Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pancaran Cahaya Ramadhan (10)

1 Pendapat 05.0 / 5

Bulan suci Ramadhan dikenal sebagai bulan kebaikan dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Salah satu perempuan teladan dalam sejarah yang terkemuka dengan kiprahnya membantu orang lain adalah Sayidah Khadijah, istri dan pendamping setia Nabi Muhammad Saw dalam perjuangannya menyebarkan risalah ilahi.

Tanggal 10 Ramadhan bertepatan dengan wafatnya Sayidah Khadijah. Sayidah Khadijah di zaman jahiliyah disebut dengan berbagai nama panggilan seperti Tahirah (orang yang suci) atau Sayyida Nisa Quraisy (wanita Quraisy paling utama), serta perempuan bijak dan cerdas, yang menunjukkan posisinya yang tinggi di tengah masyarakat ketika itu.

Wanita mulia ini dikenal dengan kebijaksanaan dan kecerdasannya, juga kekayaannya. Meskipun demikian beliau sangat dermawan. Beliau adalah pedagang perempuan ulung.

Menurut beberapa narasi sejarah, Sayidah Khadijah pernah menikah sebelum beliau menikah dengan Nabi muhammad Saw. Tetapi sejumlah ulama terkemuka, termasuk Jafar Mortadha Ameli, seorang ahli sejarah Islam percaya bahwa Sayidah Khadijah tidak pernah menikah dengan siapa pun sebelumnya, dan pernikahan pertama dan satu-satunya dengan Nabi Muhammad Saw.

Rumah Khadijah setelah menikah dengan Nabi Muhammad Saw, sebagaimana sebelumnya senantiasa menjadi harapan dari orang-orang orang-orang miskin dan tempat berteduh orang-orang yang membutuhkan.

Wanita agung ini menjadi pelindung dan pendukung utama perjuangan Nabi Muhammad Saw menyebarkan risalah ilahi. Rasulullah Saw menjelaskan mengenai karakteristik Sayidah Khadijah, "Khadijah mengikutiku ketika yang lain mengafirkanku. Dia membenarkanku ketika orang lain menentangku. Dia datang membantuku dengan harta miliknya ketika orang lain merampas milikku. Tuhan menganugerahkan seorang anak yang tidak diberikan oleh istriku yang lain,".

Siti Khadijah adalah istri yang baik bagi Nabi Muhammad Saw. Ketika Rasulullah Saw pulang, dia segera menyambutnya. Beliau membersihkan debu dari wajah Rasulullah yang bercahaya, dan menghilangkan menghibur hatinya yang sedih karena hinaan orang-orang kafir dan musyrik Mekah.

Ibn Ishaq, sejarawan pertama di bidang sejarah permulaan Islam dalam kitab Sirah Rasulullah menjelaskan peran penting Siti Khadijah dalam perjuangan Rasulullah Saw dengan menulis, "Sayidah Khadijah meringankan beban dari kata-kata kasar dan hinaan kepada Nabi Allah, menguatkannya, dan menganggap perilaku buruk kepeda beliau sebagai tidak berharga dan tidak penting."

Kita semua tahu bahwa berbohong adalah salah satu perlaku buruk, dosa dan sumber dari banyak kerusakan. Tentu saja perbuatan buruk dan tercela ini ketika menjadi kebiasaan termasuk salah satu dosa besar, oleh karena itu berbohong dilarang dalam agama Islam, kecuali ada pertimbangan yang penting seperti menyelamatkan nyawa orang yang tidak bersalah dan lainnya yang maslahat.

Berbohong akan menyebabkan pelakunya tercelah dunia ini dan di akhirat kelak. Para pembohong tidak akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sifat buruk ini juga menyengsarakan orang lain selain dirinya sendiri, oleh karena itu disebut sebagai perusak iman.

Dalam ajaran Islam, berbohong dianggap sebagai kunci dosa. Imam Ali berkata, "Bersikap jujur akan mengundang kebaikan, dan kebaikan akan mengundang ke surga. selain itu, Imam Hassan Askari berkata,"Semua kejahatan ditempatkan di sebuah ruangan, dan kuncinya adalah kebohongan,".

