Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Nabi Saw Pernah Berniat Bunuh Diri, Benarkah?

1 Pendapat 05.0 / 5

Jika kita mendengar atau membaca berita, tentang pelecehan Nabi Saw,. oleh orang-orang Barat, maka kita tak perlu men-Judge mereka secara berlebihan. Bisa jadi, mereka tak berniat untuk melecehkan Nabi Saw. Mungkin, mereka hanya menyampaikan hasil bacaan yang mereka dapatkan dari literatur-literatur Islam, yang kemudian oleh sebagian kaum Muslim dinilai sebagai bentuk pelecehan.

Tak heran, jika kita telusuri di dalam kitab-kitab Sunni sendiri, terutama di dalam kitab Shahih-Bukhari terdapat beberapa riwayat yang justru terkesan mencoreng nama baik Nabi Saw., mengingat ia adalah manusia sempurna dan terjaga dari kesalahan—sebagaimana yang sudah diulas di dalam pembahasan sebelumnya.

Ambil contoh, di dalam kitab tersebut diceritakan, bahwa nabi adalah pelupa, di kitab lain, yang berjudul Ithaful Khairoh Al-Muhrah karya Ahmad bin Abu Bakar bin Ismail Bushiri, dikatakan bahwa nabi pernah menyentuh tubuh seorang wanita non-muhrim dan sebagainya—dan banyak dari orang Muslim sendiri yang tak ngeh kalau ada riwayat seperti itu.

Kali ini penulis hendak membawakan sebuah riwayat, yang penulis kutip dari kitab Shahih Bukhari, karya Imam Bukhari. Di dalam kitab tersebut, diceritakan bahwa nabi pernah berniat bunuh diri (dengan melompat dari pucuk gunung), lantaran kucuran wahyu sempat terhenti padanya untuk beberapa waktu.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah bunyi riwayat tersebut.

وَفَتَرَ الوَحْیُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ النَّبِیُّ صَلَّى اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ ، فِیمَا بَلَغَنَا، حُزْنًا غَدَا مِنْهُ مِرَارًا کَیْ یَتَرَدَّى مِنْ رُءُوسِ شَوَاهِقِ الجِبَالِ، فَکُلَّمَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ لِکَیْ یُلْقِیَ مِنْهُ نَفْسَهُ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِیلُ، فَقَالَ: یَا مُحَمَّدُ، إِنَّکَ رَسُولُ اللَّهِ حَقًّا، فَیَسْکُنُ لِذَلِکَ جَأْشُهُ، وَتَقِرُّ نَفْسُهُ، فَیَرْجِعُ، فَإِذَا طَالَتْ عَلَیْهِ فَتْرَةُ الوَحْیِ غَدَا لِمِثْلِ ذَلِکَ، فَإِذَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِیلُ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِکَ

Diriwayatkan dari Aisyah, “Beberapa waktu wahyu terhenti (baca: terputus), sampai ia (Nabi Saw) sedih dan berkali-kali hendak melompat dari atas gunung. Setip kali ia hendak melompat dari dari atas gunung, Jibrail selalu menunjukkan diri sambil berkata, ‘Sesungguhnya engkau adalah sebenar-benarnya Rasulullah (Utusan Allah)’. Atas dasar ini, kekhawatirannya perlahan hilang, dan hatinya menjadi tenang. Namun, lagi-lagi wahyu tidak turun padanya. Sekali lagi, ia hendak melakukan pekerjaan yang sama (melompat dari pucuk gunung), namun saat ia sampai di gunung itu, datanglah Jibrail dengan mengatakan hal yang sama, sebagaimana yang pernah ia katakan sebelumnya.”[1]

Salah satu hal menonjol yang dimiliki Nabi Muhammad Saw,. adalah dikenal sebagai pembawa al-Quran.  Di mana al-Quran adalah salah satu mukjizat yang ia miliki untuk menepis pikiran melenceng dari orang-orang Arab kala itu tentang sosok Nabi. Karenanya, msutahil baginya melakukan hal-hal yang melenceng dari firman Allah di dalam Al-Quran.

Terkait perbuatan bunuh diri, sudah jauh-jauh hari Allah melarangnya, sebagaimana yang tertulis di dalam surah An-Nisa’ berikut ini.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’: 29).

Dengan melihat ayat barusan, maka tidak ada keserasian dengan riwayat di atas. Dengan kata lain, jangankan bunuh diri, terlintas dalam benak nabi untuk melakukan bunuh diri saja rasa-rasanya akal sehat kita amat sulit mencernanya. Wallahu a’lam bi as-Shawab.

[1] Shahih Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Islamil al-Bukhari, hal. 91, cetakan pertama, penerbit: Daar Ibn Katsir, 2002 M.