Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

TRAGEDI KAMIS (Narasi Wafat Nabi Teragung) bagian2

1 Pendapat 05.0 / 5

”Selamat datang untuk kalian semua, mudah-mudahan kalian dibelas kasihi oleh Allah Ta’ala. Saya berwasiat supaya kalian bertakwa kepada Allah, dengan sebenar-benarnya taat kepada-Nya, karena sungguh sudah dekat perpisahan di antara kita, telah dekat pula waktunya kembali kepada Allah Taala yang menempati surga-Nya.

Bila tiba ajalku, kuminta ‘Ali yang memandikanku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafanilah aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih.”

Ketika sedang memandikan aku, letakkanlah aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. Setelah itu kalian keluar sejenak meninggalkan aku. Pertama kali yang mensalati aku adalah Allah SWTt, lalu malaikat Jibril, malaikat Israfil, malaikat Mikail, malaikat Izrail beserta pembantu-pembantunya, kemudian dilanjutkan oleh para malaikat semua. Sehabis itu kalian masuklah dengan berkelompok-kelompok, dan lakukanlah salat untukku.”

Dan “Cahaya Kedua” itu pun mengangkasa diiringi armada malaikat utama menemui Kekasihnya di altarnya yang suci. Ruh Muhammad melesat melintasi langit-langit meninggalkan jasadnya di antara pangkuan kedua tangan Ali dan Fathimah serta Hasan dan Husain. Ali (SAW) berdiri di hadapan Rasulullah SAW berucap: “Salam sejahter atasmu, wahai Nabi, kami bersaksi bahwa apa yang diturunkan kepadanya dan menasehati umatnya dan berjuang di jalan Tuhan sampai Tuhan memuliakan agamanya dan menyelesaikannya Tuhanku, jadikanlah kami salah satu dari mereka yang mengikuti apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya.” Khalayak mengikuti doanya dari belakang.

Angin berdesir meniupkan kidung kesedihan memasuki kisi-kisi jiwa Ali dan pendukungnya beriring hiruk pikuk pesta “dagang sapi” sidang darurat di ujung Madinah, pendapa Saqifah.

'Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” [QS. Ali Imran (3) : 144]

Duka Sayyidah Fatimah AS kian bertambah seiring dengan wafatnya Rasulullah SAW selama 7 hari. Pada hari ke 8 ia memperlihatkan duka citanya dan masyarakat pun ikut menangis para wanita mengelilinginya saat mengeluh dan memekik ‘Oh…Ayahku!! Wa Muhammadda!! Air matanya terus mengalir saat langkah gontainya diayunkan hingga mendekati pusara ayahnya. Di situlah ia roboh. Azzahra memeluk makam Rasul SAW dan memekik suara parau “Oh…ayahku Kau tinggalkan puterimu sebatang kara. Punggungku seolah patah dan hidupku berakhir.

Tak lama kemudian ia kembali bergegas ke rumahnya seraya menangis sesampainya dirumahnya dia memeluk dua putranya membayangkan derita yang akan dihadapinya dua putranya sepeninggal ayahnya.