Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengulik Bangunan Peradaban dalam Doa Imam Mahdi afs.

1 Pendapat 05.0 / 5

Doa Imam Mahdi afs. Ini juga dikenal dengan doa At-Tha’ah. Hal ini karena diawal doa ini diawali dengan doa kepada Allah SWT agar mendapatkan kerunia ketaatan. Mendapat kemudahan meraih ketaatan kepada-Nya.

Doa ini juga dikenal dengan nama Doa Taufîq At-Thâ’ah. Al-Kaf’amilah menyebut doa ini dengan doa Al-Mahdi dalam kitab Al-Mishbâhnya, sebuah doa yang diajarkan oleh Imam Mahdi afs kepada umatnya.
اَللّـهُمَّ ارْزُقْنا تَوْفيقَ الطّاعَةِ

Ya Allah, anugrahi kami taufik berupa ketaatan,

Baris pertama dalam rentetan doa setelah basmalah dan shalawat adalah permohonan untuk menjadi hamba Allah terbaik. Hamba yang taat secara totalitas kepada-Nya. Dalam baris ini disebut bahwa ketaatan kepada-Nya adalah sebuah taufik, sebuah berian dari-Nya. Dapat dipahami bahwa keudukan ini bisa diraih seorang hamba dengan bantuan-Nya. Bukan murni karena kemampuan dan kamandirian seorang hamba. Hal ini se-isi dengan ayat sesungguhnya hanya kepada engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan. Dalam segala hal manusia senantiasa fakir terhadap Allah Swt. Senantias dalam posisi butuh kepada-Nya termasuk dalam meraih kedudukan sebagai sebagai hamba saleh, hamba yang taat.

Ketaatan seorang hamba adalah keuntungan bagi hamba itu sendiri. Karena Allah maha Mandiri, Maha Kaya. Taat atau tidaknya seorang hamba tidak berpengaruh bagi-Nya, Allahlah Maha Memberi Pengaruh, sebagai sebab dari segala sebab yang tidak membutuhkan sebab.

Ciri utama hamba yang taat adalah mereka bersih dari sikap dan sifat pamer, riya dan takabur. Jadi tidak akan ada seorang hamba yang taat dan dia memamerkan ketaatan mereka di depan publik, apalagi demi melakukan pansos.
وَبُعْدَ الْمَعْصِيَةِ، وَصِدْقَ النِّيَّةِ، وَعِرْفانَ الْحُرْمَةِ

menjauhi maksiat, ketulusan niat, mengenali kemuliaan.

Melengkapi karunia ketaatan. Kita diajari Imam Mahdi afs. Untuk berdoa kepada-Nya sehingga bisa menjauhi maksiat. Memiliki ketulusan niat, dan mengenali kemuliaan.

Sungguh ketika manusia mampu menjauhi maksiat, meninggalkan segala hal yang dilarang Allah, apalagi sampai ke tahap menjauhi yang dimakruhkan oleh-Nya adalah kebahagiaan tiada tara. Sebuah bekal penting dalam mengarungi kehidupan sehingga tidak menjadi manusia merugi ketika meninggalkan dunia fana.

Memiliki ketulusan niat. Memiliki niat saja tidak cukup. Niat yang berharga adalah niat yang tulus ditujukan kepada-Nya. Niat hanya karena Allah Swt. Ini juga merupakan realisasi tauhid kepada Allah, niat hanya tertuju kepada-Nya. Tidak ada embel-embel yang menyertai setiap niat baik yang didawamkan.

Mengenali kemuliaan. Salah satu penyebab manusia terperosok dalam menjalani hidup adalah ketika dia salah dalam mengenali kemuliaan. Fitrah manusia senantiasa berkiblat untuk mencari dan mendekat kepada kemuliaan. Kemuliaanlah yang menjadi nilai dan harga alasan pemilihan manusia dalam semua sikap-sikapnya.

Amanah dari Imam Mahdi afs adalah agar kita benar dalam mengenali nilai, mengenali hal-hal yang mulia. Tidak tertipu oleh kemilau tipu-tipu dunia.
وَاَكْرِمْنا بِالْهُدى وَالاْسْتِقامَةِ

