Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Husein as, Sang Reformis

0 Pendapat 00.0 / 5

Imam Husein as karena kebangkitannya untuk memperbaiki pemerintahan yang rusak di zamannya dikenal sebagai salah satu reformis besar sejarah.

Imam Husein adalah reformis yang hanya menginginkan kebaikan umat dan tidak segan-segan berusaha keras untuk tujuan sangat suci memperbaiki masyarakat dan bahkan mengorbankan nyawa, harta dan keluarganya supaya Islam, ajaran Islam dan risalah suci Muhammad Saw tetap hidup serta tidak menyimpang.

Reformasi dan pembaharuan adalah lawan dari kerusakan. Pembaharuan telah dilakukan dengan beragam cara di berbagai zaman. Terkadang reformasi di sebuah pemerintahan, yakni ketika sebuah pemerintahan dilanda kerusakan atau bermoral buruk, individu atau sekelompok orang akan bangkit melakukan reformasi kondisi ini. Faktanya tujuan seluruh para nabi adalah memperbaiki sistem dan instansi politik dan pemerintahan, dan secara umum memperbaiki moral masyarakat.

Reformasi di masyarakat dapat dilakukan dalam dua bentuk, individu dan sosial, dan keduanya saling terkait. Dari satu sisi, jika setiap individu memberbaiki dirinya, maka dengan sendirinya masyarakat juga akan diperbaiki. Dan setiap indivudu dengan menjaga akhlak dan kemanusiaan, maka mereka dapat mempengaruhi individu lain dan juga anggota masyarakat, serta masyarakat saling membantu.

Di sisi lain, jika sistem sosial diperbaiki, maka akan ada peluang yang tepat untuk pertumbuhan dan perbaikan individu, serta setiap anggota masyarakat akan terdorong untuk memperbaiki individu. Imam Husein as melalui kebangkitannya, mengejar kedua metode ini, memperbaiki individu dan juga masyarakat. Seperti yang diungkapkan Imam Husein as ketika keluar dari Madinah bahwa ia berencana mereformasi umat kakeknya, Muhammad Saw. Dengan demikian kebangkitan Imam Husein as adalah kebangkitan untuk memperbaiki masyarakat dan pemerintah. Bagaimana pun juga, beliau juga tidak lalai untuk mereformasi individu, seperti cerita Zuhair dan Hurr yang akhirnya sadar setelah mendengar berbagai nasehat Imam Husein as.

Imam Husein as dikenal melalui gerakan reformis dan baiknya. Beliau sejak awal pergerakannya menyatakan bahwa tujuan kebangkitannya adalah mereformasi umat Rasulullah Saw dan senatiasa menghendaki kebaikan umat. Sejatinya surat Imam Husein as kepada saudaranya, Muhammad Hanafiyah telah menentukan tujuan beliau yang menginginkan kebaikan. Imam Husein as di suratnya tersebut menulis, " Ketahuilah bahwa aku keluar dari Madinah bukannya atas dasar thugyan dan kesombongan serta mencari kesenangan atau membuat kerusakan dan kezaliman, melainkan tujuanku adalah membuat perbaikan pada umat kakekku.  Aku bermaksud untuk melakukan amar makruf nahi munkar dan menghidupkan sirah kakekku Rasulullah saw dan ayahku Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang menerima hakku telah menerima hak Allah. Namun, apabila masyarakat mencegah untuk menerima kebenaran, aku akan bersabar hingga Allah mengadili antara aku dan mereka dan Allah adalah hakim yang terbaik."

Poin sangat penting dari surat Imam Husein as ini adalah reformasi umar Rasulullah Saw yang dijadikan beliau sebagai tujuan kebangkitannya. Tapi pertanyaannya adalah hal-hal apakah yang perlu untuk direformasi di mana Imam Husein as merasa berkewajiban untuk bangkit ?

Sejatinya kebutuhan reformasi umat Rasulullah Saw sudah terasa sejak awal kematian Rasulullah. Ketika jenazah suci Nabi belum juga kering setelah dimandikan, dan Imam Ali as masih sibuk untuk mengebumikan Nabi, sekelompok Ansar dan Muhajirin berkumpul di Saqifah (Saqifah Bani Sa'idah) untuk memilih khalifah setelah Nabi. Semasa hidup Nabi, mereka menganggap dirinya sebagai sahabat setia Rasulullah dan pada 18 Dhulhijjah (Hari Ghadir) berbaiat kepada Imam Ali as, tapi mereka mengabaikan perintah Allah Swt yang mewajibkan Nabi-Nya di hari Ghadir dihadapan mata ribuan umat Islam menentukan Imam Ali as sebagai penggantinya.

Dengan demikian jelas bahwa penyimpangan umar Rasul terjadi sejak beliau meninggal, di mana jalur khilafah di Islam berubah, dan khilafah yang menjadi hak Imam Ali bi Abi Thalib as dan Rasul berulang kali dan di berbagai kesempatan seperti Ghadir Khum mengumumkannya kepada semua orang, telah diambil dari Imam Ali dan diserahkan kepada orang lain. Umat Nabu sejak hari itu, ketika mereka menyembunyikan kekhilafahan dan Imamah Imam Ali as, dan mengingkari wilayah (kepemimpinan) beliau, maka umat ini membutuhkan reformasi dan Imam Husein as ketika menyaksikan citra dan wajah Islam semakin rusak akibat penyimpangan ini, dan jalan Islam yang telah ditentukan Rasul Saw, ayahnya Imam Ali as dan saudaranya Imam Hasan as mulai pudar, maka beliau memutuskan untuk bangkit melawan pemerintahan yang rusak Bani Umayyah, dan membangun kebangkitannya dengan pondasi reformasi umat Rasulullah Saw.

Debu kebodohan dan penindasan telah membayangi hukum Islam di tahun-tahun setelah kematian Nabi. Kesyahidan Hazrat Aba Abdullah Al-Hussein (AS) dan para sahabatnya yang setia menyebabkan debu ini disingkirkan dari wajah tradisi Islam yang benar dan cahaya bersinar pengetahuan ilahi bersinar sekali lagi di hati yang terabaikan. Seperti yang kita baca dalam doa ziarah kepada beliau: “Aku bersaksi bahwa kamu telah mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar.”

Pada dasarnya, dari sudut pandang budaya wahyu Ahlul Bait as, menghidupkan amar ma'ruf nahi munkar memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih penting dari nilai-nilai ketuhanan lainnya, sebagaimana Imam Ali as memandang nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar lebih tinggi dari jihad. Ia berkata, “Seluruh perbuatan baik dan jihad di jalan Allah seperti tetesan air di tengah laut bila di hadapan amar ma'ruf nahi munkar.”

Pada dasarnya, untuk mempertahankan prinsip-prinsip aliran yang benar dan samawi, para pendiri aliran sesat harus diperangi, dan seorang Muslim bebas tidak berkompromi dengan para pendiri tradisi negatif dalam mempertahankan alirannya. Imam Husein as percaya bahwa nilai-nilai Islam harus didukung dengan sekuat tenaga. Kepribadian Imam Husein as mengekspresikan semangat perlawanan dan manifestasi kebebasan. Dia memulai kampanye di Karbala dengan pola pikir seperti itu untuk memberi pelajaran kepada umat manusia tentang kebebasan dan untuk membuktikan bahwa dia tidak akan menyerah pada penindasan dalam keadaan apa pun.