Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hati-Hati Bila Dirimu Mulai Cenderung Kepada Orang Dzalim

1 Pendapat 05.0 / 5

Allah swt berfirman :

وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS.Hud:113)

Ayat ini secara tegas memberikan garis batas bagi seorang muslim dan memberi bimbingan bagi orang-orang beriman, khususnya dalam menghadapi masa yang penuh dengan fitnah, ujian dan pemutar balikan fakta serta berbagai tipuan di dalamnya.

Para ahli bahasa memaknai kata الرُّكُون pada ayat di atas dengan makna cenderung atau merasa nyaman terhadap sesuatu.

Ayat ini secara gamblang melarang kita untuk mendekati atau menjadi penjilat bagi orang-orang yang dzalim. Artinya kita di cegah untuk jangan sampai rela dengan kedzaliman mereka dan enggan untuk menolak atau mengingkari perbuatan tersebut.

Dengan kata lain, jangan sampai kita memberi andil bantuan bagi perbuatan dzalim seseorang, walaupun kita tidak berbuat apa-apa tapi kerelaan kita terhadap kedzaliman seseorang menjadikan kita tergolong seperti mereka.

Al-Qur’an menggunakan kata الرُّكُون dalam ayat ini sebagai isyarat bahwa cenderung kepada orang dzalim saja dilarang apalagi mendekati atau membantu mereka.

Sedangkan kalimat “orang yang dzalim” dalam ayat ini tidak terbatas pada kedzaliman penguasa terhadap rakyatnya saja. Tapi kita juga dilarang untuk mendekati mereka yang berbuat dzalim secara individual dengan merampas hak atau harta seseorang. Juga kepada mereka yang berbuat dzalim secara sosial dengan berbuat rasisme terhadap golongan tertentu atau keyakinan tertentu.

Intinya kedzaliman yang di maksud oleh ayat ini memiliki makna yang umum. Al-Qur’an ingin mengajak kita untuk tidak tunduk dihadapan kedzaliman penguasa tiran, juga tidak merasa nyaman bersama orang-orang yang terbiasa hidup dengan mendzalimi dan menginjak-injak hak orang lain.

Dihadapan orang-orang dzalim kita harus memiliki batas yang jelas. Kita harus memiliki ketegasan sikap bahwa kita tidak sependapat dan tidak setuju dengan kedzaliman yang mereka lakukan.

Sebagian ulama’ pernah menjelaskan bahwa yang di maksud oleh ayat ini bahwa kita tidak boleh “cenderung” kepada orang lain adalah :

1. Jangan sampai hati kita rela dengan kedzaliman yang mereka lakukan, walaupun hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan kita.

2. Atau kita mau menutup-nutupi kejahatan dan kekejian orang-orang yang dzalim itu dihadapan orang lain dengan memuji-mujinya.

3. Atau dekat dan bergaul dengan mereka seakan tidak ada apa-apa dan mereka tidak berbuat kekejian kepada orang lain.

Dan pada akhir ayat di atas kita akan mendapati dua hasil yang berbahaya yang akan di rasakan oleh orang yang “cenderung” kepada orang yang dzalim.

1. Tidak akan mendapatkan pertolongan dan bimbingan dari Allah swt.

2. Siksaan api neraka karena mereka menggabungkan diri bersama orang-orang yang dzalim.

فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ …. ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ…

“Yang menyebabkan kamu disentuh api neraka… Sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan….”

Seakan Allah ingin mengatakan kepada kita :

“Apabila kalian rela terhadap perbuatan orang-orang yang dzalim dan kalian berjalan, berkumpul dan bergaul dengan mereka, lalu kalian membantu mereka dalam melakukan kebatilan, maka Allah swt tidak akan pernah memberikan pertolongan bagi kalian di dunia dan akan memberikan siksaan yang pedih di akhirat. Bahkan kalian akan di biarkan untuk terhina dan di kuasai oleh musuh.

Dan inilah kondisi yang di alami umat di zaman ini. Dimana mereka rela dengan kedzaliman yang di lakukan para penguasa tiran di seantero dunia ini. Maka tentu mereka akan jauh dari pertolongan Allah dan menjadi hina dan dipermainkan oleh musuh.

Semoga bermanfaat…