Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Syubhat dari Muhammad Rasyid Mengenai Hadis-hadis Al-Mahdi

1 Pendapat 05.0 / 5

Pada bahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa adanya sebagian kecil dari Ulama Islam yang berpandangan tentang lemahnya Hadis Al-Mahdi. Sehingga menurut mereka, keyakinan akan adanya Sang Juru Selamat di Akhir Zaman masih diragukan dan dipertanyakan. Salah satu dari mereka yang telah kami sebutkan ialah Ibnu Khaldun.

Melanjutkan sekaitan dengan seri sebelumnya, kali ini kita akan paparkan lagi ulama lainnya yang berpandangan akan lemahnya hadis Al-Mahdi. beliau adalah Muhammad Rasyid atau lebih dikenal sebagai Rasyid Ridha. Dalam Tafsirnya Al-Manar, ia menyampaikan beberapa Syubhat sekaitan dengan hadis Al-Mahdi. Diantaranya ia menuliskan bahwa terdapat kontradiksi diantara hadis-hadis Al-Mahdi.

Dan adapun kontradiksi pada hadis-hadis Al-Mahdi sangatlah kuat dan jelas, menyatukan riwayat-riwayat tersebut sangatlah sulit, dan mereka yang mengingkarinyapun banyak, juga Syubhat-Syubhat di dalamnya sangat jelas.[1]

Selain itu, masih dari kitab tafsirnya, Muhammad Rasyid juga menambahkan bahwa Hadis-hadis Al-Mahdi tidak ada yang shahih.

Sesungguhnya tak satupun dari hadis-hadis Al-Mahdi yang shahih, hal itu tak dapat ditentang. Dan hadis-hadis tersebut saling kontradiksi dan saling menolak.[2]

Untuk menjawab syubhat tersebut, cukup bagi kita apa yang telah disampaikan oleh Muhammad Nasiruddin Al-bani dalam Majalah At-Tamaddun Al-Islamiy. Sebelum itu, dia menulis dan menanggapi seseorang yang memintanya untuk membaca buku Rasyid Ridho dan Muhammad Abdullah As-Saman untuk kedua kalinya. Ia menuliskan,

نعم لقد كنت علي علم بما كتبه الشيخ رشيد -رحمه الله- وكذا بما كتبه الأستاذ السمان في كتابه الذي أسماه ” الإسلام المصفي ” ! وأنا أجزم بخطأ ما كتباه في هذه المسألة.

Ya, Sungguh aku tahu dengan apa yang telah ditulis oleh Syekh Rasyid, begitu juga apa yang telah ditulis oleh Ustad As-Saman dalam kitabnya yang dinamakan Al-Islam Al-Mushfi, dan aku yakin akan kesalahan apa yang mereka berdua tulis dalam masalah ini.[3]

Kemudian Muhammad Nasiruddin menjawab persoalan kontradiksi yang disampaikan oleh Rasyid Ridha.

وقد أعلها السيد بعلة أخري وهي التعارض ! وهذه علة مدفوعة لأن التعارض شرطه التساوي في قوة الثبوت، وأما نصب التعارض بين قوي وضعيف فمما لا يسوغه عاقل منصف، والتعارض المزعوم من هذا القبيل

Sayyid (Rasyid) telah menyebutkan alasan (lemah atau tidak shahihnya hadis Al-Mahdi) karena terjadi kontradiksi, dan itu tertolak. Karena kontradiksi (diantara hadis) syaratnya adalah kesamaan kuatnya hadis. Dan adapun kontradiksi antara yang kuat dan lemah tidak dibenarkan oleh orang yang berakal. Dan kontradiksi yang disampaikan olehnya termasuk dalam kategori ini.[4]

Disamping itu, Rasyid Ridha juga menyampaikan contoh-contoh kontradiksi yang ada pada Hadis Al-Mahdi.

Masih dalam tafsirnya Al-Manar, ia menyebutkan perbedaan-perbedaan sifat, karakteristik atau kekhususan terkait Imam Mahdi yang ada pada Hadis Al-Mahdi.

Untuk itu terdapat perbedaan yang banyak pada nama Al-Mahdi, nasabnya, sifat-sifatnya, amal-amalnya, dan Ka’ab Al-Ahbar memiliki kesempatan yang luas untuk mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut, diantaranya: Sesungguhnya paling terkenalnya riwayat sekaitan namanya dan nama ayahnya menurut Ahlussunnah yaitu Muhammad bin Abdullah. Dan ada juga riwayat: (Namanya) Ahmad bin Abdullah. Dan Syiah Imamiyah bersepakat bahwa (Namanya) adalah Muhammad bin Hasan Askari, dan keduanya merupakan Imam Makshum mereka yang ke sebelas dan dua belas. Mereka melaqabinya dengan Al-Hujjah, Al-Qaim dan Al-Muntazar.[5]

Untuk menjawab syubhat tersebut cukuplah kita katakan bahwa anggaplah diantara hadis-hadis tersebut memiliki kekuatan yang sama sehingga bisa terjadi kontradiksi, namun perbedaan-perbedaan karakteristik Imam Mahdi yang disebutkan dalam hadis-hadis tersebut tidak menjadi kontradiksi akan keyakinan terhadap kemunculan Imam Mahdi. Keyakinan terhadap sang juru selamat berdasarkan banyaknya hadis-hadis yang menceritakannya tidak akan gugur hanya karena adanya perbedaan karakteristik Imam Mahdi dalam hadis-hadis tersebut.

Wallahu A’lam

[1] Ridho, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Manar, Juz 9 Hal. 413 Cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah – Beirut

[2] Ibid, Juz 10 Hal. 349-350

[3] Nasiruddin Al-Bani, Majalah At-Tamaddun Al-Islamiy No 22 Makalah ‘Haulal Mahdi” Cet. Dimasyq Tahun 1371 H

[4] Ibid

[5] [5] Ridho, Muhammad Rasyid, Tafsir Al-Manar, Juz 9 Hal. 414-415 Cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah – Beirut