Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mentafakuri Hakikat Hari Raya Idul Fitri (Part 2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Di saat Rasul saw hijrah ke madinah, beliau melihat penduduk madinah mempunyai dua hari yang mana pada dua hari tersebut, mereka menghabiskannya dengan bermain dan berlibur. Lalu beliau bersabda bahawa “Tuhan memberikan dua hari yang lebih baik dibanding yang kalian punya. Yaitu hari raya I’edul fitr dan I’edul kurban.

Ied Untuk Mereka Yang Diampuni Dosanya

Sebuah riwayat mengatakan bahwa Suwayd bin ghaflah berkata: Di salah satu hari raya, aku masuk ke rumah Amirul Mukminin as. Saya melihat di hadapan beliau terdapat sebuah hidangan dan pada hidangan tersebut telah tersaji beberapa roti gandum, semangkuk susu, dan sebuah sendok. Akupun bertanya, “Wahai Amirul Mukminin! Hari raya dengan semangkuk susu? Beliau berkata, “Hari raya adalah untuk mereka yang diampuni.”[1]

Hari Raya Adalah Untuk Mereka Yang Diterima Puasa Dan Salatnya

Imam Ali as berkata bahwa hari raya adalah untuk siapa saja diterima puasa dan salatnya oleh Allah swt  dan di setiap hari yang kita tidak melakukan dosa di dalamnya, ia adalah hari raya.[2]

Dari dua perkataan Imam Ali as dapat ditarik kesimpulan bahwa kalau kita ingin menjadi pemilik hakiki dari hari raya maka kita harus memastikan bahwa dosa-dosa kita diampuni dan puasa juga salat kita diiterima Allah swt. Dengan itu kita bisa menjadi pemilik hakiki sehingga dua aspek kebahagiaan pun bisa terpenuhi.

Hari Raya Simulasi Hari Kiamat

Dalam Khotbahnya, Imam Ali as berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya hari ini adalah hari kalian, hari yang mana orang-orang yang beramal baik mendapatkan pahalanya dan orang-orang yang beramal buruk mendapatkan balasannya. Dan hari ini mempunyai kesamaan dengan hari kebangkitan kalian nanti. Dengan keluarnya kalian dari rumah kalian menuju masjid maka kalian akan mengingat bahwa kalian keluar (dari kubur) untuk menemui Tuhan kalian dan dari berdirinya kalian di masjid adalah berdirinya kalian di hadapan Tuhan dan pulangnya kalian ke rumah merupakan pulangnya kalian ke dalam surga.”

Beliau melanjutkan, “Wahai hamba Allah. Paling sedikit (ganjaran) dari kaum laki-laki dan wanita yang berpuasa adalah di hari akhir ramadhan, malaikat menyeru, “Dengar dan ketauhilah wahai kalian bahwa Allah swt telah mengampuni dosa kalian. Maka berhati-hatilah setelahnya dengan apa yang kalian kerjakan.”[3]

Pastinya apabila kita mengkaji khutbah Imam as, maka senantiasa kita tak akan terlalu berfoya-foya dan merayakannya dengan sederhana. Bahkan hari raya akan menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan lebih mendekatkan diri pada Allah swt. Karena di hari itu, kita diingatkan dengan peristiwa yang pasti akan terjadi kelak yaitu hari kiamat.

Menutup pembahasan, penulis mengajak supaya selalu menyempurnakan segala sesuatu yang kita lakukan. Menyempurnakan aspek maknawi dan jasmani bisa membuat kita menjadi pemilik hari raya tersebut. Dan ketika kita telah menjadi pemilik dari hari raya maka nisacayanya kita telah semakin dekat dengan jabatan khalifah Tuhan di muka bumi ini yang mana itu adalah tujuan dari penciptaan manusia sendiri.

[1] Ibid

[2] ibid

[3] Ibid, hlm. 4203