Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kenabian

Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (2)

Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (2)

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa berkata kepada Imam Mahdi, “Sesungguhnya aku diutus sebagai wakil, bukan sebagai pemimpin dan penguasa.” (Mulahim, Ibn Tawus, hlm. 83; dan Al-Fitan, Ibn Hammad, hlm. 160)

Baca Yang lain

Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (1)

Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (1) Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa berkata kepada Imam Mahdi, “Sesungguhnya aku diutus sebagai wakil, bukan sebagai pemimpin dan penguasa.” (Mulahim, Ibn Tawus, hlm. 83; dan Al-Fitan, Ibn Hammad, hlm. 160)

Baca Yang lain

Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (3)

Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (3) Dalam tradisi Syiah, Imam adalah hujjah Allah di bumi—pemegang otoritas ilahiah setelah Rasul. Ma‘rifat Imam tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan ma‘rifat Allah dan Rasul. Seperti ditegaskan Imam, bila seseorang tidak mengenal hujjah di zamannya, maka ia “tersesat dari agamanya”. Konsep ini sejalan dengan hadis masyhur Nabi saw:    

Baca Yang lain

Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (2)

Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (2) Imam al-Ṣhadiq as memulai doa dengan permohonan agar Allah memperkenalkan diri-Nya terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan prinsip Qur’ani:  فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ  Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah.” (QS. Muhammad [47]: 19) 

Baca Yang lain

Filosofi Wahyu Ilahi: Ketika Langit Berbicara kepada Bumi

Filosofi Wahyu Ilahi: Ketika Langit Berbicara kepada Bumi Filosofi wahyu tidak sekadar bertanya, “Apakah wahyu itu benar?” tetapi juga, “Apa makna wahyu bagi eksistensiku?” Di tengah gelombang relativisme moral dan kekosongan spiritual zaman ini, wahyu hadir sebagai cahaya yang menuntun—dari yang tak terlihat menuju yang nyata, dari yang tak terbatas ke dalam ruang hati manusia.  

Baca Yang lain

KELAHIRAN WAHYU

KELAHIRAN WAHYU Karena itu, ketika membncangkan Muhammad dan manusia-manusia suci, dari kelahiran lalu kehidupan hingga kematiannya, maka yang menjadi epicentrumnya adalah eksistensi Tuhan yang transenden dan immanen.  

Baca Yang lain

Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah?

Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah? Dengan siapa Habil menikah? Generasi manusia bagaimana bisa berkembang setelah mereka? Jawaban Global Berkenaan dengan pernikahan anak-anak Adam terdapat dua pandangan di kalangan ulama Islam:

Baca Yang lain

Bagaimana Cara Membuktikan Kenabian?

Bagaimana Cara Membuktikan Kenabian? * Terjadinya perkara yang keluar dari kebiasaan adat seperti ini dapat dijadikan dalil atas kebenaran klaim seorang nabi. Perkara inilah yang dinamakan mukjizat.

Baca Yang lain

Relevansi Kurban dengan Kehidupan Kontemporer dan Etika Sosial

Relevansi Kurban dengan Kehidupan Kontemporer dan Etika Sosial Dalam perjalanan tasawuf, seorang salik harus melewati dirinya sendiri, meninggalkan keterikatan, dan mencapai keadaan fana. Kurban Nabi Ibrahim adalah simbol dari fana fi Allah. Rumi dalam Matsnawi berkata: “Wahai ayah, Ibrahim telah datang, tinggalkanlah Ismail dalam dirimu, meskipun secara lahiriah itu Ismail.

Baca Yang lain

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (5)

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (5) Pendidikan Melalui Kepasrahan: Perkataan Ismail as “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu” mencerminkan kepribadian yang terbina dalam tauhid. Etika kepasrahan ini merupakan hasil dari pendidikan dalam lingkungan iman dan pengetahuan.

Baca Yang lain

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (4)

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (4) Dalam pandangan para Imam Ahlulbait as, ibadah kurban bukan sekadar ritual fisik, melainkan sarat dengan makna spiritual yang mendalam. Imam Ja’far ash-Shadiq as menjelaskan bahwa Allah tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung hikmah, dan hikmah dari kurban adalah untuk menumbuhkan sikap berserah diri, mengakui rububiyah Allah, serta menyucikan jiwa dari kelalaian dalam penghambaan.

