Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Model Keluarga Mahdawi di Era Ghaibat Imam Mahdi as(2)

2 Pendapat 05.0 / 5

Di seluruh agama Samawi dijelaskan pembahasan mahdawiyah, juru selamat umat manusia, masa depan yang jelas, pemerintahan mulia dan sejumlah peristiwa akhir zaman. Oleh karena itu, kebijakan makro keluarga Mahdawi juga harus dijelaskan di koridor ini dan sikap setan serta iblis yang ingin memadamkan cahaya Ilahi harus dijelaskan kepada seluruh anggota keluarga dan dipaparkan mekanisme anti kubu arogan serta melawan serangan ini.

Keluarga harus menjadi institusi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anggotanya, dan memperkuat pengenalan terhadap musuh. Melalui pemberian wawasan dan peningkatan pengetahuan, mereka dikenalkan budaya Mahdawi. Karena jika tidak demikian, bisa saja selain mengikuti jalan kesesatan dan perilaku menyimpang akibat fanatisme buta, mereka akan menyerah terhadap anasir negatif di masyarakat.

Pengaruh budaya Mahdawiyah dapat ditelurusi di tiga bidang. Pertama di manusia itu sendiri dan di keluarga yang membesarkan seseorang serta di masyarakat. Pertama kita akan membahas pengaruh Mahdawiyah di dalam diri seseorang.

Budaya mahdawi pada manusia memotivasi mereka untuk menjalani kehidupan yang bertujuan dan berusaha untuk mencapai kebahagiaan di dunia ini dan akhirat. Budaya ini dapat menyelamatkan seseorang dari kekosongan dan kesesatan, karena harapan untuk masa depan yang cerah menghilangkan keraguan dalam esensi kehidupan dan memaksa orang untuk bergerak ke arah yang benar.

Budaya mahdisme meningkatkan kekuatan pemikiran itu sendiri dan mengarahkan manusia ke pengetahuan diri. Itu juga membuatnya tahan terhadap kesulitan, siap menerima bahaya kehidupan, karena masa depan tidak pasti baginya dan akan selalu penuh dengan harapan dan pencerahan. Manusia Mahdawi menghabiskan saat-saat dalam hidupnya untuk meraih keridhaan Imam Mahdi dan menggunakan upaya terbaiknya untuk mencapai keadilan dalam ucapan, perilaku, dan akhlaknya. Manusia Mahdawi berusaha mendekatkan masyarakat dengan masyarakat ideal pada saat kemunculannya dengan menciptakan lebih banyak ikatan antara dirinya dan imam pada masanya.

Budaya Mahdawi memiliki peran mendasar dan menentukan dalam hubungan antara individu dan keluarga. Jika budaya keluarga didasarkan pada pemikiran Mahdavi, dan anggota keluarga, terutama kepala politiknya, sang ayah, dan ketua pendidikan, sang ibu, mencoba membangun budaya Mahdawi dalam keluarga, mereka akan membawa kedamaian dan kebahagiaan satu sama lain. Tentu saja, mencapai tujuan ini harus disertai dengan perencanaan dan tinjauan ke masa depan.

Program ibadah, rekreasi, dan budaya dalam keluarga semestinya seperti menghidupkan kembali ingatan terhadap Imam Mahdi di lingkungan rumah dan wilayah Imam mengendalikan perilakunya. Misalnya, pertemuan doa, tawassul, dan pembacaan Alquran harus diadakan dengan perhatian khusus pada budaya Mahdawi dalam keluarga. Pergi ke tempat ziarah dan masjid harus dilakukan dengan perencanaan khusus dan sebagai keluarga. Bahkan belajar dan menuntut ilmu, berolahraga, silaturahmi, membantu orang lain, dan menghibur mereka, harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Imam al-Zaman (as) dan mendapatkan keridhaannya.

Budaya Mahdavi juga harus dikristalisasi dalam masyarakat. Tempat tinggal, tempat kerja, kota atau negara di mana seseorang tinggal dapat dihiasi dengan budaya Mahdawi. Manusia sedang menunggu tugas untuk menyebarkan budaya Mahdisme di tempat tinggalnya. Manajemen politik negara dapat mengambil langkah-langkah efektif ke arah ini dengan mendorong rencana menuju aturan budaya Mahdawi dan penerapan keadilan, dan dengan demikian masyarakat dapat menghirup aroma "Keadilan Mahdawi" yang menyenangkan. Di arena internasional, individu dapat mengekspor budaya ini ke negara lain sesuai dengan tanggung jawab dan konteks kegiatan sosial mereka, dan memberikan landasan bagi kepentingan publik dan global dalam keadilan penuh dan tertinggi di dunia.

Budaya Mahdisme adalah budaya intidhar (menanti). Intidhar sebuah bentuk protes permanen atas ketidakadilan, dan penyelamatan atas keterpurukan serta senantiasa siap dan terlibat di medan. Intidhar faraj (menanti juru selamat) adalah upaya sistematis yang tidak selaras dengan diam dan kemalasan. Intidhar atau penantian Imam Zaman as memiliki peran utama di konstruksi, dinamisme dan mereformasi individu dan masyarakat di masa ghaibat.

Jika manusia yang menanti menjalankan tugas yang diberikan kepadanya maka ia akan menemukan teladan yang tepat, mampu melawan penyimpangan dan dengan meneladani ajaran para Imam, mereka aktif berjihad dan berjuang demi memperbaiki diri dan masyarakat.