Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kemutawatiran Hadis Al-Ghadir

1 Pendapat 05.0 / 5

Peristiwa Ghadir Khum merupakan salah satu momen besar dalam sejarah Islam. Momen dimana Rasulullah Saw selepas Haji Wida’ dan dalam cuaca yang sangat panas menyeru serta memerintahkan kaum muslimin untuk berkumpul di lembah bernama Ghadir Khum, lalu, diakhir masa-masa kehidupannya itu, beliau Saw menyampaikan wasiat dan khutbahnya yang fenomenal

Dalam khutbahnya, Rasulullah Saw mengungkapkan satu kalimat menarik dan menjadi perhatian seluruh kaum muslimin. Bagian penggalan khutbah tersebut dikenal sebagai hadis Al-Ghadir, dimana beliau melalui lisan sucinya mengucapkan ‘Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai maulanya, maka Ali adalah maulanya’.

(من كنت مولاه فعلي مولاه)

Pada seri ini, kami belum akan bahas tentang maksud ataupun dilalah dari hadis tersebut yang menjadi perdebatan di kalangan kaum muslimin. Namun, hal pertama yang akan kami kupas mengenai hadis tersebut ialah dari sisi sanadnya, dimana kami tegaskan, bahwa baik dari kalangan Ahlussunnah maupun Syiah, hadis tersebut telah mencapai derajat mutawatir, yang dinukil oleh banyak pihak dan melalui jalur yang sangat banyak.

Untuk membuktikan hal tersebut, sebagaimana pada pembahasan sebelumnya, kami akan paparkan lagi beberapa pendapat Ulama-ulama lain, khususnya dari Ulama Ahlussunnah yang menyatakan hadis tersebut adalah hadis mutawatir, dan memiliki jalur periwayatan yang sangat banyak.

Dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah milik Ibnu Katsir Ad-Damasyqi dan kitab Ruhul Ma’ani milik Syahabuddin Al-Alusi dinukil pernyataan Ad-Dzahabi yang mengatakan bahwa hadis tersebut mutawatir.

“Hadis tersebut mutawatir. Saya yakin bahwasannya Rasulullah Saw telah mengucapkannya. Adapun kalimat (اللهم وال من والاه) ‘Ya Allah sayangilah sesiapa yang menyayanginya’ kebanyakan sanad-sanadnya kuat”.

Ulama ternama Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari bi Syarhi Shahih Al-Bukhari juga mengomentari hadis Al-Ghadir, ia mengatakan:

“Dan adapun hadis (من كنت مولاه فعلي مولاه), Tirmidzi dan Nasai telah mengeluarkannya (menukilnya) dan itu memiliki jalur periwayatan yang sangat banyak. Ibnu Uqdah telah memuatnya dikitabnya tersendiri, dan banyak dari sanad-sanad nya yang shahih dan hasan.

Allamah Syaikh Ali bin Sulthan Al-Qari dalam kitabnya Mirqatul Mafatih juga menuliskan sesuatu tentang hadis tersebut. Ia menuliskan:

“Kesimpulannya, sesungguhnya ini merupakan hadis yang shahih, tidak ada keraguan di dalamnya. Bahkan sebagian para penghapal memasukkannya kedalam hadis yang mutawatir, karena dalam periwayatan milik Ahmad disebutkan sebanyak 30 sahabat telah mendengarnya dari Nabi Saw, dan mereka bersaksi dengan hadis tersebut untuk Ali ketika terjadi perselisihan di masa-masa kekhalifahannya.”