Baca Yang lain

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (3)

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (3) Dalam Al-Qur’an, konsep tazkiyah menempati kedudukan yang sangat tinggi sebagaimana disebutkan: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9)

Baca Yang lain

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (2)

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (2) Dalam Surat Ash-Shaffat ayat 99–107, peristiwa kurban dijelaskan secara rinci. Setelah bertahun-tahun berdoa, Allah Swt mengaruniakan seorang anak yang saleh kepada Nabi Ibrahim. Ketika Ismail mencapai usia remaja, Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih anaknya: “Maka ketika anak itu telah sanggup berusaha bersama-sama dia, (Ibrahim) berkata: 

Baca Yang lain

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (1)

Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (1) Dengan melewati ujian seperti ini, manusia akan mencapai tingkat makrifat, keikhlasan, dan kedekatan kepada Allah di mana ia bukan hanya meninggalkan keterikatan, tetapi juga melewati batas dirinya. Dalam kedudukan ini, manusia menjadi “Khalilullah” – kekasih Allah.

Baca Yang lain

Al Mutawaffa dalam Kisah Nabi Isa

Al Mutawaffa dalam Kisah Nabi Isa kesalahan sebagian penerjemah dalam menerjamahkan ayat Al-Qur’an dalam menerjemahkan kata “mutawaffiika” dengan arti “mematikanmu” memunculkan banyak pertanyaan. Meskipun banyak juga yang menerjemahkan ayat di atas dengan terjemahan yang tidak bertentangan dengan tetap hidupnya Nabi Isa As. Misalnya ayat itu diterjemahkan: “Dan ingatlah ketika Allah Swt berkata kepada Nabi Isa As: “Aku akan mengambilmu (dari dunia dan dari antara orang-orang yang ada di sekitarmu) dan mengangkatmu ke sisi-Ku.”.”

Baca Yang lain

Nabi Khidir Membunuh Seorang Remaja Yang Tidak Berdosa?

Nabi Khidir Membunuh Seorang Remaja Yang Tidak Berdosa? Kesimpulannya bahwa salah satu hikmah mengapa anak tersebut tidak diberikan kesempatan dalam menjalani hidupnya adalah lahirnya generasi nabi-nabi yang agung dari kedua orang tuanya. Jelas bahwa sunnah Ilahi berkaitan dengan keimanan datuk para nabi tersebut. Oleh sebab itu jika anak tersebut hidup maka akan menyebabkan kedua orang tuanya kafir dan akan menghalangi jalannya sunnah Ilahi tersebut.

Baca Yang lain

Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (2)

Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (2) Ada dua pendapat tentang tamtsil (alegoris) dalam al-Quran yaitu bahwa pertama bahwa tamtsil itu sekedar perumpaan belaka (fiktif) dan demi untuk menurunkan konsep-konsep yang berat sementara pendapat kedua mengatakan bahwa tamtsil di dalam al-Quran memang berbicara tentang suatu fakta yang ada.  

Baca Yang lain

Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (1)

Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (1) Atas dasar asumsi-asumsi di atas maka bisa disimpulkan bahwa perintah sujud itu bukan tasyri dan bukan takwini dan dan juga tidak mungkin bisa dibayangkan ada bentuk ketiga atau perintah lain karena kedua-duanya tidak bisa disatukan.

Baca Yang lain

Ini Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Nabi Isa (1)

Ini Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Nabi Isa (1) Al-Qur'an telah memperkenalkan Al-Masih (saw) dengan banyak sifat, ada yang merupakan pemberian dan ada pula yang diperoleh, dan adanya ciri-ciri ini menunjukkan perwalian penuhnya.  

Baca Yang lain

JESUS DAN GIGI KUCING

JESUS DAN GIGI KUCING Nabi Isa AS justru berucap, "Giginya putih" memuji bangkai itu. Seketika mereka tersentak lalu terdiam dan menundukkan kepala.

Baca Yang lain