Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mendedah Tauhid Sifat Allah Swt

2 Pendapat 05.0 / 5

Membincang Sifat-Nya berarti membicarakan Sifat Sempurna dan tidak ada kekurangan sama sekali, sifat yang tidak mengandungi tempat, tidak membutuhkan kepada pihak lain. Sifat dalam cakupan keagungan, kemuliaan, kesempurnaan, ketiadaan cela dan cacat.

Sebagai contoh sifat Mengetahui dan Berilmu, dimana sifat ini selamanya menafikan ketidaktahuan dan kebodohan dari pemiliknya. Menolak ketidakadaan ilmu dan sebaliknya mensifatkan penuhnya dan sempurnanya ilmu dan pengetahuan bagi-Nya.

Tauhid teortitis dapat diuraikan menjadi beberapa kelompok yaitu tauhid dzat, tauhid sifat, dan tauhid tindakan (af’al). Dzat Allah dengan dalil bahwa dzatnya adalah wajibul wujud maka memiliki semua sifat kesempurnaan tanpa terkecuali, bahkan semua sifat kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Jika tidak demikian maka tentu tidak bisa melekatkan wajibul wujud bagi-Nya. Wajibul wujud bagi-Nya itu pasti, semua sifat sempurna bagi-Nya juga hal yang harus dan pasti. Jika ada satu sifat kesempurnaan tidak ada pada-Nya maka bermakna bahwa dzat itu tidaklah sempurna dan memiliki keterbatasan, sifat ini bukanlah sifat bagi dzat Tuhan Yang Maha Sempurna.

Tidak ada dalil untuk menolak bahwa sifat kesempurnaan mutlak hanya bagi Tuhan semata, disini muncul pertanyaan, Apakah kaitan antara semua sifat Maha Sempurna yang harus dan pasti bagi Tuhan dengan Dzat Tuhan itu sendiri. Apakah sifat-sifat ini secara lahir memiliki keutuhan dengan dzat Allah, atau Apakah masing-masing antara dzat dan sifat memiliki wujud lahiriah secara terpisah dan mandiri, apakah masing-masing sifat juga memiliki wujud lahiriah yang mandiri juga atau bagaimana.

Belajar dari Sifat Milik Manusia

Untuk mendapat gambaran dari pertanyaan diatas, kita bisa melihat pada sifat-sifat yang kita miliki sebagai seorang manusia. Ketika secara detail memperhatikan sifat-sifat yang ada pada diri, maka kita akan sampai pada kesimpulan, bahwa sebagian sifat kita itu sama sekali tidak terpisah dari dzat kita itu sendiri, sebagai contoh sifat kemanusiaan yang kita miliki, sifat ini adalah sifat dzat dan ainu dzat, jadi sama sekali tidak berpisah dan tak terpisahkan.

Ada sifat lain yang juga dimiliki manusia, seperti sifat bahagia, pemarah, pemurah, dan dermawan. Sifat-sifat yang bukan merupakan dzat dari manusia, jadi ada manusia yang memiliki sifat tersebut ada juga manusia yang tidak memiliki sifat ini. Sebagian besar sifat manusia adalah sifat yang bukan dzati seperti ini.

Makna Wahdat Mafhumi dan Wahdat Aini

Pembicaraan tentang wahdat atau tidak adanya wahdat dari dzat maka perlu memperjelas juga makna dan jenis wahdat yang dimaksud disini. Wahdat dapat dibagi menjadi dua kelompok, wahdat mafhumi dan wahdat aini, wahdat dalam wujud luar atau wahdat dalam wujud.

Wahdat mafhumi berhubungan dengan alam mafhum, dan yang dimaksud adalah adanya kesatuan dari dua mafhum, jadi dari sisi mafhum keduanya tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Wahdat mafhum itu seperti persamaan makna dalam lafadz, berbeda lafalnya tapi sama dari sisi makna. Misalnya kata “wanita” dan kata “perempuan”, dua kata yang berbeda tapi wujud dari dua kata ini adalah sosok yang sama. Jadi ketika membayangkan wujud dari dua kata “wanita” dan “perempuan” maka yang muncul adalah satu wujud yang sama, hal ini disebut dua kata ini memiliki satu kesatuan makna (wahdat mafhumi).

Terkait wahdat aini dapat diambil contoh pada kasus ini, kata “Kitab langit untuk umat Islam” dan “Mu’jizat abadi Nabi Muhammad” dari sisi mafhum keduanya tidaklah sama, tapi wujud luar dari keduanya adalah satu hal yang sama yakni Al Quran.

Makna Tauhid Sifat

Korelasi dzat dan sifat ilahi memiliki mafhum yang tidak sama tapi keduanya adalah wujud yang sama, seperti hubungan antara sifat Maha Berilmu dan Maha Kuasa, secara makna memiliki mafhum berbeda tapi sebenarnya wujud yang dimaksud adalah wujud yang sama. Kembali kepada satu wujud tunggal, maujud mutlak tanpa pembanding dan penyama.

Antara dzat dan sifat ilahi ada kesatuan wahdat dan ainiyah kharijiah, demikian pula antara satu sifat ilahi dengan sifat ilahi yang lain.

Dalil Tauhid Sifat

Kesempurnaan mutlak Tuhan meniscayakan sifat-sifat yang dimiliki juga mutlak, harus sifat yang benar-benar sempurna tanpa kurang dan cela.

Pensifatan paling paripurna adalah dzat sesuatu disifati dengan dzat itu itu sendiri jadi tanpa mensifatkan diluar dari sesuatu itu.

Kesimpulan dari bangunan dalil ini adalah, kesempurnaan mutlak Tuhan Dzat Maha Suci-Nya tidak membutuhkan sifat-sifat lain diluar sifat dzatiyah.

Dengan kata lain bisa disebut bahwa bahwa dzat Tuhan adalah ainu sifat Tuhan itu sendiri.

Ada yang menilai bahwa muqadimah dalil ini tidak terbantahkan, tidak perlu ada pembuktian lagi, sebab merupakan hal yang badihi. Konteks kesempurnaan mutlak menjelaskan bahwa wujud yang memiliki sifat ini pada semua sisi bahkan diri sisi kepunyaan sifat juga harus sempurna, aqal sendiri menghukumi bahwa ainu dzat dengan sifat itu lebih sempurna dibanding adanya perbedaan antara dzat dengan sifat.[1]

CATATAN:

[1] آموزش کلان اسلامی محمد سعیدی مهر، توحید صفات