Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Napak Tilas Jejak Sayidah Nargis, Ibunda Sang Juru Selamat, Al-Mahdi afs (Bag 3)

0 Pendapat 00.0 / 5

Arikel ini bagian terakhir mengenai “Napak Tilas Jejak Sayidah Nargis, Ibunda Sang Juru Selamat, Al-Mahdi afs”.

Makam Sayyidah NargisKelahiran Yang Dijanjikan

Pada suatu hari, Isa bin Shubaih yang sepenjara dengan Imam Ali al-Hadi as, dan juga merupakan pengikut beliau, berbincang-bincang dengan beliau.

“Tuanku, apakah engkau memiliki seorang putra?” tanya Isa bin Shubaih.

“Sumpah demi Tuhan, tidak akan lama lagi akan dianugrahkan seorang anak kepadaku yang akan memenuhi dunia dengan keadilan. Namun, sekarang aku belum punya anak.” Jawab Imam Ali al-Hadi as.

Imam Hasan al-Askari berusaha menyembunyikan berita seorang putra yang akan terlahir darinya di hadapan para musuh, dan membiarkan mereka dalam kebingungan. Namun, beliau memberikan kabar kelahiran putranya yang akan menjadi imam dan pengganti setelahnya kepada sebagian pengikut setianya. Pada suatu hari, Muhamad bin Abdul Jabbar datang menemui Imam Hasan al-Askari as dan berkata, “Wahai putra Rasul, jiwa kami sebagai tebusannya, aku ingin mengetahui imam dan pemimpin setelahmu?”

“Imam dan pengganti setelahku adalah putraku, nama dan gelar(kunyah)nya seperti Rasulullah. Ia adalah penutup hujjah Allah dan khalifah terakhir.” Jawab Imam Hasan al-Askari as.

“Siapakah ibunya, wahai Putra Rasul?” tanya Muhamad bin Abdul Jabbar.

“Ia adalah putri dari putra kaisar Romawi. Putraku akan lahir ke dunia, kemudian ia akan mengalami kegaiban yang panjang sampai tiba waktu kemunculannya.” Jawab Imam Hasan al-Askari as.

Keluarga Imam Hasan al-Askari as dan Sayidah Nargis sangat mengenal kedudukan dan keagungan mereka berdua. Dari keduanya akan lahir sosok yang dijanjikan. Mereka sangat menantikan kelahiran sosok yang dijanjikan tersebut.

Disebutkan dalam menggambarkan kondisi Sayidah Hakimah bahwa ia datang menghadap Imam Hasan al-Askari as, berkali-kali ia mendoakannya dan mohon agar Allah swt segera menganugrahkan seorang anak kepadanya.  Seorang anak tersebut tidak akan terlahir kecuali dari Sayidah Nargis. Dalam Sahifah Fathimah disebutkan tentang nama ibu dari al-Mahdi afs.

“Ummuhu jaariyah, ismuha Narjis.”

“Ibunya seorang budak, namanya adalah Nargis.”

Malam 15 Sya’ban, Kelahiran Sang Juru Selamat; Putra Sayidah Nargis

Pada tanggal 14 Sya’ban 255, Sayidah Hakimah seperti biasa datang menemui Imam Hasan al-Askari as dan Sayidah Nargis yang disambut hangat oleh mereka berdua. Sayidah Nargis bangkit mendekati Sayidah Hakimah hendak membukakan alas kakinya. Namun Sayidah Hakimah menolaknya dengan sopan seraya berkata, “Engkau adalah junjunganku, sumpah demi Allah aku tidak akan membiarkan engkau membukakan alas kakiku dan melayaniku seperti ini. Namun aku yang harus melayanimu.”

Mendekati Magrib, Sayidah Hakimah pamit pulang. Namun Imam Hasan al-Askari menahannya dan memintanya untuk tinggal.

“Bibiku, tinggallah di sini, kita buka puasa bersama. Ini pertengahan malam bulan Sya’ban, tidak lama lagi akan lahir sosok yang dijanjikan…”

“Tuanku, siapa yang akan melahirkan? Aku tidak melihat tanda-tanda kehamilan pada Nargis?” tanya Sayidah Hakimah.

“Dari Nargis, tidak dari selainnya.” Jawab Imam as singkat.

