Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Wasiat Imam Ja’far Shadiq as dalam Interaksi Sosial dan Vertikal

1 Pendapat 05.0 / 5

Imam Ja’far Shadiq as disebut sebagai sosok yang menurut pengakuan para pembesar Ahlu Sunnah, mereka berhutang budi kepada beliau.

Imam Shadiq as tidak hanya dikenal sebagai pimpinan Madzhab Ja’fari, namun juga diakui sebagai guru dari para imam Madzhab Ahlu Sunnah. Semua umat Islam memiliki hubungan khusus dengan beliau; misalnya Abu Hanifah yang diikuti oleh banyak pengikut di dunia Islam. Abu Hanifah pernah berguru kepada Imam Shadiq as selama 2 tahun dan ucapannya ini cukup terkenal yang menyatakan bila bukan karena 2 tahun itu aku tidak akan menjadi apa-apa.

Malik bin Anas, imam Mazhab Maliki juga menyatakan, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih ahli dalam bidang fikih seperti Imam Shadiq as.”

Muhammad bin Idris Syafi’i yang dikenal dengan Madzhab Syafi’i saat datang ke Madinah, Imam Shadiq telah menemui syahadah. Imam Kadhim juga berada di tahanan. Imam Syafi’i menimba ilmu dari Malik bin Anas. Sedangkan Ahmad bin Hanbal berguru kepada Imam Syafi’i.

Para pengikut Imam Syafi’i di wilayah Kurdistan Iran ketika ingin memberikan ijazah kepada seorang santri untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan agama, mereka akan menjelaskan silsilah masyayikh (para guru) dan saat sampai pada nama Imam Shadiq, mereka menyebut laqab-laqab indah beliau. Berdasarkan hal ini, semua madzhab mengaku berhutang budi kepada madzhab Ja’fari.

Mayoritas hadis dalam pembahasan fikih, akhlak dan akidah berasal dari Imam Shadiq as. Beliau juga memiliki murid terbanyak hingga disebutkan mencapai 4 ribu orang dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Berbagai disiplin ilmu yang tersebar di dunia mulai dipaparkan dalam bentuk spesialisasi sejak masa Imam Shadiq as.

Balasan Membantu Orang Lain dalam Riwayat Imam Shadiq as.

Imam Shadiq as suatu saat berkata kepada salah seorang sahabat beliau bernama Abdullah bin Jundub, “Setan menyiapkan beberapa tempat (perangkap) untuk memburu orang-orang mukmin dan hendaklah engkau berhati-hati terhadap perangkap setan.”

Salah satu perangkap setan menurut beliau adalah menghalangi untuk melakukan perbuatan baik. Artinya, ketika manusia ingin berbuat baik kepada saudara-saudara mukmin atau lainnya, setan berusaha menghalangi perbuatan baik tersebut.

Perangkap lainnya adalah menghalangi manusia untuk menunaikan ibadah wajib; menghalangi shalat, mencegah manusia untuk tidak bersyukur kepada Tuhannya.

Seolah-olah Imam Shadiq as ingin mewasiatkan terutama pada saat penyebaran pandemi dengan berbagai masalah ekonomi yang sedang menimpa masyarakat bahwa hendaknya kita tetap memberikan perhatian terhadap ibadah dan penghambaan, selain juga tidak melalaikan interaksi sosial dengan orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.

Menurut Imam Shadiq as, tiada ibadah yang lebih mulia dari membantu saudara-saudara seagama. Orang yang menyelesaikan permasalahan saudara-saudara seagamanya seperti orang yang menunaikan ibadah haji, sai di antara bukit Shafa Marwah. Atau dalam hadis lain disebutkan, barangsiapa memenuhi kebutuhan seorang mukmin, seperti orang yang ikut berperang bersama Rasulullah pada perang Badar dan Uhud.

Dalam banyak riwayat ditekankan, siksa orang yang meremehkan hak-hak kaum fuqara tidak dapat dibandingkan dengan siksa-siksa lainnya. Artinya salah satu azab Ilahi terpedih mencakup orang-orang yang meremehkan hak-hak saudara-saudara seagama dan tidak menunaikan hak-hak tersebut.

Berkenaan dengan interaksi sosial, Imam Shadiq as mengingatkan, di tengah masyarakat Islam harus ada ikatan yang benar dan para pengikut maktab ini harus memperhatikan jangan sampai terjebak dalam pengkhianatan, tipu daya, dan kecurangan. Dari sisi lain, beliau as juga menekankan supaya menghindari tindak meremehkan orang lain atau tidak memperhatikan kepribadian orang, punya watak dengki, suka bertikai dan hasud.

Oleh karena itu, Imam Shadiq as bersabda, barangsiapa yang bersikap khianat dan hasud kepada orang lain, ia harus mengetahui bahwa sebagaimana garam akan mudah larut dalam air, perbuatan-perbuatan tersebut juga menyebabkan iman seseorang akan lenyap dan tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan dan hamba-hamba-Nya.

Wasiat Terakhir Imam Shadiq as

Menyangkut hak-hak saudara seagama, Imam Shadiq as mewasiatkan kepada Abdullah bin Jundub supaya tidak meremehkan permasalahan sosial dan memenuhi kebutuhan orang lain, sebagaimana juga tidak melupakan permasalahan ibadah.

Di akhir hayat, Imam Shadiq as mengumpulkan para sahabat dan seluruh keluarga lalu memberikan beberapa wasiat kepada mereka, diantaranya: Bila seseorang meremehkan shalatnya dan membayangkan tetap akan mendapat syafaat kami, maka ia salah besar karena syafaat imam tidak akan sampai kepadanya.

Shalat adalah tanda penghambaan kepada Allah. Imam Shadiq as berkata, celakalah orang-orang yang melalaikan shalatnya (atau lalai dalam shalat). Orang-orang seperti ini seolah-olah bermimpi dan mengolok-olok Tuhannya. Mereka tidak akan memperoleh apa-apa di hari kiamat.

Wasiat lain yang disampaikan melalui Ibnu Jundub adalah supaya menggunakan sebagian waktu malam untuk beribadah dan menghampa kepada Allah, jangan digunakan untuk tidur semua. Jangan juga berbicara berlebihan sepanjang hari, karena pembicaraan dapat dengan mudah mengalir dari mulut, namun terkadang manusia tidak bersedia menggunakan beberapa menit waktunya untuk bersyukur dan shalat.

Wasiat-wasiat Imam Shadiq as ini sangat sesuai dengan QS. Ar-Ra’d [13]: 28-29: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”[1]

Oleh karena itu, bila kita ingin hidup tenang dan damai, kita harus menjaga hal-hal tersebut. Dengan kata lain, kita harus memberi perhatian khusus kepada aturan atau adab interaksi sosial dan berkhidmat di tengah masyarakat sebagai orang yang dapat memberikan dampak positif. Karenanya Imam Shadiq as berkata, kriteria orang mukmin adalah banyak berkhidmat kepada saudara-saudara mukmin lainnya, namun sedikit menggunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.[IG]

(Saduran dari ceramah Ayatullah Huseini Syahrudi (Wakil rakyat Kurdistan di Dewan Ahli Pimpinan Tertinggi Iran)

 

====================

[1] Bunyinya sebagai berikut:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ * الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