Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pancaran Cahaya Ramadhan (4)

1 Pendapat 05.0 / 5

Bulan suci Ramadhan sebagai anugerah Allah swt bagi umat Islam berdampak luar biasa bagi kehidupan, jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Al Quran menjelaskan kebenaran puasa dan tujuannya dalam referensi yang sangat singkat, tapi bermakna. Dalam al-Qurat surat Al- Baqarah ayat 183, kita membaca:

یا أَیُّهَا الَّذِینَ ءَامَنُواْ کُتِبَ عَلَیْکُمُ الصِّیَامُ کَمَا کُتِبَ عَلَى الَّذِینَ مِن قَبْلِکُمْ لَعَلَّکُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Dalam ayat ini, Allah swt mengungkapkan aspek filosofis puasa yang telah dijalankan oleh umat sebelumnya di masa lalu untuk meraih takwa. Tentu saja, ketakwaan memiliki derajat dari tiap manusia  yang menjalankannya. Oleh karena itu, puasa ymerupakan sarana untuk mencapai ketakwaan dengan derajat dan tingkatannya masing-masing.

Para ulama arif menjelaskan tiga tingkatan dan derajat orang-orang yang berpuasa. Pertama, puasa orang-orang biasa, yaitu puasa yang menghindari makan dan minum, dan hal lainnya yang membatalkan ibadah puasa, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam fiqh.

Kedua, puasa khusus yang meningkat dari derajat pertama dengan menjaga organ tubuh lain seperti mata, telinga, mulut, dan lain-lain dari dosa. Orang yang berpuasa pada tingkatan ini berupaya menjaga anggota badan seperti mulut supaya tidak membicarakan hal yang tidak bermanfaat, atau telinga dari pembicaraan sia-sia, apalagi tercela, demi mendekatkan diri kepada Allah swt. Sayidah Fatimah menjelaskan, "Apa gunanya orang yang berpuasa, tapi tidak menjaga lidah, telinga, mata dan anggota badannya !"

Derajat ketiga adalah puasa tertinggi, puasanya orang-orang khusus. Mereka tidak hanya menjaga anggota badannya dari puasa, tapi juga hati dan pikirannya dari segala sesuatu selain Allah swt. Puasa ini diperuntukkan bagi para Nabi, shadiqin, dan aulia Allah swt. Mereka berpuasa hanya untuk mendapatkan ridha Allah swt, dan buah dari puasa ini adalah mencapai keindahan bertemu dengan Tuhan dan untuk mencapai sesuatu yang tidak dilihat mata, tidak didengar telinga yang belum mendengarnya, dan tidak terbayangkan dalam benak pada umumnya.

Puasa secara umum memiliki persyaratan yaitu: Islam, dan Iman, sehingga puasa seseorang yang bukan Muslim tidak sah; berakal, puasa seseorang yang gila atau pingsan atau mabuk, tidak sah;  dalam keadaan sadar, sehingga puasa orang yang pingsan tidak sah; bukan musafir dengan ketentuan tertentu, tidak sedang haid atau nifas; berpuasa tidak membahayakan, karena jika puasa berbahaya bagi seseorang, baik ia mencapai hasil ini atau dokter yang dipercaya memberitahukan kepadanya, maka puasa tidak boleh dilakukan; niat, yaitu keharusan berpuasa; menghindari hal-hal yang membatalkan puasa.

Oleh karena itu, puasa tidak berlaku bagi orang yang tidak memenuhi syarat di atas seperti puasa orang kafir, orang gila, tidak sadar, musafir, wanita yang sedang haid, dan jiwa, puasa yang mengancam keselamatan, dan lainnya.

Selain berpuasa, di bulan suci Ramadhan sangat dianjurkan untuk memperbanyaan tadarus al-Quran dan berdoa. Mengingat pentingnya doa dan munajat ilahi, tampaknya perlu dibahas mengenai adab berdoa.

Salah satu adab berdoa yang paling penting adalah memulai berdoa dengan menyebut nama Allah swt dan memulainnya dengan Bismiillah al-Rahman al-Rahim, atas  nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Salah satu yang banyak diajarkan para pemuka agama sebagai berikut:

 

یا عَلِیُّ یا عَظیمُ، یا غَفُورُ یا رَحیمُ، اَنْتَ الرَّبُّ الْعَظیمُ الَّذی لَیْسَ کَمِثْلِهِ شَیءٌ وَهُوَ السَّمیعُ الْبَصیرُ، وَهذا شَهْرٌ عَظَّمْتَهُ وَکَرَّمْتَهْ، وَشَرَّفْتَهُ وَفَضَّلْتَهُ عَلَی الشُّهُورِ، وَهُوَ الشَّهْرُ الَّذی فَرَضْتَ صِیامَهُ عَلَیَّ، وَهُوَ شَهْرُ رَمَضانَ، الَّذی اَنْزَلْتَ فیهِ الْقُرْآنَ، هُدیً لِلنّاسِ وَبَیِّناتٍ مِنَ الْهُدی وَالْفُرْقانَ، وَجَعَلْتَ فیهِ لَیْلَةَ الْقَدْرِ، وَجَعَلْتَها خَیْراً مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ، فَیا ذَا الْمَنِّ وَلا یُمَنُّ عَلَیْکَ، مُنَّ عَلَیَّ بِفَکاکِ رَقَبَتی مِنَ النّارِ فیمَنْ تَمُنَّ عَلَیْهِ، وَاَدْخِلْنِی الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِکَ یا اَرْحَمَ الرّاحِمینَ.