Dalam ajaran Islam, berbohong atas nama Allah swt, Nabi dan Imam membatalkan puasa. Oleh karena itu, salah satu masalah terpenting dalam kitab-kitab fiqh sebagai salah satum yang membatalkan puasa adalah berbohong atas nama Allah, Nabi dan Imam Maksum, bahkan jika orang yang berpuasa tapi berbohong tersebut kemudian bertaubat dan menyatakan bahwa dia telah berdusta. Selain itu, jika orang yang berpuasa menyampaikan suatu dusta secara tertulis, bukan lisan, maka puasanya tetap batal.

Salah satu aspek penting dalam hubungan vertikal dengan Allah swt adalah optimisme dalam berdoa. Seseorang yang berdoa harus mengetahui bahwa kebutuhan para hamba, betapapun besarnya, bukanlah beban yang harus dipenuhi Allah swt, dan Tuhan tidak menahan pemberian apa pun dari hamba-Nya yang layak, karena kemurahan dan kasih sayang-Nya yang maha besar. Marilah kita optimis bahwa Tuhan akan akan menjawab doa kita. Seperti yang dikatakan Imam Sadiq, "Ketika Anda berdoa, pada saat yang sama pikirkan bahwa kebutuhan Anda  terpenuhi".  Nabi Muhammad Saw bersabda, "Berdoa kepada Tuhan dengan keyakinan akan diijabah."

Optimisme dalam berdoa disebutkan dalam banyak riwayat, salah satunya terungkap dengan baik dalam beberapa petikan doa Abu Hamzah Ats Tsumali sebagai berikut:

بسم الله الرحمن الرحیم

وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِیْ أُنَادِیْهِ کُلَّمَا شِئْتُ لِحَاجَتِیْ وَ أَخْلُوْ بِهِ حَیْثُ شِئْتُ لِسِرِّیْ بِغَیْرِ شَفِیْعٍ فَیَقْضِیْ لِی

حَاجَتِیْ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِیْ لاَ أَدْعُوْ غَیْرَهُ، وَ لَوْ دَعَوْتُ غَیْرَهُ لَمْ یَسْتَجِبْ لِیْ دُعَائِیْ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ

الَّذِیْ لاَ أَرْجُوْ غَیْرَهُ، وَ لَوْ رَجَوْتُ غَیْرَهُ لَأَخْلَفَ رَجَائِیْ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِیْ وَکَلَنِیْ إِلَیْهِ فَأَکْرَمَنِیْ، وَ

لَمْ یَکِلْنِیْ إِلَى النَّاسِ فَیُهِیْنُوْنِیْ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِیْ تَحَبَّبَ إِلَیَّ وَ هُوَ غَنِیٌّ عَنِّیْ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِیْ

یَحْلُمُ عَنِّیْ حَتَّى کَأَنِّی لاَ ذَنْبَ لِیْ، فَرَبِّیْ أَحْمَدُ شَیْئٍٍ عِنْدِیْ وَ أَحَقُّ بِحَمْدِیْ، اَللَّهُمَّ إِنِّیْ أَجِدُ سُبُلَ

الْمَطَالِبِ إِلَیْکَ مُشْرَعَةً، وَ مَنَاهِلَ الرَّجَاءِ إِلَیْکَ مُتْرَعَةً، وَ الْإِسْتِعَانَةَ بِفَضْلِکَ لِمَنْ أَمَّلَکَ مُبَاحَةً، وَ

أَبْوَابَ الدُّعَاءِ إِلَیْکَ لِلصَّارِخِیْنَ مَفْتُوْحَةً، وَ أَعْلَمُ أَنَّکَ لِلرَّاجِیْ (لِلرَّاجِیْنَ) بِمَوْضِعِ إِجَابَةٍ، وَ لِلْمَلْهُوْفِیْنَ

