Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dalil-dalil Pendukung Wilayatul Fakih

1 Pendapat 05.0 / 5

Dalil-dalil Pendukung Wilayatul Fakih

Meskipun banyak ahli Fikih yang berkompeten didalamnya sudah menjelaskan dalil-dalil seputar wilayatul fakih[1], kami (Ayatullah Ibrahim Amini) juga ingin memberikan andil untuk membuktikan keabsahan wilayatul Fakih dalam pandangan ilmu Fikih, berikut adalah beberapa hadis yang mendukung dan menjadi dasar pemikiran kami:

قال رسول الله صلی الله علیه و آله و سلم: اللهم ارحم خلفائی قیل یا رسول الله و من خلفائک قال الذین یاتون من بعدی و یروون عنی حدیثی و سنتی[2]

Nabi Saw berkata, “Allahummarham khulafai, Ya Allah rahmatillah khalifah-khalifahku, (sahabat pun) bertanya  wahai rasulallah siapakah khalifah-khalifahmu itu, berkata Nabi, mereka orang orang yang datang setelahku dan meriwayatkan hadis dan sunahku.”

Makna dari khilafah sangat jelas dan masyhur dikalangan umat islam, karena penerus da’wah beliau adalah orang yang bertanggungjawab penuh atas tanggungjawab politik dan kepemimpinan (sebagaimana yang beliau panggul sebelumnya). Jadi arti dari khalifah dalam riwayat ini adalah ulama yang menjadi khalifah Nabi dan memanggul wilayah kepemimpinan serta pemerintahan sebagai ciri khas dari Nabi juga melekat pada ulama. Lengkap dalam keilmuan dan bertanggungjawab secara penuh atas urusan umat Islam.

Ulama mendapat warisan bukan semata-mata berupa ilmu semata tapi juga berupa tanggungjawab kepemimpinan dan pemerintahan, tentu juga menguasai ilmu-ilmu Islam secara paripurna. Sehingga bisa menjalankan ajaran Islam sebagaimana Nabi Muhammad Saw pada masa beliau masih hidup.

 قال رسول الله(ص) العلماء ورثه الانبیاء [3]

و من سلک طریقا یطلب فیه علما

Nabi berkata, “Ulama adalah pewaris para Nabi.”

“Dan barangsiapa mengharapkan jalan (shirathal mustaqim) maka mintalah dari ulama.”

 

  قال علی علیه السلام: «العلماء حکام علی الناس»[4]

Imam Ali AS berkata, “Ulama adalah hakim atas umat manusia”, ma’na hakim disini sangat jelas dan merupakan dalil tegas atas wilayatul fakih, dalam hal ini tidak ada sedikitpun keraguan.

 قال علی علیه السلام: الواجب فی حکم الله و حکم الاسلام علی المسلمین ان لا یعلموا عملا  ولا یقدموا یدا و لارجلا قبل ان یختاروا الانفسهم اماما عفیفا و رعا عارفا بالقضاء و السنه یجی فئیهم و یقیم حجهم و جمعتهم و یجبی صدقاتهم.

Imam Ali AS berkata: “Wajib bagi umat islam sebelum menetapkan hukum islam atas umat islam, sebelum melakukan segala perbuatan, sebelum melakukan segala sesuatu, kecuali sudah ditetapkan seorang rahbar (pemimpin) yang bersih, bertakwa, arif, menguasai ilmu hukum (Quran) serta sunah Nabi Saw, sehingga harta umat bisa dikumpulkan, haji dan salat jumat bisa dilaksanakan, sodakoh dikumpulkan.”[5]

Sebelum semua hal yang berhubungan erat dengan kepentingan masyarakat secara umum, menguasai hajat hidup orang banyak maka harus ada ulama yang memenuhi syarat yang menjadi pemimpin dan mengelolanya. Sosok yang tidak mungkin melakukan tindak kriminal, korupsi, kolusi atau nepotisme.

 قال الحسین علیه السلام: مجاری الامور بید العلماء بالله الامناء علی حلاله و حرامه

Imam Husain AS berkata, “Urusan umum masyarakat harus ditangani seorang ulama yang mana ilmunya bersumber dari wahyu yang terpercaya dan mengetahu kehalalan dan keharamannya”.[6]

قال الصادق علیه السلام: ینظر ان من کان منکم ممن قد روی حدیثنا و نظر فی حلالنا و حرامنا و عرف احکامنا فلیرضوا به حکما فانی قد جعلته علیکم حاکما.

