Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tanda-tanda Syi’ah Sejati

1 Pendapat 05.0 / 5

Syiah disandangkan bagi orang yang mengimani imamah Ali bin Abi Thalib dan 11 orang dari anak-anak keturunannya, serta menampakkan kecintaan mendalam terhadap mereka. Orang-orang yang seperti ini dikenal dengan Syiah 12 Imam. Namun, harus diketahui bahwa sekedar iman konseptual dan pengakuan formal saja tidaklah cukup dalam merealisasikan substansi Syiah yang sebenarnya dan menjaminkan bagi kita kebahagiaan akhirat serta menyelamatkan kita dari kebinasaan duniawi dan ukhrawi. Pada dasarnya, iman tanpa amal, tidak lebih daripada sebuah pemahaman konseptual.

Dalam kata syiah itu sendiri, terkandung sejenis iltizam amali (pelaziman praktis). Syiah secara bahasa berarti pengikut.  Syiah dinamakan syiah karena mereka mengikuti perilaku, perbuatan, dan akhlak Rasulullah Saw, Imam Ali, serta para Imam suci, sehingga amal merupakan kelaziman iman yang sebenarnya. Bila amal tidak ada, keimanan juga tidak menemukan maknanya.

Mawaddah (kasih sayang) dan kecintaan yang sejati juga disertai dengan mencari keridhaan dan memenuhi keinginan-keinginan mahbub (yang dicintai). Apakah mungkin orang mengaku sebagai pecinta Ahlulbait tetapi perbuatan dan perilakunya bertentangan dengan perintah-perintah  mereka?

Untuk lebih mengenali orang-orang Syiah yang sejati, sebaiknya kita merujuk kepada ucapan para Imam suci. Diriwayatkan Jabir menukil dari Imam Muhammad Baqir yang mengatakan: “Wahai Jabir, Apakah Syiah itu sudah cukup bila seseorang mengatakan, aku mencintai Ahlulbait. Demi Allah! Bukanlah Syiah kami kecuali orang yang bertakwa dan mematuhi Allah.

Wahai Jabir! Syi’ah kami tidak dikenali kecuali dengan sifat berikut: rendah hati, khusyuk dalam ibadah, amanah, banyak berzikir dan mengingat Allah, berpuasa, berbuat baik kepada ayah dan ibu, menjaga keadaan para tetangga yang miskin dan fakir dan orang-orang yang berutang serta para yatim, yang jujur dan berkata benar, kecuali apabila kebaikan terdapat di balik menentang itu, Syi’ah kami adalah penyelamat kaum.

Jabir menjawab: “Wahai putra Rasulullah! Di masa seperti ini, kami tidak menyaksikan orang yang seperti itu?”

Beliau a.s. berkata: “Wahai Jabir… Apakah sudah cukup bila seseorang menilai, aku mencintai Ali dan menerima wilayahnya, tetapi tidak satu pun perbuatannya yang menyerupai Ali. Apabila ia berkata, ‘Aku mencintai Rasulullah’ tetapi tidak mengikuti sirah dan perilaku Rasulullah Saw serta tidak melakukan sunah beliau, maka kecintaan kepada Rasulullah itu tidak membawa keuntungan baginya. Maka, takutlah kepada Allah dan lakukanlah amal yang saleh. Tidak ada kekeluargaan antara Allah dengan seseorang yang paling dicintai dan dimuliakan Allah kecuali orang yang paling bertakwa dan taat kepada-Nya.

Wahai Jabir!  Demi Allah… Barang siapa yang patuh kepada Allah adalah wali dan sahabat kami.  Barang siapa yang menentang perintah Allah adalah musuh kami. Tidak seorang pun yang mencapai wilayah kami kecuali dengan amal saleh dan menjauhi dosa.” (Alkafi, jil.2, hal. 740)

Imam Jafar Shadiq a.s. mengatakan kepada Fudhail: “Sampaikan salam kami kepada Syiah kami dan katakan, bahwa kami tidak dapat melakukan sesuatu apa pun di depan Allah untuk kalian, kecuali apabila kalian menjauhi dosa-dosa. Maka jagalah lisan dan tangan kalian dari melakukan dosa. Jadilah kalian ahli sabar dan salat sebagaimana Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Misykatul Anwar, hal. 44)

Imam Shadiq juga berkata: “Wahai orang-orang Syi’ah! Jadilah kalian sebagai penyebab kemuliaan dan penjaga harga diri kami dan janganlah kalian menumpahkan harga diri kami di depan orang lain. Berkatalah mulia kepada masyarakat dan jagalah lisanmu. Hindarilah ucapan-ucapan yang sia-sia dan buruk.” (Tuhaful Uqul, hal. 313)

Masih banyak hadis dari Imam suci mengenai tanda Syiah yang sejati. Dari hadis-hadis tersebut dapat dipetik ke beberapa persoalan penting:

1. Hanya menyatakan Syiah dan wilayah Ahlulbait belumlah cukup untuk membuktikan kesyiahan. Akan tetapi, ciri atau tanda Syiah yang paling penting adalah mengamalkan kewajiban agama dan meninggalkan dosa.
    
2. Menunjukkan kecintaan kepada Ahlulbait dengan tidak disertai mengamalkan kewajiban dan meninggalkan dosa, tidak akan membawa kita menuju kebahagiaan akhirat dan menyelamatkan kita dari kebinasaan.
    
3. Wilayah Ahlulbait tidak akan dicapai kecuali dengan menunaikan kewajiban agama dan meninggalkan maksiat.
    
4. Barang siapa yang menaati perintah Ilahi, adalah wali dan sahabat para Imam. Dan barang siapa yang bermaksiat, adalah musuh Ahlulbait, meksipun menyatakan berwilayah dengan lisannya.
    
5. Kunci melepaskan diri dari neraka dan memasuki surga tidak berada di tangan seorang Imam pun. Akan tetapi, surga dan neraka bergantung kepada amal manusia itu sendiri.
    
6. Para Imam a.s. meminta para pengikutnya agar membuat orang lain berprasangka baik kepada Ahlulbait dan Syiah, melalui perbuatan, perilaku, dan akhlak yang baik.
    
7. Rasulullah Saw dan para Imam a.s. sendiri adalah ahli amal. Mereka begitu serius dalam menunaikan kewajiban dan meninggalkan dosa, bahkan dalam melakukan hal yang mustahab dan meninggalkan yang makruh. Mereka berada di barisan terdepan pada zamannya dalam memelihara akhlak yang baik dan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Mereka juga terpelihara dari akhlak yang buruk.

Muslim Syiah berkewajiban menjadikan orang-orang suci tersebut sebagai teladan. Mengikuti mereka akan menjaminkan bagi kita kebahagiaan dunia dan akhirat