Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apakah Anda Gelisah dalam Menghadapi Musibah Ini ?

1 Pendapat 05.0 / 5

Tiada manusia di dunia yang luput dari ujian dan cobaan. Tiada seorang pun yang hidupnya bersih dari rintangan. Bahkan para Nabi sebagai utusan-utusan Tuhan yang suci pun tak luput dari musibah dan cobaan.

Semua itu jelas karena kita sedang berada di alam dunia. Alam ini bukan tempat untuk rileks dan menikmati. Alam ini bukan tempat kebahagiaan yang abadi, tapi dunia adalah sebuah kelas ujian yang hasilnya akan dirasakan kelak di alam selanjutnya.

Bukankah Allah swt berfirman :

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS.Al-Balad:4)

Dan dalam ayat lainnya Allah menegaskan bahwa dunia adalah ruang ujian bagi manusia.

ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.Al-Mulk:2)

Semua orang hidup dengan ujiannya masing-masing. Namun yang membedakan adalah respon mereka dalam menghadapi ujian tersebut.

Ada yang sabar walaupun hatinya tidak rela dengan kondisi yang menimpanya.

Ada yang sabar dan hatinya rela dengan semua ketentuan Allah.

Dan yang terakhir, ada manusia yang gelisah, bingung, berontak dan tidak terima dengan apa yang terjadi.

Hati yang tidak terima dan berontak dengan apa yang terjadi akan membuat seseorang mengucapkan sesuatu yang tidak baik, bahkan melakukan sesuatu yang sangat buruk. Semua itu sebagai upaya protes dengan kondisi yang menimpanya.

Memang sifat gelisah ini tertanam dalam diri manusia, seperti dalam firman Allah swt :

إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا – إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا – وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا

“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir.” (QS.Al-Ma’arij:19)

Manusia mudah sekali gelisah dan ketakutan. Ketika ditimpa kemiskinan, diserang penyakit atau kehilangan sesuatu yang ia cintai ia mudah sekali gelisah, berontak dan tidak terima dengan apa yang terjadi.

Padahal, kegelisahan hanya akan menambah beban penderitaan. Sayyidina Ali bin Abi tholib pernah berpesan :

“Kegelisahan dalam menghadapi musibah lebih dahsyat dari musibah itu sendiri.”

Kegelisahan itu lebih berat dari musibah itu sendiri. Dalam ungkapan lain beliau berkata :

“Gelisah terhadap musibah akan menambah musibah itu lebih besar. Sementara kesabaran itu akan menghabiskan musibah.”

Bila kita berkaca pada Al-Qur’an, ketika musibah itu datang maka respon pertama yang kita ungkapkan adalah :

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (QS.Al-Baqarah:156)

Mari kita lihat beberapa contoh musibah yang menimpa para Nabi dalam Al-Qur’an.

1. Lihatlah Nabi Ya’qub as ketika ditimpa musibah dengan kehilangan Yusuf putra tercintanya.

Apa respon beliau?

Simaklah respon beliau dalam Surat Yusuf :

وَجَآءُو عَلَىٰ قَمِيصِهِۦ بِدَمٖ كَذِبٖۚ قَالَ بَلۡ سَوَّلَتۡ لَكُمۡ أَنفُسُكُمۡ أَمۡرٗاۖ فَصَبۡرٌ جَمِيلٌ

“Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku).” (QS.Yusuf:18)

2. Ketika Nabi Ayyub as ditimpa penyakit yang sangat berat, apa respon beliau dalam menghadapinya?

Apakah beliau marah, sedih dan meronta-ronta?

Beliau bersimpuh dan memanggil Nama Allah, bukan dengan Nama-Nya (Yang Maha Menyembuhkan) namun beliau memanggil Nama Allah (Yang Maha Penyayang).

وَأَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS.Al-Anbiya’:83)

Mukmin sejati tidak akan gelisah dan putus asa karena ia yakin semua yang terjadi adalah Allah yang menentukannya. Tugasnya adalah berusaha menghadapi musibah yang menimpanya, tetapi dia yakin disana ada Allah yang akan membantunya.

Seorang mukmin apabila tertimpa musibah tidak lantas gelisah dan ketakutan. Dia berusaha beradaptasi dan melaluinya dengan penuh kesabaran.

Rasulullah saw bersabda :

“Sungguh heran perbuatan seorang mukmin dan semua perbutannya memang mengherankan.

Apabila ia ditimpa kesenangan maka ia bersyukur dan syukur itu baik baginya.

Dan apabila ditimpa musibah ia sabar dan kesabaran itu baik baginya.”

Dalam kondisi apapun seorang mukmin akan mendapat kebaikan. Dalam posisi senang ataupun susah adalah lahan baginya untuk menabung pahala dari Allah swt.

Semoga bermanfaat…