Imam Shadiq berkata, “Perhatikanlah, sungguh jika ada ulama diantara ulama yang meriwayatkan hadis kami, pemilik pendapat dalam halal dan haram, mengetahui hukum-hukum kami, para hukama juga rido kepadanya, maka aku tetapkan dia sebagai seorang hakim (bagi kalian)[7]”

Ini adalah sebuah parameter yang diberikan Imam shadiq As yang sangat tepat bagi umat, ketika Imam Zaman belum zhuhur ditengah-tengah kita, masih dalam kondisi ghaibah kubro. Selain itu ulama ini juga ditetapkan oleh Imam Ma’sum Alaihimu salam. Jadi ulama ini menjadi wakil dari Imam Ma’sum alaihi salam.

قال الامام موسی بن جعفر علیهما السلام : لان المومنین الفقها حصون الاسلام کحصن سور المدینه لها

Imam Shadiq AS berkata, “Mukmin yang faqih bagi muslim bagaikan tembok yang menjaga kota dari pencuri, menjaga islam dari para musuh.”[8]

Permisalan sebagai tembok sebuah kota dalam kalimat imam ini jelas bukan berma’na dari sisi ilmu hukum islam semata, tapi lebih dari itu adalah dikukuhkannya sebuah kekuatan politik pemerintahan serta penyelenggaraan hukum-hukum islam(secara nyata), jadi menjaga umat Islam berdasarkan keadilan serta mengatur umat Islam dalam berbagai permasalahan yang lain, dimana hal ini terejawantahkan dalam konsep wilayatul fakih untuk konteks masa kini.

امام حسن عسگری از امام صادق علیهما السلام نقل می کند:
«من کان من الفقهاء صائنا لنفسه و حافظا لدین هو مخالفا علی هواه و مطیعا لامر مولاه فللعوام ان یقلدوه و ذلک لایکون الابعض فقهاء الشیعه

 

Imam Hasan Al Asykari menukil dari Imam Shodiq AS, “Barangsiapa daripada golongan fuqafā, (dia mampu) mepertahankan dirinya, menjaga agamanya, menentang hawa nafsunya, dan taat pada perintah pemimpinnya, maka orang awam hendaklah bertaqlid kepadanya. Demikian itu hanya terdapat pada sebahagian fuqahā Syiah.”

Taqlid adalah mengikuti secara utuh atas fatwa dari seorang ulama, disini ketika ulama memenuhi semua syarat yang disebutkan oleh Imam Shadiq AS, maka orang awam, orang-orang yang tidak memiliki cukup ilmu wajib untuk mengikutinya dari sisi sosial, politik, ekonomi dan berbagai hal lain dalam kehidupan.

Islam sebagai agama sempurna secara alami membutuhkan sebuah pemerintahan, tanpa ada pemerintahan dengan kekuatan politik maka akan kesulitan dalam menjalankan hukum-hukum Islam yang ada. Aturan masalah harta, penjagaan keamanan umat Islam, penjagaan persatuan dan kesatuan, menjaga keberlangsungan Islam, meninggikan kalimah haq, membela orang-orang tertindas, menjalankan amar ma’ruf dan nahi anil munkar, serta falsafah keberadaan dari seorang Imam sendiri dalam ‘ilalu syarai’[9] semua ini meniscayakan pada kebutuhan sebuah pemerintahan yang mandiri.

Inilah salah satu dasar dari pemilihan konsep wilayatul fakih yang dijalankan dalam pemerintahan republik Islam Iran.

Rujukan :

ادله فقهی ولایت فقیه

Menurut Almarhum Ayatullah Ibrahim Amini

[1] کتاب البیع امام خمینی(قدس سره) ج3، ص467، وعوائد، علامه نراقی ص188.

[2] وسائل الشیعه ج 18 باب8 حدیث 50.

[3] اصول کافی ج1 ص34.

[4] غررالحکم آمدی ج1 ص137 چاپ دانشگاه.

[5]  بحارالانوار ج89 ص196.

[6] تحف العقول ص172.

[7] وسائل الشیعه ج18 ص99.

[8]  وسائل الشیعه ج2 ص924 واصول کافی ج1 ص38.

[9] لولا ذلک اختلط علی المسلمین امورهم  ،   «لا تبطل حدود الله فی خلقه و لا تبطل حقوق المسلمین بینهم