Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Peristiwa di Yaman Tidak Berkaitan dengan Ghadir Khum

1 Pendapat 05.0 / 5

Pada seri-seri sebelumnya kita telah membahas berbagai hal yang berkaitan dengan Ghadir Khum, di mulai dari sisi histori, riwayat-riwayat sampai pada kandungan hadis Ghadir Khum.

Pada seri ini, kita akan membahas salah satu syubhat menarik yang dikaitkan dengan peristiwa Ghadir Khum. Syubhat tersebut terkait dengan diutusnya Imam Ali as ke Yaman, lalu terjadi perselisihan diantara Imam Ali as dan pasukannya.

Dikatakan bahwa peristiwa Ghadir Khum terjadi karena perselisihan tersebut, dan diantara sahabat ada yang mengeluh pada Nabi Saw atas apa yang dilakukan oleh Imam Ali as, sehingga Nabi Saw mengumpulkan para sahabatnya dan mengatakan bahwa Ali adalah orang baik. Jadi, hakikatnya peristiwa Ghadir Khum bertujuan untuk mendamaikan antara Imam Ali dan sahabat Nabi Saw.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Al-Baihaqi dalam kitabnya Al-I’tiqad beliau berkata:

Dan adapun hadis Al-Mawalah (Al-Ghadir) bukanlah nash untuk wilayah Ali setelahnya (Nabi). Kita telah sebutkan dari berbagai jalurnya di kitab Al-Fadhail apa yang menunjukkan pada maksud Nabi Saw tersebut. Yaitu bahwasannya ketika Nabi mengutusnya (Ali) ke Yaman banyak yang mengadu pada Nabi dan menampakkan ketidaksukaan terhadap Ali, maka Nabi Saw hendak menyebutkan keistimewaan-keistimewaannya juga kecintaan beliau Saw kepadanya, dan menganjurkan mereka (para sahabat) untuk melakukan hal tersebut dengan mencintainya, mengasihinya dan meninggalkan permusuhan terhadapnya.

Dalam menjawab syubhat tersebut perlu kita sampaikan bahwa apa yang dikatakan oleh Al-Baihaqi mengenai hadis Ghadir Khum hanya bersandar pada perasaan dan firasatnya saja, beliau tidak menyebutkan dalil petunjuk, riwayat ataupun qarinah-qarinah yang ada pada Khutbah Ghadir Khum ataupun Hadis Ghadir Khum, padahal periwayatan mengenai peristiwa Ghadir Khum sangatlah berlimpah ruah. Untuk membuktikan hal tersebut, kami akan ajukan beberapa pertanyaan.

1. Dari banyaknya riwayat tentang Khutbah dan hadis Ghadir Khum, adakah Nabi Saw mengatakan tentang perselisihan imam Ali di Yaman ataupun pengaduan sahabat?
    
2. Adakah riwayat shahih yang mengatakan bahwa dalam peristiwa Ghadir Khum Nabi Saw mengisyaratkan pada perselisihan di Yaman?
    
3. Adakah riwayat dari imam Ali bin Abi Thalib yang mengisyaratkan dirinya berselisih di Yaman, kemudian Nabi Saw mendamaikannya di Ghadir Khum?
    
4. Diantara banyaknya sahabat yang hadir di Ghadir khum adakah satu saja yang meriwayatkan bahwa nabi saw telah mendamaikan sahabat dan Ali bin Abi thalib di Ghadir khum?
    
5. Adakah riwayat dari yang berselisih dengan imam Ali atau yang mengadu pada Nabi bahwasannya Nabi Saw telah mendamaikan mereka dengan Imam Ali as di Ghadir Khum?

Jelas sekali bahwa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah tidak ada. Hal ini berarti peristiwa Ghadir Khum tidak ada hubungannya sama sekali dengan peristiwa yang terjadi di Yaman, atau berhubungan dengan pengaduan sahabat pada Nabi Saw. Karena kalau ada hubungan seperti yang terdapat dalam syubhat atau seperti yang dikatakan oleh Al-Baihaqi, tentu akan ada petunjuk ataupun qarinah baik secara langsung maupun tidak langsung yang menunjukkan hubungan diantara kedua peristiwa tersebut.

Selain itu perlu kita ketahui bahwa pengutusan Imam Ali as ke Yaman di daerah Hamdan lalu terjadi perselisihan serta pengaduan kepada Nabi Saw terjadi 2 tahun sebelum peristiwa Ghadir Khum. Imam Ali diutus ke Hamdan Yaman pada tahun ke 8 Hijriyah sementara peristiwa Ghadir Khum terjadi di tahun ke 10 Hijriyah. Seperti yang tercatat dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah milik Ahmad bin Zaini Dahlan.

…akan tetapi pernyataan dalam sejarah tahun sepuluh adalah keliru, karena Ali diutus ke Hamdan bukan tahun sepuluh, tahun sepuluh Ali diutus ke Bani Madzhaj, adapun pengutusan Ali ke Hamdan terjadi pada tahun delapan setelah penaklukan Mekkah…

Hal ini mempertegas bahwa peristiwa Ghadir Khum tidak ada hubungan sama sekali dengan kejadian tersebut. Karena kejadian tersebut telah Nabi jawab dan respon di Madinah saat itu. Buraidah yang hendak mengadu pada Nabi Saw dan melaporkan apa yang dilakukan oleh Imam Ali mendapat respon marah dari Nabi Saw. Karena ia dan sahabat lainnya menginginkan agar citra Imam Ali jatuh di mata Rasul. Seperti yang tergambar dalam Kitab Al-Mu’jamul Ausath milik At-Thabarani.

…Aku datang ke Madinah, lalu masuk ke Masjid, sementara Rasulullah Saw ada di rumahnya, dan orang-orang dari kalangan sahabat berada di dekat pintunya, mereka berkata: ada kabar apa hai Buraidah? Aku berkata: baik, Allah telah memenangkan kaum muslimin. mereka berkata: lalu apa yang membuat engkau bergegas datang? Seseorang telah berkata bahwa Ali telah mengambil budak wanita dari khumus maka aku datang mengabarkannya pada Nabi Saw, mereka berkata: kabarkanlah, karena itu akan menjatuhkannya di mata Rasulullah Saw. Dan Rasulullah Saw mendengar pembicaraan tersebut , lalu ia keluar dalam keadaan marah dan berkata: Siapa yang berani merendahkan Ali, sesiapa yang merendahkan Ali, maka ia telah merendahkanku, dan sesiapa yang memisahkan diri dari Ali, maka ia telah memisahkan diri dariku, karena Sesungguhnya Ali dariku dan aku darinya…

Riwayat diatas menunjukkan bahwa Nabi Saw telah merespon dan menjawab atas pengaduan yang dilakukan oleh Sahabat. Nabi merespon dengan sikap marah pada mereka yang mengadu dan menjawabnya dengan menyebut keutamaan Ali as. Hal itu juga menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Imam Ali di Yaman tidak salah atau melanggar perintah Allah.

Jadi, peristiwa di Yaman tidak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa Ghadir Khum. Peristiwa Ghadir Khum terjadi dua tahun setelah peristiwa di Yaman. Dan apa yang disampaikan Nabi di Ghadir Khum tidak ada kaitan sama sekali dengan peristiwa penaklukkan Yaman oleh Imam Ali as.

Wallahu A’lam