بِمَرْصَدِ إِغَاثَةٍ، وَ أَنَّ فِیْ اللَّهْفِ إِلَى جُوْدِکَ وَ الرِّضَى بِقَضَائِکَ عِوَضًا مِنْ مَنْعِ الْبَاخِلِیْنَ وَ مَنْدُوْحَةً

عَمَّا فِیْ أَیْدِی الْمُسْتَأْثِرِیْنَ، وَ أَنَّ الرَّاحِلَ إِلَیْکَ قَرِیْبُ الْمَسَافَةِ، وَ أَنَّکَ لاَ تَحْتَجِبُ عَنْ خَلْقِکَ إِلاَّ أَنْ

تَحْجُبَهُمُ الْأَعْمَالُ دُوْنَکَ، وَ قَدْ قَصَدْتُ إِلَیْکَ بِطَلِبَتِیْ وَ تَوَجَّهْتُ إِلَیْکَ بِحَاجَتِیْ وَ جَعَلْتُ بِکَ اسْتِغَاثَتِیْ وَ

بِدُعَائِکَ تَوَسُّلِیْ مِنْ غَیْرِ اسْتِحْقَاقٍ لِاسْتِمَاعِکَ مِنِّیْ وَ لاَ اسْتِیْجَابٍ لِعَفْوِکَ عَنِّیْ، بَلْ لِثِقَتِیْ بِکَرَمِکَ

 

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah yang aku dapat memanggil-Nya untuk hajatku kapan pun aku mau dan aku menyendiri dengan-Nya untuk rahasiaku kapan pun aku suka tanpa seorang perantara, lalu Ia pasti memenuhi hajatku.

Segala puji bagi Allah yang aku tidak ingin menyeru selain-Nya, karena seandainya aku menyeru selain-Nya, ia tidak akan mampu menjawab seruanku. Segala Puji bagi Allah yang aku tidak ingin mengharap selain-Nya, karena seandainya aku mengharap selain-Nya, ia akan memutuskan harapanku.

Segala puji bagi Allah yang telah menyerahkanku kepada Diri-Nya, lalu Ia memuliakanku dan tidak menyerahkanku kepada orang lain, lalu iai pasti menghinakanku. Segala puji bagi Allah yang senantiasa mencintaiku, sedangkan Ia tidak membutuhkanku. Dan segala puji bagi Allah yang selalu mengasihiku sehingga aku merasa tidak memiliki dosa sedikit pun. Dengan ini, Tuhanku adalah sesuatu yang lebih layak dipuji dan Ia lebih berhak terhadap pujianku.

Ya Allah, kutemukan jalan-jalan segala permohonan kepada-Mu terbentang, mata air harapan kepada-Mu penuh dengan air, meminta pertolongan kepada karunia-Mu bagi orang yang mengharapkan-Mu diperbolehkan, dan pintu-pintu doa kepada-Mu bagi orang-orang yang merintih terbuka.

Dan aku mengetahui bahwa Engkau bagi yang berharap pasti mengabulkannya dan bagi yang tertimpa kesusahan pasti menolongnya, (aku mengetahui) bahwa dalam merintih kepada kedermawanan-Mu dan menerima qadhâ`-Mu terdapat pengganti dari dari pelarangan orang-orang yang kikir dan kebebasan dari (meminta) apa yang berada di tangan para pencinta dunia, dan (aku mengetahui) bahwa orang yang berjalan menuju-Mu dekat jarak (perjalanannya) dan Engkau tidak tersembunyi dari makhluk-Mu kecuali jika amalan-amalan yang mereka lakukan untuk selain-Mu yang menutupi (mata hati) mereka. (Kini) aku telah menuju-Mu dengan permohonanku ini, berangkat (menuju)-Mu dengan segala hajatku, kujadikan permintaan tolongku hanya kepada-Mu dan tawassulku hanya dengan menyeru-Mu, bukan karena aku berhak Engkau harus mendengarkan (seruan)ku dan aku menerima maaf-Mu, tetapi karena kepercayaanku terhadap karunia-Mu.