Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Murtadha Muthahhari: Kritik atas Materialisme Historis(2)

2 Pendapat 05.0 / 5

Kritik Murtadha Muthahhari atas Materialisme Historis

Secara ontologis, jiwa memiliki kenyataannya sendiri sementara materi memiliki kenyataannya sendiri, namun dalam pertautan epistemologi tidak mungkin tidak pasti dimulai dari kenyataan-kenyataan material. Di sinilah Marx tidak memilah mana materi dan jiwa dalam pengertian ontologis dan epistemologis. Seandainya Marx memaknai ini dari segi ontologis, dengan memahami bahwa materi lebih dulu ada sebelum jiwa, maka menjadi pertanyaan bagaimana materi menjadi materi? Dan bagaimana jiwa bisa terlahir dari materi? Apakah materi pada dasarnya bersifat material atau bersifat spiritual? Perbincangan ini akan membawa kita memasuki wilayah perdebatan filosofis mengenai konsep ada (wujud). Karena jika dikatakan materi adalah satu substansi yang mengalami gerak dan perubahan, maka secara logis dia pasti memiliki asal-muasal.

Apakah hukum gerak pada materi juga adalah sebuah materi? Jika kita memahami bahwa hukum yang bekerja, berlaku pada materi pada dirinya bukanlah bersifat material, maka pada dasarnya wujud material yang ditentukan sepenuhnya oleh gerak, berarti secara logis bergantung kepada yang tidak material yakni, hukum-hukum gerak dan perubahan itu sendiri. Oleh sebab itu, Muthahhari berkeyakinan bahwa materialitas materi ditentukan oleh aspek-aspek yang bersifat inmaterial, sehingga materi hanyalah manifestasi perwujudan dari aspek-aspek inmaterial.

Jika dipahami secara epistemologis, hubungan materi dan jiwa memang tidak bisa dibantah bahwa mula-mula pengetahuan manusia bersifat material (baca: persepsi inderawi), namun dalam  perkembangan arus berpikir manusia terdapat pengetahuan-pengetahuan rasional yang tak memiliki subjeknya secara material. Dicontohkan misalnya, konsep-konsep logika maupun filsafat. Justru dalam konteks ini, jika alam pikir manusia ditentukan oleh realtiasnya, toh mengapa Marx berpikir dalam kesadaran sosialisme sementara realitas yang dialami adalah realitas masyarakat kapitalisme. Lantas dari mana kesadaran sosialismenya itu muncul?

Kritik lainnya adalah, sisi materialitas pada sejarah manusia. Muthahhari menampik pandangan Marx bahwa sejarah semata-mata digerakkan oleh faktor-faktor produksi. Karena, bagi Muthahhari, masyarakat bukanlah wujud bendawi belaka tetapi merupakan jalinan-jalinan interksi intelektual dan spiritual yang tercermin dari visi-visi sosial masyarakat. Terlebih Muthahhari meyakini aspek fitrah kemanusiaan yang bervisi pada penyempurnaan diri yang tidak lain adalah visi spiritual itu sendiri.

Justru dengan dua visi tersebut yaitu, intelektual dan spiritual masyarakat, gerak sejarah menjadi mungkin. Mengapa? Karena tindakan manusia di seluruh aspek materialnya adalah sebagai usaha untuk mencapai tujuan kemanusiaannya dan visi tertinggi dari tujuan kemanusiaan adalah pencapaian kematangan spiritual.