Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah-kisah Kedermawanan Imam Husain a.s.

1 Pendapat 05.0 / 5

Suatu hari Imam Husain a.s. pergi mengunjungi Usamah bin Zaid yang dalam keadaan sakit. Usamah berkata kepada Imam: “Betapa sedihnya aku!”

Imam a.s. kemudian menanyakan perihal kesedihannya, kemudian Usamah bercerita: “Wahai putra Rasulullah! Aku mempunyai utang sebanyak seribu dirham. Aku takut mati sementara utangku belum terbayarkan.”

Imam a.s. merespon: “Janganlah engkau bersedih! Sebelum ajalmu tiba, aku akan menunaikan utangmu.” Setelah itu, tak selang beberapa lama Imam Husain melunasi hutang tersebut. (Biharul Anwar, jil. 44, hal. 196)

----

Syuaib bin Abdurrahman meriwayatkan setelah Imam Husain terbunuh, terlihat (di jasadnya) ada bekas di pundak beliau lalu ditanyakan kepada Imam Sajjad; “Bekas apakah itu?”

Imam Sajjad a.s. menjawab: “Bekas ini adalah karena ayahku memiliki kebiasaan memikul makanan dan membawanya ke rumah-rumah para janda, anak-anak yatim, dan kaum miskin.” (Biharul Anwar, jil. 43, hal. 276)


---

Suatu hari seorang hamba makan bersama dengan seekor anjing. Satu suapan untuk dirinya dan satu suapan lainnya dilemparkannya ke hadapan anjing itu. Imam Husain menanyakan sebab perbuatannya itu. Hamba itu berkata: “Wahai putra Rasulullah! Aku sangat berduka dan aku ingin menyenangkan anjing ini dengan harapan Allah Swt menyenangkanku. Tuanku adalah seorang Yahudi dan aku ingin berpisah darinya.”

Imam Husain a.s. lalu pergi ke sisi tuan si hamba tadi dan membebaskannya dengan harga dua ratus dinar. Lelaki Yahudi itu berkata: “Budak ini kukorbankan untukmu, wahai yang mulia, sebab lantaran budak inilah engkau datang kemari. Ladang ini juga kuberikan kepadamu dan dua ratus dinar ini juga kuhadiahkan untukmu.”

Imam kemudian berkata: “Kuterima pemberianmu ini dan semuanya kuberikan kepada budak ini dan kubebaskan dia di jalan Allah.”

Istri lelaki Yahudi itu, yang berada di situ dan menyaksikan peristiwa tersebut berkata: “Aku menjadi muslimah dan kuhadiahkan maskawinku kepada suamiku.”

Lelaki Yahudi itu berkata: “Aku juga menjadi muslim dan kuhadiahkan rumahku ini kepada istriku.” (Biharul Anwar, jil. 44, hal. 194)

----

Anas bin Malik menceritakan suatu hari ia berada di sisi Imam Husain. Kemudian datang seorang budak wanita dan menghadiahkan sekuntum bunga kepada Imam Husain. Beliau kemudian membebaskan wanita budak itu dan berkata kepada budak itu, “Kubebaskan engkau di jalan Allah.”

Lalu Anas bertanya kepada Imam Husain: “Wahai Putra Rasulullah! Budak ini hanya menghadiahkan sekuntum bunga yang tidak mahal dan tidak bernilai. Namun, engkau membalasnya dengan membebaskannya?”

Imam a.s. berkata: “Allah Swt mengajarkan kepada kami untuk berbuat seperti itu.”

Imam melanjutkan dengan mengatakan: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa), dan yang lebih baik daripada sekuntum bunga ini adalah membebaskan budak wanita ini.” (Biharul Anwar, jil. 44, hal. 195)

----

Seorang Arab badui menjumpai Imam Husain a.s. dan berkata: “Wahai Putra Rasulullah! Aku menanggung satu diyat sempurna dan tidak kuasa untuk membayarnya. Aku berkata kepada diriku sendiri bahwa aku akan memintanya dari orang yang paling dermawan. Kini, aku tidak menemukan orang yang lebih dermawan daripada Ahlulbait Rasulullah Saw.”

Imam a.s. berkata: “Aku akan menanyakan tiga pertanyaan kepadamu. Apabila engkau menjawab salah satu darinya, aku akan memberikan sepertiga dari hartaku dan apabila engkau menjawab dua, aku akan memberikan dua pertiga dan jika engkau menjawab semuanya, aku akan memberikan semua hartaku kepadamu.”

Lelaki badui itu berkata: “Wahai Putra Rasulullah! Mengapakah seorang pribadi agung dengan lautan ilmu sepertimu bertanya kepadaku yang tidak mengetahui apa-apa ini?”

Imam a.s. berkata: “Ya! Aku mendengar dari kakekku Rasulullah Saw, bersabda, ‘Kebaikan menurut kadar pengetahuan.’”

Lelaki itu berkata: “Bertanyalah! Apabila mengetahui, aku akan menjawab dan jika tidak, aku akan belajar darimu. Tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”

Imam Husain a.s. berkata: “Apakah amalan yang paling utama?”

“Iman kepada Allah,” jawabnya.

Imam kembali bertanya: “Apakah wasilah untuk menyelamatkan diri dari kebinasaan?”

“Bergantung dan bersandar kepada Allah,” jawabnya.

Imam bertanya kembali: “Apakah perhiasan manusia itu?”

“Ilmu yang dengannya manusia bersabar,” jawabnya.

Imam kembali bertanya: “Kalau itu tidak ada, lalu apa?”

Badui menjawab: “Harta yang disertai dengan objektifitas dan rasa kasihan.”

Imam bertanya: “Apabila itu pun tidak ada, lalu apa yang lain.”

Badui itu menjawab mantap: “Kefakiran yang disertai kesabaran.”

Imam berkata: “Apabila itu pun tidak ada, lalu apa?”

Badui itu berkata: “Kalau sudah demikian, haruslah petir turun dari langit dan membakar orang itu.”

Imam Husain tersenyum dan memberinya seribu dirham. Imam juga mencopot cincinnya yang bernilai dua ratus dirham. Imam kemudian mengatakan: “Dengan uang ini, tunaikanlah utangmu dan juallah cincin ini lalu belanjakan untuk kehidupanmu.”

Lelaki badui itu mengambilnya dan berkata: “Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia meletakkan   risalah-Nya.” (Biharul Anwar, jil. 44, hal. 194)