"Duhai yang Maha Luhur dan Agung, wahai Pemaaf dan Penyayang, Engkaulah Tuhan yang Maha Agung yang tidak menyerupai apapun, Maha Mendengar dan Maha Melihat semua perkataan dan perbuatan [mahkhluk-Mu]. Dan ini adalah bulan yang telah Engkau angkat posisinya dan memberikan martabat dan kehormatan untuk bulan-bulan lainnya, dan menjadikan puasa wajib di bulan Ramadhan. Bulan ketika Engkau menurunkan Al Quran sebagai penuntun jalan dan pembimbing, juga pemisah antara yang benar dari yang salah. Engkau juga anugerahkan Malam Lailatul Qadar di bulan ini, malam yang lebih utama dari seribu bulan. Ya Tuhan yang maha  mengasihani, tidak ada yang memiliki belas kasihan selain Engkau, jadikan aku sebagai hamba-Mu yang Engkau berkati, kasihanilah aku dan selamatkan aku dari api Neraka dan masukkanlah aku ke dalam surga abadi-Mu. Wahai yang Maha Pengasih dari yang paling Pengasih."

Adab lain yang diajarkan putri tercinta Nabi Muhamamd Saw, Sayidah Fatimah Az-Zahra adalah bahwa setiap kali kita mulai berdoa, kita mengutamakan terlebih dahulu orang lain. Suatu malam, Sayidah Fatimah sedang berdoa dan beribadah, tiba-tiba datang salah satu puteranya, Imam Hassan yang melihat sang ibu berdoa. Ia menanyakan mengapa berdoa sepanjang malam untuk orang lain dan tetangga, dan tidak berdoa untuk dirinya sendiri dan keluarganyanya. Ketika ditanya alasannya, Sayidah Fatimah menjawab "Al-Jar tsoma Al-Dar" yang berarti pertama tetangga, lalu rumah.

Nabi saw telah meninggalkan doa yang mengingatkan kita adab berdoa yang memiliki berdimensi sosial, terutama dalam doa yang melafalkan setelah setiap sholat wajib di bulan suci Ramadhan

 

«اَللّـهُمَّ اَدْخِلْ عَلی اَهْلِ الْقُبُورِ السُّرُورَ اَللّـهُمَّ اَغْنِ کُلَّ فَقیرٍ، اَللّـهُمَّ اَشْبِعْ کُلَّ جائِعٍ، اَللّـهُمَّ اکْسُ کُلَّ عُرْیانٍ، اَللّـهُمَّ اقْضِ دَیْنَ کُلِّ مَدینٍ، اَللّـهُمَّ فَرِّجْ عَنْ کُلِّ مَکْرُوبٍ، اَللّـهُمَّ رُدَّ کُلَّ غَریبٍ، اَللّـهُمَّ فُکَّ کُلَّ اَسیرٍ، اَللّـهُمَّ اَصْلِحْ کُلَّ فاسِدٍ مِنْ اُمُورِ الْمُسْلِمینَ، اَللّـهُمَّ اشْفِ کُلَّ مَریضٍ، اللّهُمَّ سُدَّ فَقْرَنا بِغِناکَ، اَللّـهُمَّ غَیِّر سُوءَ حالِنا بِحُسْنِ حالِکَ، اَللّـهُمَّ اقْضِ عَنَّا الدَّیْنَ وَاَغْنِنا مِنَ الْفَقْرِ، اِنَّکَ عَلی کُلِّ شَیءٍ قَدیرٌ

 

"Ya Tuhan, berikan kegembiraan dan kebahagiaan kepada ahli kubur. Ilahi, penuhilah kebutuhan orang-orang miskin. Ilahi, berikan makanan orang-orang yang kelaparan, berikan pakaian orang-orang yang yang telanjang, tunaikanlah utang orang-orang yang berutang, bahagiakanlah orang-orang yang bersedih, kembalikan orang-orang yang terasing ke tanah airnya, bebaskan setiap tawanan; perbaikilah urusan kaum muslimin, sembuhkanlah semua yang sakit, Ya Tuhanku, jadikanlah kekayaan-Mu sebagai penebus kemiskinan kami, ubahlah keadaan buruk kita dengan kebaikan. Ya Tuhanku, penuhi utang kami dan ubahlah kemiskinan kami menjadi kekayaan, Engkaulah Yang Maha Kuasa dari segalanya."