Sayidah Hakimah kemudian pergi mendekati Nargis, mendekati tubuhnya dan melihat tanda-tanda kehamilan padanya. Namun ia tidak melihat tanda-tandanya. Sayidah Hakimah kembali menghadap Imam Hasan al-Askari as. Imam as tersenyum seraya berkata, “Ketika waktu fajar tiba, maka akan menjadi jelas bagimu. Karena kehamilannya seperti kehamilan ibu Nabi Musa as yang tidak terlihat tanda-tanda kehamilannya. Tidak ada yang mengetahuinya sampai kelahirannya karena Firaun akan menyobek perut perempuan yang hamil untuk mencari Nabi Musa as. Anakku juga seperti Nabi Musa as.”

Sayidah Hakimah kembali mendekati Sayidah Nargis dan menanyakan kondisinya.

“Bibiku yang mulia, aku tidak merasakan adanya janin dalam rahimku.” Ucap Sayidah Nargis.

“Allah akan menganugrahkan seorang anak kepadamu yang akan lahir malam ini.” Timpal Sayidah Hakimah.

Sayidah Nargis sangat bahagia mendengarnya, dan tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.

Dalam menceritakan peristiwa malam pertengahan Sya’ban Sayidah Hakimah berkata, “Setelah mendirikan solat dan berbuka, kemudian aku tidur. Tengah malam aku terbangun untuk melakukan solat Tahajud. Setelah solat Tahajud, aku melihat ke arah Nargis yang tengah tertidur pulas tubuhnya tidak bergerak. Aku tidak melihat tanda kehamilan padanya. Kemudian aku duduk lagi dan melanjutkan membaca doa. Nargis pun terbangun untuk melakukan solat Tahajud. Setelah solat, Nargis kembali tertidur. Aku mulai ragu atas ucapan kemenakanku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suaranya dan berkata, “Bibiku, jangan tergesa-gesa, sebentar lagi hal itu akan terwujud.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sayidah Hakimah berkata, “Aku malu pada Imam Hasan al-Askari, kenapa harus meragukannya? Dalam keadaan malu aku pun masuk ke dalam kamar.”

Aku kembali duduk dan membaca surah as-Sajdah dan surah Yasin. Tiba-tiba Nargis terbangun dalam keadaan gemetar. Aku langsung mendekatinya dan mendekapnya sembari membaca doa. “Apakah engkau merasakan sakit?” tanyaku.

“Iya, Bibiku.” Jawabnya.

Aku berkata, “Yakinlah dan bertahanlah, ini adalah sebagaimana yang telah aku katakan kepadamu.” Kemudian aku memanggil Imam Hasan al-Askari, beliau pun membacakan surah al-Ikhlas, al-Qodar, dan ayat Kursi untuk Nargis. Aku pun membaca surah-surah tersebut atas perintahnya.  Janin yang ada di Rahim Nargis pun ikut membacanya, ia pun mengucapkan salam kepadaku, dan aku gemetar saat mendengar suaranya.

Imam Hasan al-Askari as berkata, “Jangan heran dengan keajaiban Allah, sesungguhnya Allah memberikan kemampuan kepada kami pada saat kecil dapat menyampaikan hikmah dan saat dewasa menjadi hujjah-Nya di muka bumi.”

Sayidah Hakimah kembali menjelaskan, “Pada saat kondisi kritis, Nargis memegang tanganku dengan sangat erat, berteriak dan mengucapkan syahadat.”

Berkaitan dengan proses kelahiran Imam Mahdi afs terdapat beberapa riwayat yang berbeda, meskipun secara umum kandungannya sama yang dinukil dari Sayidah Hakimah, di antaranya:

“Tiba-tiba, saat itu aku dan Nargis menjadi lemas, pada saat itu aku melihat bayi terlahir.”

“Tiba-tiba, Nargis hilang dari pandanganku seolah-olah ada tirai yang menghalanginya. Aku pun berlari menuju Imam Hasan al-Askari dan memanggilnya.

“Bibiku, kembalilah ke tempatmu, engkau akan melihatnya kembali.” Ucap Imam Hasan al-Askari.

“Aku melihat cahaya yang menyilaukan dari bayi Nargis, bayi tersebut menghadap kiblat dan bersujud.”

