Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Membongkar Logika Hasan Al-Yamani

1 Pendapat 05.0 / 5

Ragam bukti tentang bantahan kalau Hasan Al-Yamani bukanlah putra dari Imam Mahdi, apalagi sebagai Imam Mahdi telah kita bongkar dan preteli satu demi satu di dalam tulisan sebelumnya. Tulisan ini, mencoba untuk membongkar gaya berpikir Ahmad Hasan Al-Yamani yang termasuk kontradiksi. Kebobrokan logikanya dapat kita temui di dalam Ma’a Abdu as-Shaleh karya Abu Hasan. Untuk mengobati rasa penasaran kita terhadap kebobrokan logikanya, mari kita baca pernyataan berikut.

إنجیل برنابا:

عن إنجیل برنابا الذی یحتج بعض المسلمین بنصوصه، سمعته یقول:

[وفقکم الله، إنجیل برنابا المتداول هو إنجیل مکذوب مائة بالمائة، ولا یمکن أن یحتج به مسلم على المسیحیین؛ لأنه باختصار لا یوجد له أی طریق أو سند تاریخی معتبر، فأین هی نسخة هذا الإنجیل القدیمة التی طبع على أساسها، وما هو تاریخها، وأین وجدت، وهل تم تحلیلها، ومن حللها، وماذا قال عنها؟ من یرید أن یحتج بهذا الکتاب علیه أن یجیب هذه الأسئلة، وبعد أن یجیبها سیجد نفسه مفلسا من الدلیل على أن هذا الکتاب یمثل شیئا یمکن الاحتجاج به على المسیحیین].

ولمن یقارن بین إنجیل برنابا وإنجیل یهوذا، قال:

[ما یسمى إنجیل برنابا، مجرد لعبة یخدع بها المتأسلمون أنفسهم، وإلا فهو لا قیمة تاریخیة له، ولا یمکن أن یحتج به عاقل على المسیحیین، فکیف یحتج بکتاب لا أصل له؟

أما إنجیل یهوذا، فهو إنجیل قدیم، ووجد له أصل تاریخی ووثیقة تاریخیة، وموثق بالفحص العلمی الدقیق].

Sebagian umat Muslim berargumen dengan memakai teks-teks Injil Barnabas. Ahmad Hasan Al-Yamani berbicara seputar kitab tersebut.

Semoga Allah memberi taufik kepada Anda sekalian. Injil Barnabas umumnya adalah kitab yang seratus persen bohong. Orang Muslim tidak bisa berargumen kepada orang-orang Masehi dengan kitab tersebut. Karenanya, tidak ada satu pun sanad sejarah dan metode yang valid tentang kitab ini. Lantas, di manakah teks Injil lama, yang  telah dicetak lebih dulu dari Injil Barnabas ini? Ada sejarah apa di masa itu?

Di manakah kitab tersebut dapat ditemukan? Apakah kitab injil tersebut dapat kita preteli dan analisa? Siapa saja yang telah meneliti, dan secara khusus apa yang mereka katakan (tentang kitab Injil Barnabas itu?)

Sesiapa yang hendak berargumen dengan kitab (Injil Barnabas) tersebut, hendaknya mereka harus menjawab beberapa pertanyaan di atas. Setelah ia  menjawabannya, ia akan menemukan dirinya dalam keadaan rugi dari beberapa bukti, bahwa kitab tersebut yang seolah dapat dijadikan bahan argumentasi terhadap orang-orang Masehi.

Kemudian, Hasan Al-Yamani berbicara tentang orang yang membandingkan Injil Barnabas dengan Injil Lama. Dinamakan Injil Barnabas, hanyalah sebuah permainan, yang membohongi kaum Muslim. Jika tidak begitu, ia (Injil Barnabas) tidak saja kitab yang tak bernilai, bahkan orang yang berakal pun tak dapat berargumen kepada orang-orang Masehi dengan kitab tersebut.

Bagaimana mungkin, manusia bisa berargumen dengan kitab yang tak memiliki asal-usul? Adapun Injil Yahuda adalah kitab asli dan memiliki sejarah, dan kitab tersebut telah diteliti dengan ragam disiplin ilmu. [1]

Namun, anehnya, di kesempatan lain ia justru menjadikan Injil Barnabas yang jelas-jelas di matanya adalah kitab yang tak layak dijadikan dalil, justru ia menjadikannya dalil akan keberadaannya. Sebagaimana yang ia katakan di bawah ini.

أما فی إنجیل برنابا فهناک تصریح من عیسى أنه جاء لیبشر بمحمد ورجل آخر رمز له بالمختار، أو واحد من المختارین والذی سیظهر دین محمد، کما قال أنه جاء لیمهد الطریق لمحمد، ولشریعته التی ستکون فی زمن نزول عیسى شریعة أهل الأرض جمیعا.

Adapun di dalam Injil Barnabas, yang telah dijelaskan oleh Nabi Isa, di mana ia datang kepada Nabi Muhammad untuk memberi kabar gembira  dan adanya lelaki terakhir yang menjadi manusia pilihan. Disebutnya lelaki itu sebagai sosok yang akan menampakkan agama Muhammad. Sebagaimana yang telah dikatakan Nabi Isa, lelaki itu akan datang untuk membenahi bumi, jalan Muhammad dan syariatnya di seluruh penduduk bumi.[2]

Setelah membaca pernyataan Ahmad Hasan al-Yamani  terkait Injil Barnabas tersebut, ada sesuatu yang tak make sense dengan akal sehat kita. Kita mendapati adanya kontradiksi dalam pemikirannya. Kejadian ini menambah keyakinan kita akan ketidaklayakannya ia menjadi seorang pemimpin, apalagi mengaku sebagai utusan Al-Mahdi atau Al-Mahdi itu sendiri.

Akhir kalam, adakah sosok imam, yang katanya maksum, namun punya alur logika yang bertentangan? Mari kita pikir dan renungkan.

[1] Ma’a Abdu Saleh, Abu Hasan, juz 2, hal. 29.

[2] Ma’a Abdu Saleh, Abu Hasan, juz 2, hal. 30.