Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Menimbang Ketaatan Mukmin di Hari Raya Qurban

1 Pendapat 05.0 / 5

Manasik haji telah usai dilaksanakan. Jutaan jemaah haji dari seluruh penjuru dunia dengan wajah berseri-seri dan kegembiraan yang tak terlukiskan, berduyun-duyun mendatangani tempat penyembelihan hewan kurban. Mulut mereka tampak melafalkan doa saat prosesi pemotongan hewan kurban dilaksanakan.

Di Surat Al An'am ayat 79, Allah Swt berfirman,

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿٧٩﴾

"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."

Begitu juga di ayat 162-163 di surat yang sama, Allah Swt menjelaskan,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)"."

Lalu dengan segala ketulusan niat, dilanjutkan dengan mengucapkan,

اللَّهُمَّ مِنکَ وَ لَکَ بِسْمِ اللَّهِ وَ اللَّهُ أَکْبَرُ

Ya Allah, dari-Mu dan untuk-Mu, dengan nama Allah dan Allah Maha Agung. Karena Idul Adha adalah hari keikhlasan dan penghambaan bagi seluruh umat Islam.

Nabi Ibrahim as setelah meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail as di Mekah, beberapa kali menemui mereka, saat datang Ibrahim menggendong dan menciumi putranya Ismail yang terlihat semakin tinggi dan rupawan. Dalam salah satu kunjungannya, Ibrahim bermimpi Allah Swt memerintahkan untuk menyembelih Ismail, putra kesayangannya. Sungguh tidak dapat dipercaya oleh Ibrahim dan ia mengira itu hanya sekedar bunga tidur.

Namun malam berikutnya perintah Tuhan itu datang lagi, dan berlanjut sampai tiga malam berturut-turut. Ibrahim menyadari bahwa ini adalah perintah Allah Swt dan setelah melewati pergumulan batin yang cukup serius, akhirnya Nabi Tuhan itu memutuskan untuk mentaati perintah Allah Swt.

Dengan persetujuan penuh keikhlasan dari putranya, Ibrahim melangkah ke tempat yang telah ditentukan dan siap menyembelih Ismail, putra kesayangannya. Namun saat pisau hendak menyayat leher Ismail, Allah Swt mengganti tubuh putra Ibrahim dengan seekor domba dan menyatakan Nabi-Nya itu telah lulus ujian dengan gemilang. Al Quran dalam Surat As Saffat ayat 100-111 menceritakan secara lengkap kisah Ibrahim dan Ismail ini.

Dalam ajaran luhur Islam, kecintaan kepada anak merupakan sebuah keutamaan, namun jika kecintaan itu menjauhkan dari ketaatan pada penghambaan Allah Swt, maka hal itu dilarang. Kecintaan seorang manusia kepada anak-anaknya adalah hal yang lumrah dan alami, hal itu disebut sebagai ketertarikan hati dan kasih sayang. Namun bergantung pada rasa ini sehingga menyebabkan lalai dan menyepelekan kewajiban agama, maka hal ini menjadi indikasi ketergantungan dan dilarang.

Dalam kisah Nabi Ibrahim as, terlihat dengan jelas kemuliaan dan penghambaan beliau setelah berhasil melampaui kecintaan seorang ayah kepada anak, dikarenakan ketaatan menjalankan kewajiban seorang hamba di hadapan Tuhannya.

Pasti bahwa setiap manusia di jalan penghambaan kepada Tuhan, akan menemukan berbagai macam tantangan, ia kerap dihadapkan pada dua pilihan, mengikuti tuntutan naluri atau mentaati perintah Tuhan.

Di persimpangan jalan yang terjal dan berbahaya itu, setiap kali manusia memilih untuk mengutamakan kewajiban agama daripada instingnya, maka ia akan masuk ke golongan para malaikat dan orang-orang suci, dan momen itu akan menjadi hari raya baginya.

Sebaliknya, jika ia lebih memilih naluri dan mengikuti kecenderungan-kecenderungan diri, maka ia akan kehilangan banyak kesadaran dan terjerembab ke lembah dosa. Di hari ini, umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha dan memuji serta mensucikan Allah Swt, serta memohon kebaikan.

