Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Apakah sebagian pintu surga itu dikhususkan untuk penduduk kota suci Qum?

0 Pendapat 00.0 / 5


Oleh: IQuest
Apakah kaum Syiah berkeyakinan bahwa surga itu memiliki delapan pintu dan tiga pintunya dikhususkan untuk penduduk kota suci Qum? Silahkan lihat, Bihâr al-Anwâr jilid 57, hal. 218 hadis 48.

Di antara kota yang mempunyai keutamaan sebagaimana yang dijelaskan dalam sebagian riwayat adalah kota suci Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, Karbala, Kufah dan Qum.

Dari ayat-ayat Al-Qur'an dan berbagai riwayat dapat dipahami bahwa surga itu memiliki beberapa pintu. Tentu saja pintu-pintu surga itu tidak seperti pintu-pintu yang terdapat dunia ini yang dipasang untuk memasuki taman-taman, istana-istana dan berbagai macam rumah. Tetapi yang dimaksud pintu-pintu surga itu adalah amal perbuatan seseorang yang dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga Allah Swt.

Kedudukan mulia kota suci Qum dan dikhususkannya sebagian pintu surga untuk penduduknya adalah karena keimanan, ketakwaan dan amal saleh yang dilakukan oleh orang-orang yang bermukin di kota suci ini. Demikian pula karena adanya pusara suci seorang wanita agung dari keturunan Rasulullah Saw yang bernama sayidah Fatimah al-Maksumah Sa di kota tersebut.

Jelas yang dimaksudkan oleh riwayat bahwa penduduk Qum sebagai ahli surga adalah karena mereka itu beriman dan melakukan amal saleh. Mereka akan meraih surga kelak karena sewaktu tinggal di kota suci Qum mereka melakukan berbagai kebajikan seperti ibadah, faqâhah (mendalami ilmu fikih), mencintai Ahlubait As dan lain sebagainya.

Dalam pandangan Islam, tolok ukur untuk meraih surga adalah iman dan amal saleh. Para Imam Maksum As mengetahui bahwa mayoritas penduduk kota suci Qum memiliki keistimewaan tersebut sehingga mereka kelak akan memasuki pintu surga, maka dengan itu para Imam Maksum As menyatakan dalam riwayatnya bahwa sebagian pintu surga itu dikhususkan untuk penduduk kota suci Qum. Tetapi keistimewaan tersebut bukan berarti adanya perbedaan di antara berbagai kelompok masyarakat.

Di antara kota-kota dunia, sebagian darinya memiliki keutamaan yang lebih dari yang lainnya di kalangan umat Islam, misalnya seperti kota Makkah, Madinah, Quds (Palestina), Karbala, dan lainnya. Kota-kota tersebut merupakan kota-kota suci umat Islam. Bahkan pada berbagai riwayat telah dijelaskan bahwa beribadah, bermukim, berinfak dan bahkan meninggal di kota-kota tersebut mempunyai nilai istimewa di hadapan Allah Swt.

Keagungan kota-kota tersebut dikarenakan beberapa keutamaan yang terdapat di dalamnya, seperti terdapatnya Ka'bah di kota Makkah, pusara Rasulullah Saw di kota Madinah, pusara Imam Husein As di kota Karbala, dan seterusnya. Rasulullah Saw dan para Imam suci As telah menjelaskan keutamaan-keutamaan tersebut dalam hadis-hadis mereka. Sebagian kota yang telah dijelaskan keutamaannya adalah kota Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, Karbala al-Mu’alla, Qum al-Muqaddas dan lainnya.

Dengan menelaah ayat-ayat Al-Qur'an dan riwayat-riwayat para Imam maksum As dapat dipahami bahwa surga itu memiliki banyak pintu. Akan tetapi banyaknya pintu surga itu bukan karena ketika orang-orang yang ingin memasuki surga hanya melalui sebuah pintu saja akan berdesak-desakkan.

Juga bukan lantaran adanya perbedaan di antara kelompok dan tingkatan mereka sehingga masing-masing kelompok diharuskan memasukinya hanya melalui pintu tertentu saja. Dan bukan karena dekat atau jauhnya perjalanannya. Dan bukan pula sebagai hiasan sehingga menambah keindahan surga.

Jelasnya bahwa pintu-pintu surga itu tidak seperti pintu-pintu yang ada dunia ini yang dipasang sebagai pintu masuk taman-taman, istana-istana dan rumah-rumah. Pintu-pintu tersebut menyiratkan berbagai amal ibadah dan kebajikan yang menyebabkan pelakuknya masuk ke dalam surga.

Oleh karena itu pada penggalan riwayat dapat kita baca bahwa: Surga memiliki beberapa pintu yang namanya beragam, di antaranya terdapat pintu yang bernama "Pintu Mujahidin." Dalam riwayat Imam Muhammad Baqir As dapat kita baca: "Ketahuilah bahwa surga itu memiliki delapan pintu yang luas, setiap pintu sama dengan perjalanan empat puluh tahun perjalanan."[1]

Hal ini menunjukkan bahwa "pintu" dalam riwayat tersebut memiliki makna yang lebih luas dari makna yang acap kali diungkapkan sehari-hari.[2] Atas dasar itu, dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan pintu-pintu surga adalah sebab-sebab yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa neraka Jahannam memiliki tujuh pintu, sementara surga memiliki delapan pintu.

Hal ini sebagai isyarat utamanya faktor rahmat atas faktor azab dan murka Ilahi. Dan jumlah tersebut untuk menunjukkan jamak (jadi angka tujuh itu bukan untuk menunjukkan tujuh ditambah satu dan bukan pula maksud delapan itu adalah angka tujuh ditambah satu).

Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa ungkapan pintu-pintu surga yang dikhususkan untuk sebagian penduduk kota yang tercantum di dalam berbagai riwayat adalah sebab-sebab yang terdapat di antara penduduk kota tersebut yang dapat menghantarkan mereka masuk ke dalam surga.

Sehubungan dengan keutamaan kota suci Qum dan keistimewaan penduduknya Imam Ridha As bersabda: "Surga itu memiliki delapan pintu dan salah satunya adalah untuk penduduk kota Qum yang merupakan Syiah kami yang terbaik dibandingkan dengan kaum Syiah di kota-kota lainnya…”.[3]

Sebagaimana yang tercantum dalam riwayat bahwa keutamaan kota suci Qum itu dikarenakan keimanan, ketakwaan dan berbagai amal kebajikan penduduknya. Demikian juga karena dalam kota tersebut terdapat pusara agung salah seorang cucu Rasulullah Saw. Imam Ja'far al-Shadiq As bersabda: "Salam sejahtera Allah untuk penduduk kota Qum.

Allah Swt menurunkan hujan rahmat ke atas kota mereka dan menurunkan rahmat-Nya. Dosa-dosa mereka diganti dengan kebaikan, karena mereka adalah ahli rukuk dan sujud, berdiri dan duduk (melakukan amal ibadah). Dalam kota itu pula terdapat para fakih dan ulama yang memahami secara mendalam mengenai riwayat dan dirâyat (bertalian dengan ilmu hadis)".[4]

Yang jelas hal itu tidak berarti bahwa semua penduduk kota tersebut adalah orang-orang saleh dan bertakwa penuh. Akan tetapi, sebagaimana di kota yang paling mulia seperti Makkah dan Madinah sekalipun pada masa hayat Rasulullah Saw terdapat orang-orang yang paling buruk dan jahat seperti orang-orang musyrik dan munafik, maka di kota suci Qum dan kota-kota lainnya juga terdapat orang-orang yang saleh dan jahat, orang-orang mukmin dan kafir.

Oleh karena itu, maksud riwayat yang menerangkan bahwa penduduk kota suci Qum adalah ahli surga ialah orang-orang yang mukmin dan saleh yang dengan sebab-sebab amal ibadah, faqâhah (mendalami fikih), mencintai Ahlubait As, dan lain-lain, dapat meraih surga.

Dari keterangan mengenai kemuliaan penduduk kota suci Qum dapat juga dipahami bahwa kemuliaan sebagai ahli surga tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang sekalipun tidak tinggal di kota suci Qum dan tempat tinggalnya sejauh ribuan kilo meter dari kiota suci Qum. Yang jelas bahwa menurut agama Islam, tolok ukur untuk masuk ke dalam surga itu adalah memiliki iman dan amal saleh.

Dikarenakan bahwa para Imam maksum As mengetahui bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di kota suci Qum memiliki keistimewaan tersebut (iman dan amal saleh) sehingga dengan itu mereka berhak memasuki surga, maka mereka menjelaskan bahwa satu atau tiga pintu surga itu dikhususkan untuk penduduk kota suci Qum.


Catatan Kaki:
[1] .Khishal Shaduq, Abwâb al-Tsamaniyah:

"و اعلموا ان للجنة ثمانية ابواب عرض كل باب منها مسيرة اربعين سنة"

[2] .Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh jil. 10, hal. 194.

[3] .Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 57, hal. 216 hadis ke 39

وَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عِيسَى عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدٍ الرَّبِيعِ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَحْيَى بَيَّاعِ السَّابِرِيِّ قَالَ كُنْتُ يَوْماً عِنْدَ أَبِي الْحَسَنِ ع فَجَرَى ذِكْرُ قُمَّ وَ أَهْلِهِ وَ مَيْلِهِمْ إِلَى الْمَهْدِيِّ ع فَتَرَحَّمَ عَلَيْهِمْ وَ قَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

ثُمَّ قَالَ إِنَّ لِلْجَنَّةِ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابٍ وَ وَاحِدٌ مِنْهَا لِأَهْلِ قُمَّ وَ هُمْ خِيَارُ شِيعَتِنَا مِنْ بَيْنِ سَائِرِ الْبِلَادِ خَمَّرَ اللَّهُ تَعَالَى وَلَايَتَنَا فِي طِينَتِهِمْ.

[4]. Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 57, hal. 217, Hadis 46,

وَ عَنْ سَهْلِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْجَعْفَرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْفُضَيْلِ عَنْ عِدَّةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَنِ الصَّادِقِ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ ع قَالَ إِنَّ لَعَلَى قُمَّ مَلَكاً رَفْرَفَ عَلَيْهَا بِجَنَاحَيْهِ لَا يُرِيدُهَا جَبَّارٌ بِسُوءٍ إِلَّا أَذَابَهُ

اللَّهُ كَذَوْبِ الْمِلْحِ فِي الْمَاءِ ثُمَّ أَشَارَ إِلَى عِيسَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ فَقَالَ سَلَامُ اللَّهِ عَلَى أَهْلِ قُمَّ يَسْقِي اللَّهُ بِلَادَهُمُ الْغَيْثَ وَ يُنْزِلُ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْبَرَكَاتِ وَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئاتِهِمْ حَسَناتٍ هُمْ أَهْلُ رُكُوعٍ وَ سُجُودٍ وَ قِيَامٍ وَ

قُعُودٍ هُمُ الْفُقَهَاءُ الْعُلَمَاءُ الْفُهَمَاءُ هُمْ أَهْلُ الدِّرَايَةِ وَ الرِّوَايَةِ وَ حُسْنِ الْعِبَادَةِ.