Imam Hasan al-Askari as berkata, “Saat ia terlahir dari Rahim ibunya langsung menghadap kiblat dan bersujud, kemudian duduk dan mengangkat jari-jarinya ke arah langit dan bersin seraya mengucapkan,

“Alhamdulillah Robbil alamin, shollallahu ‘ala Muhamad wa alihi ‘abdan daakhiran ghaira mustangkifin wa la mustakbirin.”

Nasim, pelayan Imam Hasan al-Askari as pun menyinggung tentang bersin Imam Mahdi afs saat lahir.

Usman bin Said (salah satu wakil Imam Mahdi afs pada masa ‘Ghaib Shugra’) menceritakan bahwa pada saat itu menyaksikan cahaya berasal dari rumah Imam Hasan al-Askari as yang membentang hingga ke langit.

Imam Hasan al-Askari as memanggil bibinya, “Bibiku, bawalah kemari bayi itu!”

Sayidah Hakimah pun mengambil bayi tersebut dan menggendongnya. Dilihatnya bayi sudah bersih dan suci. Bayi pun dibedong dengan kain dan diserahkan kepada Imam Hasan al-Askari as. Imam as meletakkan bayinya di atas telapak tangan kiri dan meletakkan telapak tangan kanannya di atas perutnya. Beliau meletakkan lidahnya di mulutnya, mengusap-ngusap punggung, telinga dan bagian tubuh lainnya. Kemudian mengumandangkan adzan di telinganya dan setelahnya mengusap kepalanya seraya berkata, “Putraku, berbicaralah!”

Bayi itu pun berbicara,

“Asyhadu an la ilaha illah, wa asyhadu anna Muhamad Rasulullah, wa anna ‘Aliyyan Amiral Mukminin waliyyullah…”

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhamad utusan Allah, dan Ali waliyullah…” bayi tersebut menyebut nama-nama para Imam as dan berhenti setelah menyebut nama Imam Hasan al-Askari as.

“Bibiku, bawalah bayi itu ke ibunya, agar ia mengucapkan salam kepadanya, kemudian bawa lagi kepadaku!” perintah Imam Hasan al-Askari kepada Sayidah Hakimah.

Sayidah Hakimah pun memberikan bayi itu kepada Sayidah Nargis. Bayi mengucapkan salam kepada ibundanya. Kemudian bayi tersebut diserahkan kembali kepada Imam Hasan al-Askari as.  Beliau memberikan nama dan julukan kepadanya seperti nama dan julukan Rasulullah saw. Muhamad dan Abul Qosim adalah nama dan julukannya yang telah dikabarkan sebelumnya oleh Rasulullah saw.

CATATAN:

19 Kasyful Haq, hal. 15; Mustadrak Wasail, jil 12, hal 280; Tim Peneliti Baqirul-Ulum, Banwane Nemune, hal.632.

20 Biharul Anwar, jil 51, hal 24; Hilyatul Abrar, jil 2, hal 529; ibid.

21 Kamaludin, jil 1, hal 307; Tim Peneliti Baqirul-Ulum, Banwane Nemune, hal.633.

22 Hidayatul Qubra, hal 353; Tim Peneliti Baqirul-Ulum, Banwane Nemune, hal.634.

23 Kamaludin, jil 2, hal 424; ibid

24 Kitabul Ghaibah, hal 141; Biharul Anwar, jil 51, hal 17; ibid hal 635.

25Kasyful Ghummah, jil 2, hal 498; ibid.

26 Kamaludin, jil 2, hal 425; Biharul Anwar, jil 51, hal 2 & 11; ibid.

27 Kitabul Ghaibah, hal 141; Biharul Anwar, jil 51, hal 17; ibid hal 636.

28 Kamaludin, jil 2, hal 425; Kitabul Ghaibah, hal 141; ibid hal 636.

29 Ibid, jil 2, hal 426; ibid.

30 Ibid.

31 Ibid hal 403; Ibid hal 147; ibid hal 637.

32 Muntakhabul Atsar, hal 342; Ibid.

33 Majmaul Bayan, jil 6, hal 511; ibid 678.

34Kamaludin, jil 2, hal 425; Kitabul Ghaibah, hal 141; ibid.

35Ibid, hal 431; Biharul Anwar, jil 51, hal 5.

36 Al-Irsyad, jil 2, hal 339; ‘Alamul Wara’ , jil 2, hal 213.