Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Cara Memperlakukan Orang-Orang Yang Gemar Berbuat Zalim

1 Pendapat 05.0 / 5

Terkadang dalam kehidupan sehari-hari kita harus berhadapan dengan orang-orang yang kegemarannya menzalimi orang, gemar melaknat dan mencerca perbuatan atau keyakinan orang lain. Jika kita termasuk orang-orang yang harus berurusan dengan mereka, bagaimana sikap kita terhadapnya, apa yang harus kita lakukan?

Pada prinsipnya anjuran pertama agama Islam, Rasulullah dan para Imam Maksum supaya umatnya selalu bersikap lembut, berperangai baik dan mengasihi orang-orang bahkan kepada para penentang sekalipun.

Hal ini sedemikian penting dalam pandangan al-Quran sehinggaa al-Quran menyatakan kepada Rasulullah Saw:
«فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا غَليظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَ اسْتَغْفِرْ لَهُم…»
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka.” (Qs. Ali Imran [3]:159)

Demikian juga, Allah Swt berfirman kepada Nabi Musa As:
«اذْهَبا إِلى‏ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغى‏* فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشى»
“Pergilah kamu berdua kepada Fira‘un, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”  (Qs Thaha [20]:43-44)

Karena itu Anda perhatikan bahwa anjuran dan nasihat Islam dalam menghadapi para penentang adalah sikap lembut dan santun, meski cara seperti ini tidak mudah untuk dilakukan.
Dalam hal ini, al-Quran menyatakan:

«وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتي‏ هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذي بَيْنَكَ وَ بَيْنَهُ عَداوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ . حَميمٌ * وَما يُلَقَّاها إِلاَّ الَّذينَ صَبَرُوا وَما يُلَقَّاها إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظيمٍ»
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia terdapat permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Kedudukan dan sifat ini tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai bagian yang besar (dari keimanan dan ketakwaan). (Qs. Fushshilat [41]:34-35)

Al-Quran dalam ayat-ayat ini menyatakan bahwa meski para musuh tidak memiliki senjata selain cacian, tuduhan, makian, segala jenis tekanan dan kejahatan maka senjata kalian hendaklah kesucian, ketakwaan, ucapan kebenaran, sikap lembut dan cinta kasih.
Al-Quran pada ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang menjelaskan dengan cara yang lain merupakan metode dakwah terpenting dan paling sublim khususnya ketika berhdapan dengan para musuh yang keras kepala dan jahil.          

Karena setiap orang yang berbuat buruk maka ia juga menantikan hal yang sama sebagai balasan atas perbuatan mereka, khususnya orang-orang jahat; karena mereka sendiri berasal dari golongan ini, dan terkadang sebuah keburukan dibalas dengan berapa kali lipat keburukan. Namun, tatkala orang-orang melihat seseorang tidak hanya membalas keburukan dengan keburukan melainkan memperlakukan orang itu dengan baik dan santun, maka di sinilah nuraninya akan tergugah dan terjaga. Apa yang dilakukannya itu akan membuat ia malu sendiri dan akan menghormati orang yang melakukan kebaikan itu. Dendam dan permusuhan akan berganti menjadi cinta dan keakraban.

Tentu jelas bahwa bersikap lembut, berperangai baik dan mengabaikan haknya sendiri dalam menghadapi orang-orang seperti ini tetap memiliki batasan. Bersikap lembut terhadap orang-orang seperti ini sepanjang dilakukan dengan cara baik dan tepat sehingga diharapkan bahwa sikap ini akan berujung pada perbaikan sikap mereka dan merasa malu atas perbutan-perbuatannya yang tidak terpuji.

Selain itu, harus bersikap tegas terhadap orang-orang ini; karena senantiasa ada saja orang-orang yang menyalahgunakan metode ini dan sepanjang mereka tidak diperlakukan secara tegas maka mereka tetap tidak bergeming untuk berhenti melakukan perbuatan-perbuatan tercela ini. Al-Quran menyatakan:

لا يُحِبُّ اللهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلاَّ مَنْ ظُلِمَ وَ كانَ اللهُ سَميعاً عَليماً
“Allah tidak menyukai seseorang menampakkan keburukan orang lain dengan ucapannya, kecuali orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs al-Nisa [4]:148)

Hal ini berlaku dalam seluruh masalah kehidupan manusia. Imam Shadiq As dalam hal ini berkata, “Barangsiapa yang memenuhi hak seseorang yang dia sendiri tidak memenuhinya maka seolah ia menyembahnya selain Allah.” Kemudian Imam Shadiq bertutur lagi, “Layanilah saudaramu dan apabila ia menuntut pelayanan darimu maka ia tidak layak dihormati.”

Kemudian seseorang bertanya, “Saya mengetahui hak seseorang namun ia tidak mengetahui hakku?” “Tidak ada penghormatan untuknya….”[1](Karena pemenuhan hak itu harus timbal balik).
[]


[1] Syaikh Mufid, Muhammad bin Muhammad, al-Ikhtishâsh, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Mahrami Zarandi, Mahmud, hal. 243, al-Mu’tamar al-Alami li Alfiyah al-Syaikh al-Mufid, Qum, Cetakan Pertama, 1413 H.