Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mentafakuri Hakikat Hari Raya Idul Fitri

1 Pendapat 05.0 / 5


قالَ عيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنا أَنْزِلْ عَلَيْنا مائِدَةً مِنَ السَّماءِ تَكُونُ لَنا عيداً لِأَوَّلِنا وَ آخِرِنا وَ آيَةً مِنْكَ وَ ارْزُقْنا وَ أَنْت خَيْرُ الرَّازِقينَ (114)[1]

PurnaWarta — Di saat Rasul saw hijrah ke madinah, beliau melihat penduduk madinah mempunyai dua hari yang mana pada dua hari tersebut, mereka menghabiskannya dengan bermain dan berlibur. Lalu beliau bersabda bahawa “Tuhan memberikan dua hari yang lebih baik dibanding yang kalian punya. Yaitu hari raya I’edul fitr dan I’edul kurban.[2]

I’edul Fitri merupakan salah satu hari saya terbesar dalam agama islam. Di hari ini kaum muslimin merayakannya dengan bahagia, tentunya. Karena di hari itu, selain orang yang mampu, orang-orang yang tidak mampu pun bisa merayakannya dengan gembira karena mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka secara lahiriah dengan zakat fitrah yang telah didapatkan. Tapi tidak tahu dengan kebutuhan maknawinya.

Ya, hari raya I’edul Fitri memang identik dengan kata “bergembira”. Para wanita dan ibu-ibu membuat kue dan masakan yang enak, di hari ini, untuk membahagiakan keluarga dan tamu yang bersilaturahmi ke rumah. Para pemimpin perusahaan memberikan THR kepada para stuffnya untuk membahagiakan mereka, sehingga minimal mereka bisa membelikan baju baru untuk sanak keluarga mereka. Penulis kira, ini merupakan sebuah budaya dan kebiasaan yang baik, hanya saja, untuk melengkapi kebahagiaan ini, lihatlah aspek maknawinya juga.

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia mempunyai aspek rohani (maknawi) dan jasmani. Mungkin saja, kadang aspek jasmani kita bahagia, namun tidak dengan aspek rohani. Di hari raya kebanyakan dari orang-orang hanya sibuk dengan mempersiapkan kebahagiaan jasmani saja, namun tidak dengan aspek rohani. Baju baru, celana baru, uang THR, dan perlengkapan hari raya lainnya merupakan aspek kebahagiaan jasmani tersebut. Lalu bagaimana aspek rohani dan maknawinya?

Maka dari itu langkah awal untuk melengkapi kebahagiaan jasmani kita di hari raya adalah dengan menyibukan diri kita pada spek kebahagiaan rohani juga dan salah satu langkah menuju hal tersebut, penulis kira adalah dengan mengetahui hakikat dari I’edul Fitri sendiri. Terlebih dari hal yang telah disebutkan kita bisa menjadi pemilik hakiki hari raya.

[1] Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama”.

 

[2] Muhammad Rei Syahry, Mizanul Hikmah, Jild 9, hlm 4201.