Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Cinta dalam Penantian

1 Pendapat 05.0 / 5

Zurarah mendengar Abu Abdillah (Imam Shadiq) as berkata: Al-Qaim mengalami keghaiban sebelum (kemunculannya untuk) bangkit.

Ia bertanya, Tuanku, seandainya saya mencapai zaman (keghaiban) itu, apa yang harus saya perbuat?
Beliau menjawab, Bila kau mencapai zaman itu, bacalah doa berikut:
اللهم عرفنی نفسک فانک ان لم تعرفنی نفسک لم اعرف نبیک، اللهم عرفنی رسولک فانک ان لم تعرفنی رسولک لم اعرف حجتک، اللهم عرفنی حجتک فانک ان لم تعرفنی حجتک ضللت عن دینی

“Ya Allah, jadikanlah aku mengenal Diri-Mu! Karena sekiranya tidak, niscaya aku takkan mengenal Nabi-Mu; Ya Allah, jadikanlah aku mengenal Nabi-Mu! Karena sekiranya tidak, aku takkan mengenal (imam) hujjah-Mu; Ya Allah, jadikanlah aku mengenal hujjah-Mu! Karena sekiranya tidak, niscaya aku akan menyimpang dari agamaku.. (al-Kafi 1, bab fi Ghaibihi, hadis 5)

Doa memohon kepada Allah makrifat dan mengenal imam menjadi sebuah tugas yang penting dan utama di masa kegaiban Imam Zaman as. Karena makrifat ini memotivasi untuk membelanya.

Jika imam itu wajib ditaati, dan ketaatan ini takkan terwujud tanpa mengenalnya, maka mengenalnya menjadi wajib. Lalu bagaimana dapat mengenal Imam atau mencapai makrifat tentang dirinya? Dengan dua cara:

Pertama, siapa namanya?

Kedua, sifat-sifat khas apa yang dimilikinya? Yang berbeda dengan atau tidak dimiliki oleh- yang lainnya (yang bukan imam); dan membedakan antara Imam yang sebenarnya dan orang yang mengklaim dirinya imam.

Sebagai contoh dari sekian banyak riwayat tentang makrifat ini, riwayat dari Muawiyah bin Wahab dari Abu Abdillah (Imam Shadiq as). Beliau berkata: Kewajiban paling utama bagi manusia adalah mengenal Tuhan…; lalu mengenal Rasul-Nya…; kemudian mengenal imam (sesudahnya) yang diikuti, karunia-karunia dan sifat-sifatnya serta namanya dalam kesulitan dan kemudahan. (Tafsir al-Burhan 2.109)

Makrifat yang minimal tentang imam ialah bahwa dia sebagai pengganti dan pewaris Sang Nabi Penutup saw. Namun di atas makrifat ini dan yang merupakan buktinya ialah cinta, ketundukan dan ketaatan. Makrifat yang tinggi ini dapat dicapai dengan (salah satu jalannya ialah) memohon kepada Allah swt.

Sebuah riwayat dari Muhammad bin Hakim: Makrifat itu produk siapakah? Imam Shadiq menjawab, ialah produk Allah, bukan produk para hamba. (al-Kafi 1/163)

Jika makrifat merupakan karunia atau rizki spiritual, maka Allah yang menciptakan alam semesta, yang memberi rizki serta yang mengkaruniakan. Dengan demikian, seorang hamba memohon rizki kepada-Nya dan menyempurnakan karunia itu bagi dirinya, yakni mengenal imam zamannya.

Sudah tentu selain memohon karunia ini, ia berikhtiar, melakukan pencarian dan pengkajian sarana-sarana yang mengantarkan pada makrifat ini. Tak ubahnya rizki material yang menjadi kebutuhan hidup mereka, dan mereka harus mencarinya sebagaimana Allah perintahkan pula hal ini bagi mereka. Semua usahanya ini akan menarik hidayah Allah swt, bahwa Dia akan menunjuki jalan-Nya (QS: al-Ankabut 69);
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Adalah tugas hamba, kemampuannya seperti seorang petani yang menanam, merawat dan menjaga tanamannya dari kerusakan, sampai menuai hasil yang diinginkan dari usahanya. Sedangkan tugas Allah di luar kemampuan hamba. Kendati ia berusaha dengan kemampuan maksimalnya, tak berarti lepas dari berdoa, sebagaimana yang Allah perintahkan dan menjadi tugas dia pula, memohon kepada-Nya. Lalu tugas Allah ialah mengabulkan permintaannya.

Itulah antara lain dari sarana-sarana yang Allah sediakan bagi para hamba-Nya untuk mencapai makrifat ini. Alquran dan Sunnah, pesan-pesan Rasulullah saw serta Ahlulbaitnya as, yang juga bagian dari sarana-sarana itu adalah karunia teragung bagi umat ini menjadi dasar utama bagi mengenal Imam Zaman, -semoga Allah menyegerakan kehadirannya.

Satu poin penting di dalam upaya pencapaian makrifat ini dengan semua sarana tersebut, yang material maupun yang spiritual, adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Lalu ketika sampai pada makrifat ini dan mengenal Imam Zaman, makrifat yang dicapai ini pun merupakan jalan mendekatkan diri kepada Allah.

Poin lainnya, sebagaimana dikatakan di atas bahwa makrifat ini bertingkat-tingkat, dan salah satu tingkatannya yang tinggi ialah cinta kepada Imam Zaman as, yang dia yakini kegaibannya atas kehendak Allah swt, maka sebagai pecintanya ia selalu dalam penantian akan kehadiran beliau di tengah umat ini.[*]