Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengenal Perempuan dalam Al-Quran (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Al-Quran dan semua agama ilahi menyebut kehadiran manusia di muka bumi dalam bentuk perempuan dan laiki-laki. Artinya, kehidupan manusia di atas bumi dimulai dengan kehadiran perempuan dan laki-laki dengan nama Adam dan Hawa dan keduanya sepanjang hidupnya sangat akrab dan senantiasa bersama.

Hawa sebagai ibu dari manusia dan sebagai perempuan pertama yang diciptakan memiliki derajat yang tinggi, sehingga diajak bicara Allah sederajat dengan nabi di masanya dan memiliki hak ibu bagi semua manusia. Dengan alasan ini, beliau disebut Hawa yang berarti ibu manusia. Allah Swt menciptakanHawa sebagai perempuan pertama yang suci dan menjaga kesuciannya. Berbeda dengan perubahan yang dimuat oleh dua kitab samawi (Taurat dan Injil) yang memperkenalkan kisah bahwa Hawa dimasuki setan atau faktor yang menipu Nabi Adam as. Al-Quran meletakkan Hawa dalam posisi yang tinggi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat 189 surat al-Araf Allah Swt berfirman, "Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya."

Menurut al-Quran, Hawa memiliki derajat yang tinggi, sehingga Allah berbicara kepadanya. Perlu diketahui bahwa al-Quran tidak pernah mengajak berbicara seorang nabi bersama istrinya, selalu yang diajak bicara adalah nabi dan kaumnya. Mungkin rahasia dari penyebutan khusus terkait Hawa adalah perhatian pada markas pasangan yang menyebabkan bertahannya kehidupan manusia. Harus diperhatikan bahwa Allah Swt memiliki perhatian khusus kepada Hawa. Karena begitu penciptaan Adam sempurna, Hawa diciptakan demi ketenangannya. Kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam al-Quran sebagai ayah dan ibu kita manusia sangat menarik perhatian.

Ketika Allah Swt menciptakan Adam dan meniupkan ruh-Nya kepada dalam bentuk Adam, ada daya tarik ke sumber penciptaan dalam dirinya dan Allah mengajarkan seluruh ilmu. Allah meminta dari para malaikat untuk bersujud kepadanya. Semua melakukannya kecuali Iblis. Iblis tidak melakukannya karena melihat dirinya lebih baik dan tidak menerima perintah ilahi. Oleh karenanya Allah menghukumnya dan mencegahnya dari nikmat serta mengusirnya.

Setelah diciptakan, Adam dan Hawa memasuki surga dan Allah mewahyukan kepada Adam bahwa Aku akan memberikanmu nikmat dan harus mengingatnya. Karena Aku menciptakanmu dengan fitrah yang suci dan sesuai kehendak-Ku engkau Aku ciptakan sebagai makhluk terbaik dan layak. Aku meniupkan ruh-Ku kepadamu dan memerintahkan malaikat agar bersujud kepadamu serta memberikan ilmu kepadamu.

Wahai Adam, Aku mencegah Iblis dari rahmat-Ku karenamu dan Aku melaknatnya karena menolak perintah-Ku. Rumah abadi adalah surga dan Aku menjadikan rumah abadi ini sebagai tempatmu. "Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya." (QS. Thaha 20:118-119) Bila menaati perintah-Ku, engkau akan tinggal di surga ini selama-lamanya, tapi bila melanggar perintah-Ku, engkau akan dikeluarkan dari tempat ini dan mendapat azab. Ingatlah ini! Iblis adalah musuhmu dan istrimu. Waspadai tipu dayanya agar tidak dikeluarkan dari surga.

Allah yang Maha Esa mengizinkan Adam dan Hawa memanfaatkan segala nikmat-Nya dengan penuh ketenangan dan membebaskan mereka untuk memetik segala buah yang diinginkan. Satu-satunya permintaan kepada mereka dari segala nikmat yang ada adalah agar menjauhi satu buah dari sebuah pohon. Allah menyebut pohon terlarang dan menentukannya agar jangan sampai ada kerancuan dan dengan demikian, segala pertanyaan di benak Adam dan Hawa mengenai masalah ini sudah terjawab. Allah kembali memperingatkan mereka agar tidak mendekati pohon tersebut dan berfirman, "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."