Muliakan kami dengan hidayah dan istikamah,

Hidayah adalah sesuatu yang bertingkat-tingkat. Memiliki level rendah dan seterusnya ke level yang lebih tinggi dan yang tertinggi telah diraih oleh Nabi Muhammad saw. Syarat agar bisa meraih hidayah demi hidayah adalah istikamah. Sikap konsisten menjaga raihan hidayah yang sudah diraih serta konsisten berusaha mengapai hidayah demi hidayah yang lebih tinggi. Ungkapan ihdinashirathal mustaqim, tentu bukan hanya berhenti dalam lafal doa tapi juga dalam ranah aksi, dalam bentuk ikhtiar dan usaha nyata. Hal ini sangat butuh modal yakni sikap konsisten dan fokus pada apa yang diharapkan yaitu hidayah suci Allah swt.
وَسَدِّدْ اَلْسِنَتَنا بِالصَّوابِ وَالْحِكْمَةِ

luruskan lidah kami dengan kebenaran dan hikmah,

hiasan terbaik lidah adalah ucapan benar, menjauhi fitnah, meninggalkan kebohongan. Ucapan benar lidah adalah wasilah penting yang pada puncaknya akan menyampaikan seorang hamba sebagai pemiliki lisan hikmah. Tidak keluar dari lisannya kecuali hikmah dari hikmah-hikmah berian Allah swt.
مَنْ أَخْلَصَ لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ظَهَرَتْ يَنَابِيعُ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ

“Barang siapa yang ikhlas karena Alloh selama 40 hari, niscaya akan muncul mutiara hikmah dari hatinya pada lisannya“.[1]
وَامْـلاَ قُلُوبَنا بِالْعِلْمِ وَالْمَعْرِفَةِ

penuhilah hati kami dengan ilmu dan makrifat,

Imam Mahdi afs. Disini mengajari manusia terkait isi hati. Hati tidak semestinya diisi dengan dunia fana dengan segala keterbatasannya. Termasuk tidak dimasukan anak, istri, dan keluarga. Anak istri dan keluarga selayakknya diposisikan dalam lembar ketaatan kepada-Nya. Jadi bukan di hati. Penuhilah hati kami dengan ilmu dan makrifat, ini adalah bekal untuk melakukan ma’rifatullah. Dengan ilmu dan makrifat manusia akan mengenal Tuhannya. Dan tiada ilmu yang lebih penting dari ilmu mengenal Allah dan meyakini keesaan-Nya secara benar.  Jadi pada akhirnya hati manusia akan dipenuhi dengan makrifatullah, terisi dengan cinta Allah seutuhnya.

Bait-bait awal ini merupakan bagian penting dari bangunan peradaban manusia. Pembangunan yang diawali dari diri seseorang. Pada baris-baris selanjutnya Imam mengingatkan agar tidak mengkonsumi makanan haram atau makanan subhat. Tidak berbuat zalim kepada orang lain dengan tangan (baca kekuasaan) yang dimiliki. Menjaga mata dari segala kemaksiataan pandangan serta tidak menjadi penghianat. Menjauhkan pendengaran dari hal sia-sia dan tidak berguna dan lebih dari itu dari meng-ghibah atau mendengarkan ghibah.

Sampai baris ini. Semua demi pembentukan kepribadian masing-masing muslim. Membentuk sosok dengan kepribadain utuh dan utama. Siap menjalani kehidupan personal maupun kehidupan sosial.

Baris-baris ini mengajari manusia poin-poin untuk menjadi hamba yang dicintai Allah. Setelah baris ini baru muncul isyarat nasihat kepada ulama, pelajar, pada umat (pendengar aturan dari ulama). Selanjutnya muncul nasihat agar peduli kepada umat Islam. Khususnya mereka yang menderita sakit. Nasihat untuk mengingat dan mendoakan orang-orang yang sudah meninggal terlebih dahulu. Mendoakan orang tua sehingga mendapatkan rasa hormat dan ketenangan. Tetap dihormati dan dihargai yang lebih muda. Doa agar para pemuda dengan segala kemampuan yang luar biasa sehingga mau kembali ke jalan yang benar, kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya. Wanita dengan rasa malu dan kesucian.

Secara garis besar. Doa ini merupakan bangunan berundak dimulai dari diri seorang muslim, lalu merambah ke sosio masyarakat yang lebih kompleks. Mengingatkan umat Islam pada permasalah penting di masyarakat seperti pengentasan kemiskinan, berhaji dengan tulus ikhlas sehingga menjadi haji yang mabrur dll.

Doa ini adalah bukti bahwa dalam doa ada tatanan yang diajarkan Allah melalui maksumin. Bukan hanya sekedar doa permohonan makhluk kepada khalik, tapi mencakup doa permohonan yang menyadarkan makhluk untuk menjaga hubungan sesama makhluk yang lain.

Keadaan umat yang dibangun Imam Mahdi afs. Dapat digambarkan dari baris demi baris doa ini. Ketika manusia taat. Mereka menjaga diri dari hal haram dan subhat dan seterusnya. Sebuah peradaban dan kemajuan luar biasa akan ditemukan manusia. Perkembangan ilmu akan diraih sedemikian rupa.

 
CATATAN:
 

[1] Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab Syarah Sunan Ibnu Majah, bab at-Tarji’u, juz I, halaman 58, hadis nomor 798. Terdapat juga dalam Kitab Jami’ul Ahadis, bab Huruf Mim, juz 41, halaman 394, hadis nomor 45421.