Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hikmah Nahjul Balaghah Ke-93 (bagian1)

1 Pendapat 05.0 / 5


وَ قَالَ (علیه السلام): لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتْنَةِ، لِأَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ إِلَّا وَ هُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى فِتْنَةٍ؛ وَ لَكِنْ مَنِ اسْتَعَاذَ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ يَقُولُ “وَ اعْلَمُوا أَنَّما أَمْوالُكُمْ وَ أَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ”، وَ مَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ [سُبْحَانَهُ يَخْتَبِرُ عِبَادَهُ] يَخْتَبِرُهُمْ بِالْأَمْوَالِ وَ الْأَوْلَادِ، لِيَتَبَيَّنَ السَّاخِطَ لِرِزْقِهِ وَ الرَّاضِيَ بِقِسْمِهِ، وَ إِنْ كَانَ سُبْحَانَهُ أَعْلَمَ بِهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ، وَ لَكِنْ لِتَظْهَرَ الْأَفْعَالُ الَّتِي بِهَا يُسْتَحَقُّ الثَّوَابُ وَ الْعِقَابُ؛ لِأَنَّ بَعْضَهُمْ يُحِبُّ الذُّكُورَ وَ يَكْرَهُ الْإِنَاثَ، وَ بَعْضَهُمْ يُحِبُّ تَثْمِيرَ الْمَالِ وَ يَكْرَهُ انْثِلَامَ الْحَالِ

Kita sering berharap agar orang lain dapat memahami kondisi yang tengah kita alami, sedih atau bahagia, terkhusus dalam kondisi sedih dan berkata “apakah dari raut wajah saya kalian tidak memahami bahwa saya dalam keadaan sedih?” Kita berharap dari raut wajah dan kondisi sekitar, orang lain dapat memahami kondisi batin kita, namun orang lain tidak dapat memahaminya. Sehingga respon orang lain kemudian mengatakan, “Emangnya saya Allah, sehingga saya dapat mengetahui batinmu?”

Imam Ali as mengajarkan hal yang sangat penting kepada kita agar berpikir dengan benar terkait keinginan-keinginan.  Bahkan ketika berdoa, berdoalah yang baik dan benar, dengan kesadaran penuh. Janganlah berdoa “Semoga ini tidak terjadi padaku!” atau “Ya Allah, lakukanlah ini untukku”. Imam Ali as mengatakan bahwa berdoalah dengan benar, jangan berdoa seperti itu.  Dalam berdoa perhatikan cara dan adab-adabnya.

Dalam semua mazhab Syiah, baik Syiah 12 imam, Syiah Zaidiyah maupun yang lainnya sangat menghormati dan memberikan perhatian khusus kepada kumpulan doa Shahifah Sajjadiyah. Dalam kita tersebut mengajarkan bagaimana kita berdoa dan menyampaikan permohonan kita kepada Allah Swt, baik yang dikehendaki terjadi maupun yang tidak ingin terjadi. Berdoa akan memperbaiki hubungan dengan Allah Swt. Allah Swt dalam al-Quran telah berjanji bahwa akan menjawab doa-doa kita. Namun, kenapa kita sering mendapati doa-doa kita tidak terkabul?

Imam Ali as menjelaskan kenapa Allah Swt tidak mengabulkan doa-doa?

وَ قَالَ (علیه السلام): لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتْنَةِ

Imam Ali as berkata, “Janganlah salah satu dari kalian berkata:, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari fitnah/ujian.”

Kata ‘fitnah’ sering sekali disebutkan dalam Nahjul Balaghah.  Kenapa tidak boleh berdoa seperti itu? Apakah Allah Swt tidak mampu? Imam as dalam lanjutan ucapannya berkata,

لِأَنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ إِلَّا وَ هُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى فِتْنَةٍ؛

“Karena sesungguhnya hal itu (apa yang kalian mohon tersebut) tidak mungkin salah seorang (dari kalian) kecuali akan mendapatkan fitnah/ujian.”

Artinya bahwa semua orang dalam kehidupannya pasti akan mendapatkan ujian, oleh karena itu tidak mungkin kita berdoa agar tidak mendapatkan ujian.  Sebagaimana manusia harus bernafas dengan oksigen untuk hidup.

Imam as tidak mengatakan bahwa doa tersebut salah secara keseluruhan, namun kemudian beliau meluruskannya bagian yang salah dan berkata,

وَ لَكِنْ مَنِ اسْتَعَاذَ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ؛

“Dan akan tetapi, jika kalian ingin memohon perlindungan, maka mohonlah perlindungan dari hal-hal yang membuat tersesat dari fitnah.”

Karena fitnah tersebut banyak ragamnya, yang salah satunya akan menyebabkan kita tersesat, dan menyimpang dari jalan yang lurus/shiratal mustaqim. Jalan yang lurus adalah jalan yang telah Allah Swt tetapkan untuk manusia dari titik awal Allah telah tetapkan taklif/tugas, manusia dapat melanjutkannya hingga akhir. Dari titik awal hingga akhir kita tetap berada di jalan-Nya.

Imam Ali as mengajarkan agar memohon perlindungan dari ‘mudhillat’/ hal-hal yang menyesatkan. Karena fitnah/ujian hal-hal yang menyesatkan itu sangat beragam. Ujian-ujian/fitnah tersebut memiliki dampak positif dan negatif. Efek positifnya adalah nikmat, namun efek negatifnya yang akan menyesatkan dan membuat kita menyimpang, maka kita harus menjauhinya. Kemudian Imam as melanjutkan,

فَإِنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ يَقُولُ “وَ اعْلَمُوا أَنَّما أَمْوالُكُمْ وَ أَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ”

“Karena sesungguhnya Allah Swt berfirman, ”Ketahuilah bahwa seseungguhnya harta dan anak-anak kalian adalah fitnah/ujian.”

Ketika kita berdoa,  “Ya Allah, aku berlindung padamu dari fitnah/ujian”, kita memohon dihindarkan dari harta dan anak, dan ini tidak mungkin. Artinya sama dengan berdoa, “Ya Allah jangan berikan anak dan harta kepada kami, dan ini bertentangan dengan aturan alam dan sunah Ilahi.

Dalam surat al-Anfal ayat 28, atau at-Taghabun ayat 15 juga telah disinggung. “Sesungguhnya harta dan anak kalian adalah fitnah.”

Kemudian Imam as menjelaskan.

وَ مَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ [سُبْحَانَهُ يَخْتَبِرُ عِبَادَهُ] يَخْتَبِرُهُمْ بِالْأَمْوَالِ وَ الْأَوْلَادِ،

“Dan arti (dari ayat tersebut) adalah bahwa Dia menguji mereka dengan harta-harta dan anak-anak.”

Imam as menjelaskan alasannya, mengapa manusia diuji? Mengapa guru menguji muridnya? Seorang guru tidak dapat menentukan siapakah di antara murid-muridnya lebih baik dalam memahami materi dan lebih menguasainya? Melalui ujian, seorang guru dapat mengetahui kemampuan murid-muridnya.

Apakah ketika Allah Swt menguji manusia artinya Dia tidak mengetahui kemampuan manusia? Tentu, tidak seperti itu.  Allah mengetahui hamba-Nya yang lebih baik karena Dia ‌ Maha Tahu.