa. Sungguh manusia itu dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan melakukan amal shalih, dan saling menasehati akan kebenaran dan kesabaran.” (QS.Al-Ashr:1-3).