Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hikayat Kehidupan dan Kesyahidan Imam Askari(1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Para malaikat berduka atas syahidnya Imam Hasan al-Askari as yang terjadi pada 8 Rabiul Awwal tahun 260 Hijriyah. Imam yang suci dan keturunan Ahlul Bait ini gugur di tangan penguasa lalim, al-Mu’tamid Abbasi.

Perilaku dan ucapan Imam al-Askari as, semuanya mengandung pelajaran cinta, makrifat, akhlak, keutamaan, dan kemanusiaan. Munajat cinta yang ia panjatkan menembus alam malakut dan ibadahnya di malam hari menghidupkan ingatan tentang sosok Imam Ali as, mengingatkan orang pada munajat yang dilakukan oleh leluhurnya, Sayidah Fatimah az-Zahra as. Sujudnya yang panjang menghidupkan memori tentang Imam Sajjad, dan keterasingannya dalam penjara sama seperti yang dialami Imam Musa al-Kazim as.

Pemuda 28 tahun ini bukanlah manusia biasa, tetapi intisari dari semua kebaikan dan kebesaran jiwa. Kita mengucapkan belasungkawa atas kesyahidan imam besar ini dan menyampaikan salam kepadanya. “Salam atasmu wahai penunjuk jalan umat, salam atasmu wahai perantara nikmat, salam atasmu wahai mutiara ilmu, salam atasmu wahai bahtera yang sabar, dan salam atasmu wahai ayah dari Imam al-Muntazar (Imam Mahdi as).”

Imam Hasan Askari as adalah pemimpin kaum Muslim yang ke-11. Imam yang menghabiskan hidupnya yang singkat (28 tahun) di sebuah garnisun di kota Samarra, bersama dengan ayahnya Imam Ali al-Hadi as. Mereka berada di bawah pengawasan yang sangat ketat oleh penguasa lalim, para khalifah Dinasti Abbasiyah.

Setelah ayahnya gugur syahid, situasi mencekam ini terus berlangsung dan ia berulang kali dipenjara oleh para tiran saat itu. Padahal, keimanan, kemuliaan, kebesaran, keutamaan, kesempurnaan, dan kepribadian luhur Imam al-Askari as diakui oleh para penguasa Abbasiyah.

Salah satu menteri penting Dinasti Abbasiyah, Ubaidillah bin Khaqan berkata kepada putranya, Ahmad, “Aku tidak melihat atau mengenal pria di Samarra di antara pembesar Alawi seperti Hasan bin Ali (Imam al-Askari). Jika kekhalifahan Bani Abbasiyah berakhir, maka tidak ada seorang pun dari Bani Hasyim yang pantas menjadi khalifah kecuali Hasan al-Askari, karena ia memiliki keutamaan, ilmu, kesalehan, kesabaran, zuhud, ahli ibadah, berakhlak mulia, dan kebaikan-kebaikannya membuat ia berhak atas posisi khalifah, dan tidak ada yang seperti dia.”

Imam Hasan al-Askari as adalah sosok yang paling berbudi luhur dan paling saleh di masanya. Tidak ada yang seperti dia dalam masalah ibadah dan munajat kepada Allah Swt. Dia begitu khusyu’ dalam beribadah dan bermunajat sehingga memesona semua hati dan mengingatkan orang lain tentang Tuhan.

Imam al-Askari membimbing bahkan orang-orang yang sesat ke jalan yang lurus dan membuat mereka menjadi ahli ibadah dan ahli tahajud. Daya tarik dari makrifat yang dimilikinya telah menarik bahkan orang-orang yang paling jahat, dan karena aura kesalehannya, mereka berubah menjadi manusia terbaik.

Beberapa pejabat Dinasti Abbasiyah memerintahkan Saleh bin Wasif, kepala penjara untuk bersikap keras terhadap Imam al-Askari as. Mereka berkata kepada Wasif, "Tekan Abu Muhammad semampumu dan jangan biarkan ia menikmati kelonggaran!" Saleh bin Wasif menjawab, "Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah menempatkan dua orang terkejam dari bawahanku untuk mengawasinya, keduanya sekarang tidak hanya menganggap Abu Muhammad sebagai tahanan, tapi mereka juga mencapai kedudukan yang tinggi dalam ibadah, shalat, dan puasa."

BERSAMBUNG....