Adam dan Hawa memasuki sebuah kebun yang luas dan indah. Apa saja yang merekainginkan dapat memanfaatkannya. Mereka berputar-putar di kebun tersebut dan beristirahat di bawah pohon yang rindang. Mereka memakan buah-buahan yang ada di kebun dan minum dari air yang ada di sana. Karena air kebahagiaan mengalir di sana, mereka benar-benar merasa bahagia. Tapi setan sebagai musuh bebuyutan dan telah terusir dari surga mulai mendekati mereka dan mulai mempengaruhi Adam dan Hawa, sehingga mereka tergelincir yang berakibat mereka dikeluarkan dari kebun yang indah itu.

Allah Swt berkata kepada mereka, "... Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS. al-Araf 7: 22) Mendengar itu, Adam dan Hawa langsung memahami kesalahan mereka dan berusaha agar kesalahan mereka dapat dimaafkan dan berkata, "Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al-Araf 7: 23) "Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Thaha 20: 123)

Apa yang dijadikan pelajaran dari kehidupan Adam dan Hawa adalah kebersamaan keduanya baik dalam kegembiraan, kesulitan selau bersama. Semua peristiwa yang terjadi bagi keduanya. Ini contoh cara pandang yang adil dan benar terkait laki-laki dan perempuan dalam al-Quran. Al-Quran dalam pelbagai ayat menyebut perempuan dan laki-laki sama dalam meraih keutamaan dan bergerak menuju kesempurnaan. Di sebagian ayat disebutkan, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya ..."

Laki-laki dan perempuan dalam pandangan al-Quran memiliki akal, perasaan dan pemahaman. Dengan beribadah mereka dapat mencapai kesempurnaan ilahi. Berbeda dengan kebanyakan aliran filsafat dan sebagian agama yang menyebut sifat perempuan berbeda dengan sifat pria, al-Quran menyebut substansi laki-laki dan pria adalah satu. Di ayat pertama surat al-Nisa, Allah berfirman, "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak ..."

Hawa adalah sumber ketenangan bagi Adam. Sesuai dengan sebagian riwayat, ketika Allah meletakkan Adam di surga, di sana Adam belum memiliki teman bicara, sehingga ia begitu sedih dan galau. Kemudian Allah menciptakan isteri untuknya agar bisa tenang di sisinya. Dalam buku Zan dar Ayene-ye Jalal va Jamal karya Ayatullah Javadi Amoli disebutkan:

"Imam Shadiq as berkata kepada Zurarah, 'Setelah Allah menciptakan Adam, Hawa kemudian juga ciciptakan... setelah mengetahui penciptaan Hawa, Adam bertanya kepada Allah, 'Siapa ini yang kedekatan dan melihatnya membuatku mereka akrab?' Allah berfirman, 'Ini Hawa. Apakah engkau ingin ia tetap bersamamu, menjadi sumber ketenangan, berbicara kepadamu dan mengikutimu?' Adam menjawab, "Iya! Ya Ilahi! Selama aku hidup aku wajib mensyukuri-Mu.' Allah Swt kemudian berfirman, 'Minta kepada-Ku agar ia menjadi isterimu karena ia layak menjadi isterimu demi menjamin kebutuhan biologismu.' Allah kemudian menganugerahkan keinginan biologis kepadanya... Setelah itu Adam berkata, 'Saya mengusulkan untuk bisa menikahinya. Bagaimana dengan keridaan-Mu?' Allah berfirman, "Keridaan-Ku ada pada engkau harus mengajarinya ajaran agama-Ku...' Sumber kecenderungan laki-laki kepada perempuan dan begitu juga sebaliknya serta keakraban keduanya adalah kasih sayang dan rahmat yang diberikan Allah kepada keduanya..."

Pada hakikatnya, poin penting yang patut direnungkan dari kisah penciptaan Adam dan Hasa adalah faktor pembentuk keluarga. Kedekatan dan pandangan Adam kepada Hawa sumber kedekatan dan keakrabannya dan Allah Swt menjadi prinsip ini sebagai landasan terciptanya hubungan di antara keduanya. Keakraban manusiawi ini telah ada sebelum munculnya keinginan biologis. Itulah mengapa pernikahan dan pembentukan "keluarga" memiliki kesucian dan pusat keakraban dan kedekatan.

Patut disayangkan bahwa substansi dan kepribadian perempuan yang ditampilkan Barat hanya dimensi lahiriah dan materinya yang diakui. Sementara Islam mengakui perempuan dengan semua identitas manusiawinya dan meletakkannya di tengah keluarga yang hangat dan penuh keceriaan. Itulah mengapa Islam melihat keluarga sebagai dasar kesadaran dan ketenangan laki-laki dan perempuan. Allah Swt dalam surat al-Rum ayat 21 berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."