Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Bantahan Terhadap Pandangan Rasyid Ridha Seputar Riwayat Imam Mahhdi

1 Pendapat 05.0 / 5

Sebagaimana telah disebutkan pada seri sebelumnya bahwa tokoh lain yang tidak meyakini sosok Imam Mahdi dan menolak dalil serta berbagai hadits yang berkaitan dengan penyelamat akhir zaman ini, adalah Rasyid Ridha.

Beliau sebenarnya mengajukan beberapa alasan untuk kemudian menolak keberadaan serta kemunculan Imam Mahdi As, di mana pada tulisan sebelumnya telah disebutkan salah satu dari alasan yang diajukan; berupa adanya perbedaan dan pertentangan maupun kontradiksi di antara riwayat yang memberitakan tentang Imam Mahdi As.

Berangkat dari alasan ini kemudian Rasyid Ridha menyimpulkan bahwa alasan ini jugalah yang kemudian memaksa Bukhari dan Muslim untuk tidak memuat riwayat seputar Imam Mahdi di dalam kitab sahih mereka:

“Adapun kontradiksi di dalam hadits seputar al-Mahdi lebih kuat dan nyata (dibandingkan dengan kontradiksi hadits seputar Dajjal) menyatukan diantara berbagai riwayat dalam hal ini lebih sulit, yang mengingkarinya lebih bnyak dan syubhat di dalamnya lebih nyata. Oleh karena itu “Syaikhain” (Bukhari dan Muslim) tidak memuat sedikitpun riwayat tersebut di dalam kitab sahih keduanya.[1]”

Pernyataan Rasyid Ridha di atas sebenarnya bertujuan untuk menarik sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak dimuatnya hadits tentang Imam Mahdi As di dalam kedua kitab tersebut menunjukkkan bahwa hadits-hadits tentang Imam Mahdi tidak sahih.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah setiap riwayat yang tidak dimuat oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka bermakna bahwa riwayat-riwayat tersebut tidak sahih?

Jawabannya tentu saja tidak. Karena baik Bukhari maupun Muslim tidak pernah menyatakan bahwa mereka telah mengumpulkan semua hadits sahih di dalam kitabnya sehingga yang tidak termaktub di dalam kedua kitab tersebut berarti tidak sahih.

Bahkan ada catatan di dalam kitab Huda al-Sari yang menunjukkan bahwa Bukhari mengatakan sebaliknya:

“Al-Ismaili meriwayatkan darinya (Bukhari), ia berkata: di dalam kitab ini aku tidak memuat kecuali riwayat sahih. Akan tetapi hadits sahih yang tidak aku catat lebih banyak.[2]”

Pernyataan Bukhari yang disampaikan oleh Ismaili ini dengan gamblang menyatakan bahwa hadits sahih bukan hanya riwayat yang ada di dalam kitab Bukhari, karena hadits sahih yang ia tinggalkan lebih banyak dari yang dicatat.

Lebih dari itu, ternyata Bukhari juga memuat riwayat yang memberitakan tentang Imam Mahdi, hanya saja tidak memuat nama beliau secara langsung:

“dari Nafi’ maula Abi Qatadahal-Anshari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: bagaimana keadaan kalian jika Isa bin Maryam turun di tengah-tengah kalian sementara Imam kalian dari golongan kalian sendiri?[3]”   

Di dalam riwayat ini disebutkan adanya sosok seorang imam bagi kaum muslimin yang hidup pada saat Isa Ibn Maryam turun. Sekalipun di dalam riwayat ini tidak disebutkan nama imam tersebut secara gamblang, namun dapat dipahami bahwa sosok tersebut adalah Imam Mahdi As bukan yang lain.

Apalagi, di dalam banyak riwayat disebutkan bahwa sosok yang menyertai keturunan Nabi Isa As di akhir zaman adalah Imam Mahdi As.

Berdasarkan argumentasi di atas; hadits sahih tidak hanya yang terdapat di dalam kitab Bukhari dan Muslim saja. Bukhari juga ternyata memuat hadits yang memberitakan tentang Imam Mahdi, maka pernyataan Rasyid Ridha di atas dengan sendirinya terbantahkan.

[1] Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, jil: 9, hal : 499, cet: Dar al-Manar, Mesir, ke dua, 1368 H.

[2] Ibn Hajar al-Asqallani, Syihabuddin Ahmad Ali, Huda al-Sari Muqaddimah Fath al-Bari, jil: 1, hal: 4, cet: Idarah al-Thibaah al-Munirah, Mesir, pertama, 1347 H.

[3] Bukhari, Muhammad bin Ismail, Sahih al-Bukhari, hal: 855, cet: Dar Ibn Katsir, Beirut, pertama,1423 H/ 2002 M.