Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apa Pengertian Allah SWT Menyesatkan?

1 Pendapat 05.0 / 5

Banyak sekali di dalam Al-Quran ayat yang memuat tentang hidayah Allah, sebagai mana kita juga sering berhadapan dengan ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa Allah SWT menyesatkan hambaNya seperti: “Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya”( Al-Nisa:88) Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”(Rum:29).

Karena ada kesan bahwa penyesatan yang dilakukan Allah SWT ini bertentangan dengan hikmah ilahi yang seharusnya justru menunjuki hamba-Nya menuju kesempurnaan, maka perlu ada penjelasan tentang pengertian penyesatan yang dilakukan Allah SWT tersebut.

Menyesatkan sebagaimana menghidayahi dalam satu pengelompokan dapat dibagi dua.

1. Menyesatkan dari awal (idhlal ibtidai); maksudnya tanpa ada sebab sebab tertentu dari awal penciptaan Allah SWT menginginkan hamba-nya dalam keadaan tersesat, hal ini tidak pernah muncul dari Allah SWT yang maha bijak sana. (Murad Khani, Ahmad, Sunnatha-e ijtimai Dar Quran, hal:205, cet: Markaz Jahani Ulum-e Islami, Qom, 1386 HS)

Hal ini jelas berlawanan dengan memberi hidayah dari awal penciptaan atau yang disebut dengan “hidayah ibtidaiyah”, yang sejalan dengan hikmah ilahi yang ingin mengantarkan hamba-nya menuju kesempurnaan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:” Musa berkata: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.”(Thaha:50) ayat ini menjelaskan bahwa segala ciptaan Allah SWT telah memperoleh hidayah, atau singkatnya bahwa hidayah allah melingkupi seluruh alam wujud.

2. Menyesatkan sebagi bentuk reaksi atas perbuatan hamba-nya; penyesatan ini diperuntukkan bagi orang yang melakukan hal-hal yang melakukan penentangan terhadap aturan Allah SWT yang pada dasarnya adalah bentuk penentangan terhadap hidayah Allah SWT. Sebab aturan-aturan Allah SWT ini merupakan kan manifestasi dari hidayah itu sendiri.

Oleh karena itu, penyesatan yang dilakukan Allah SWT ini lebih berbentuk balasan dan reaksi terhadap perbuatan hamba-nya, dimana Allah SWT memberikan sarana serta fasilitas  kepada mereka untuk tetap berbuat maksiat dan di sisi lainnya Dia menutup pintu Taufik dari hadapan mereka. Jadi penyesatan yang seperti ini lah yang mungkin kita sematkan pada Allah SWT, bukan model yang pertama. Allah SWT berfirman:” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”(Al-Baqarah:26) Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa kefasikan seorang hambalah yang menyebabkan Allah SWT menyesatkannya.

Tafsir Tasnim dalam hal ini berkomentar: “akan tetapi menyesatkan sebagai bentuk balasan atas kesalahan seorang hamba dapat disematkan kepada Allah SwT. Karena memilih kesesatan setelah diberikannya akal dan naql berupa kitab dan sunnah serta bersikukuh untuk tetap berbuat aniaya dan zalim meski jalan taubat dibuka lebar, akan mendatangkan reaksi dari Allha SWT berupa pembiaran (untuk tetap di jalan kesesatan) dan penghilangan taufik. (Jawadi Amuli, Abdullah, Tasnim Tafsir-e Quran, jil:2, hal: 518, cet: Markaz-e Nasyr-e Isra, Qom)

Hal ini berbanding lurus dengan apa yang ada pada hidayah, diman hidayah bentuk kedua adalah hidayah yang diperoleh melalui amal seorang hamba atau hidayah yang bersifat reaksi bukan “ibtidai” yang melingkupi seluruh hamba. Sebab hidayah ini juga hanya menjadi milik orang tertentu; yaitu orang yang telah melakukan sesuatu yang memiliki nilai disisi Allah SWT, dengan kata lain hidayah yang diperoleh setelah memanfaatkan hidayah bentuk pertama atau “ibtidai”. Di dalam Al-Quran disebutkan: ” Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya”(Yunus:9). Di ayat lain Allah SWT berfirman: ” Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”(Al-Baqarah:2).