Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Respon Ali bin Abi Thalib Atas Kaum Wahabi di Jamannya

1 Pendapat 05.0 / 5

Kalimat andalan kelompok wahabi adalah tidak ada hukum kecuali milik Allah, la hukma illallah, kalimat yang benar dan memang semestinya demikian. Namun kata-kata benar ketika digunakan untuk tujuan tidak benar (batil) tentu menjadi sebuah masalah.

Kekalahan parah kaum khawarij atas pasukan Imam Ali memaksa mereka menampakan sifat asli mereka. Sejak pertama Imam Ali sudah menawarkan jalan damai, mengadakan perdamaian diantara kedua kubu namun mereka menolaknya. Mereka merasa kekuatan mereka lebih besar dan bisa melumat pasukan yang dipimpin Ulil Amri Ali bin Abi Thalib waktu itu. Namun diluar perkiraan ternyata semakin berjalan peperangan, pasukan mereka semakin terdesak. Akhirnya kelompok khawarij mau tidak mau menggunakan senjata mereka, mereka mengangkat lembaran mushaf dan meminta perjanjian damai. Perjanjian yang tentu tidak dilakukan secara ksatria.

Memang benar bahwa Aliran ini berkembang dari dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab. Jauh setelah jaman Imam Ali as. Tapi pola dan cara berpikir mereka serupa. Mengutamakan wujud lahiriah dari hakikat kebenaran yang seharusnya. Memaksakan pemikiran dan ajaran mereka kepada orang lain. Memahami ayat dan hadis di permukaannya saja. Menampilkan seolah melakukan semua sunah-sunah Nabi. Namun secara nyata mereka juga menghina Nabi bahkan menghina Allah swt baik mereka sadari atau tidak.

Islam sebagai agama rahmat. Dengan menyebut Asma Allah yang Maha Pemberi dan Maha Penyayang. Kalimat bismillah ini adalah miftah bagi setiap muslim untuk memulai berbagai kegiatan yang akan dia lakukan. Perbuatan yang bersifat prifasi atau apalagi perbuatan yang menyangkut kepentingan keluarga atau orang lain. Semua dibukan dengan atas nama Allah yang Maha Penyayang. Ini adalah isyarat bahwa masing-masing seorang muslim semestinya menjadi wakil dan menjaga diri sehingga yang muncul darinya tidak lain kecuali bentuk-bentuk percik kasih sayang.

Apa yang dilakukan kelompok ISIS sejak beberapa tahun lalu. Sungguh tidak seimbang dengan nilai-nilai kasih sayang antar sesama manusia yang diajarkan Islam. Mereka meneriakkan takbir sembari membunuh dan membantai tanpa rasa belas kasih. Seolah islam tidak konsep penangguhan, pemberian maaf, pendidikan, kenabian, keimamahan. Hanya mereka yang benar, hanya mereka yang layak menjadi hakim menghukumi orang-orang lain dengan dasar hawa nafsu kelompok dan personal, lalu menamainya dengan hukum Allah, tidak ada hukum kecuali Allah Swt. Aliran ini berusaha menggambarkan bahwa ajaran Islam adalah sebuah aliran yang “ultrakonservatif”,  “keras”, atau “puritan”. Sehingga muncul gerakan islamphobia di berbagai penjuru dunia.

Dalam khotbah ke 40 Amirul mukminin berkata: Ucapan yang hak, yang benar namun ada tujuan batil dibaliknya. Alasan ucapan beliau ini adalah karena kelompok khawarij secara nyata sedang menentang kekuasaan yang sudah ditetapkan Allah Swt. Pemerintahan yang bahkan sudah secara defacto disepakati oleh umat Islam waktu itu. Sebagai seorang Imam dan juga sebagai seorang Khalifah ke empat.

Namun tetap mereka keluar jalur, mereka dibawah pemerintahan amirul mukminin tidak berlaku sebagai orang shaleh, dengan mengamalkan ajaran islam secara baik dan nyaman dengan sistem pemerintahan yang sudah ada dan memberi kebebasan penuh kepada mereka. Kepercayaan ini mereka salah artikan. Mereka mengumpulkan kekuatan dan juga memprovokasi umat untuk menjadi pendukung mereka. Memanfaatkan kata kata hak dan memelintirnya sesuai keinginan yang ada di benak kaum pemberontak itu.

Roda kehidupan yang harusnya bergulir pada porosnya. Membuat nyaman semua pihak. Dengan keberadaan kelompok khawarij atau sekarang kita kenal dengan kelompok wahabi, berubah drastis. Tindakan yang berbuah kebencian mendarah daging berbagai kalangan di penjuru dunia.

Kelompok Wahabi dan nasihat

Kelompok wahabi sangat gemar mendebat berbagai kalangan. Mereka merasa sedang menegakkan ajaran islam. Lalu apakah mereka secara umum adalah kelompok yang bisa menerima nasihat. Karena kita tahu bahwa ajaran Islam sendiri sebagian besar adalah kumpulan nasihat nasihat bagi umat manusia.

Kelompok khawarij waktu itu bisa berkomunikasi langsung dengan seorang Imam Zaman. Mereka bisa mendengarkan langsung nasihat dan penjelasan dari Imam Zaman dimasanya. Namun alih-alih mereka mendengarkan nasihat. Mereka sebaliknya berskongkol melakukan penentangan secara lisan dan akhirnya berujung pada sebuah perang besar antara dua kelompok umat Islam.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok ini adalah kelompok yang sulit menerima nasihat. Sulit menerima kebenaran sebagai sebuah kebenaran. Sebuah batasan yang membuat mereka hidup sebagai katak dalam tempurung. Bahwa yang benar hanya mereka semata. Diluar mereka adalah salah dan keliru. Dengan alasan inilah maka nasihat tidak akan mempan bagi kelompok ini.

Imam Ali as berkata, “Jangan menasihati orang bodoh karena nanti dia akan membencimu, nasihatilah orang yang berakal karena dia akan mencintaimu”