Sehubungan dengan hal ini, salah satu keutamaan pribadi Rasulullah Saw adalah perlawanan menghadapi bisikan setan dan dorongan emosi serta perasaan. Sejak saat pertama perintah mengorbankan anak sampai detik-detik tajamnya pisau hendak menyayat leher, semua merupakan momen sulit dan ujian berat bagi Ibrahim.

Kedudukan pertama yang diraihnya adalah keberhasilan mengalahkan godaan setan. Iman dan keyakinan pada perintah Allah Swt, meski bertentangan dengan kecenderungan emosi dan naluri cinta seorang ayah, adalah teladan abadi dari perilaku Nabi Ibrahim as sehingga beliau dan hari raya Idul Adha terus dikenang hingga akhir masa.  

Imam Khomeini berkata, Bapak Tauhid dan pemecah berhala dunia ini mengajarkan kepada kita bahwa berkorban di jalan Allah Swt sebelum memiliki dimensi tauhid dan ibadah, terlebih dahulu mengandung dimensi politik dan nilai-nilai sosial.

Beliau mengajarkan kepada kita dan seluruh umat manusia bahwa buah kehidupan kita yang paling mulia harus dikorbankan di jalan Tuhan dan kita jadikan momen ini sebagai hari kemenangan. Korbankanlah diri dan semua yang engkau cintai dan tegakkanlah agama serta keadilan Tuhan di muka bumi.

Idul Adha termasuk hari libur resmi umat Islam, bahkan beberapa negara merayakannya lebih dari satu hari dan di hari itu, masyarakat mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Setelah melaksanakan ibadah, mereka saling mengunjungi untuk merayakan hari ini.

Berkurban di hari ini tidak wajib bagi seluruh Muslimin, hanya bagi jemaah haji yang tengah melakukan manasik di Tanah Suci saja. Akan tetapi umat Islam di seluruh penjuru dunia di hari ini juga ikut berkurban dengan memotong hewan kurban seperti kambing, sapi atau unta dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin.

Secara bahasa, Qurban berasal dari bahasa Arab, Qurb yang artinya dekat. Hal ini  menjelaskan bahwa dalam setiap berkurban, mendekatkan diri kepada Allah Swt atau kekuatan mutlak, selalu menjadi tujuan. Berkurban sudah ada sejak zaman Nabi Adam as, dan perselihan antara Habil dan Qabil juga dipicu oleh berkurban ini. Allah Swt menerima kurban Habil yang dilakukan dengan kejujuran dan keikhlasan, namun menolak kurban dari Qabil.

Berkurban hewan adalah simbol dari berkurban dan menyembelih sisi kebinatangan manusia. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa untuk mencapai kesempurnaan kemanusiaan, kita tidak boleh membiarkan nafsu hewani kita tumbuh dan muncul.

Nabi Ibrahim as pada kisah ini memberi contoh kepada kita, untuk bisa hadir di hadapan Tuhan, kita harus mensucikan diri dari segala kekotoran batin dan membersihkan cermin diri dari kekotoran akibat dosa sehingga cahaya hakikat bisa terpancar.

Untuk mendengar suara kebenaran, kita harus memerangi kesombongan diri dan keinginan nafsu sehingga kita layak hadir di hadapan-Nya. Idul Adha adalah kesempatan yang baik untuk melakukan jihad ini. Namun setiap orang harus bisa memahami apa batas kebergantungan dan kecintaan pada dunia itu.

Semakin dekat seorang manusia kepada Allah Swt, maka kasih sayangnya kepada sesama pun akan semakin besar. Penghambaan kepada Tuhan melahirkan cinta dan kasih sayang kepada makhluk-Nya. Di bawah penghambaan Tuhan inilah manusia menjalankan kehidupan yang bersih dan suci.

Idul Qurban dan mengorbankan seluruh kelezatan dunia akan membawa kenikmatan spiritual yang sedemikian tinggi, di sanalah manusia bisa meraih nilai luhur kemanusiaan, keutamaan, kemuliaan, kesucian dan kemenangan atas riya, sifat selalu membanggakan diri dan merasa diri paling unggul dari orang lain.