Kenabian
Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- soleh lapadi
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa berkata kepada Imam Mahdi, “Sesungguhnya aku diutus sebagai wakil, bukan sebagai pemimpin dan penguasa.” (Mulahim, Ibn Tawus, hlm. 83; dan Al-Fitan, Ibn Hammad, hlm. 160)
Akankah Al-Mahdi dan Al-Masih Muncul Bersamaan? (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- soleh lapadi
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa berkata kepada Imam Mahdi, “Sesungguhnya aku diutus sebagai wakil, bukan sebagai pemimpin dan penguasa.” (Mulahim, Ibn Tawus, hlm. 83; dan Al-Fitan, Ibn Hammad, hlm. 160)
Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Dalam tradisi Syiah, Imam adalah hujjah Allah di bumi—pemegang otoritas ilahiah setelah Rasul. Ma‘rifat Imam tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan ma‘rifat Allah dan Rasul. Seperti ditegaskan Imam, bila seseorang tidak mengenal hujjah di zamannya, maka ia “tersesat dari agamanya”. Konsep ini sejalan dengan hadis masyhur Nabi saw:
Hierarki Ma‘rifat: Allah, Rasul, dan Hujjah (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Adlany Ph. D.
Imam al-Ṣhadiq as memulai doa dengan permohonan agar Allah memperkenalkan diri-Nya terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan prinsip Qur’ani:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah.” (QS. Muhammad [47]: 19)
Filosofi Wahyu Ilahi: Ketika Langit Berbicara kepada Bumi
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhamad adlani
Filosofi wahyu tidak sekadar bertanya, “Apakah wahyu itu benar?” tetapi juga, “Apa makna wahyu bagi eksistensiku?” Di tengah gelombang relativisme moral dan kekosongan spiritual zaman ini, wahyu hadir sebagai cahaya yang menuntun—dari yang tak terlihat menuju yang nyata, dari yang tak terbatas ke dalam ruang hati manusia.
KELAHIRAN WAHYU
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhsin labib
Karena itu, ketika membncangkan Muhammad dan manusia-manusia suci, dari kelahiran lalu kehidupan hingga kematiannya, maka yang menjadi epicentrumnya adalah eksistensi Tuhan yang transenden dan immanen.
Anak-anak Adam dengan siapa mereka menikah?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- I quest
Dengan siapa Habil menikah? Generasi manusia bagaimana bisa berkembang setelah mereka?
Jawaban Global
Berkenaan dengan pernikahan anak-anak Adam terdapat dua pandangan di kalangan ulama Islam:
Bagaimana Cara Membuktikan Kenabian?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- erfan.ir
* Terjadinya perkara yang keluar dari kebiasaan adat seperti ini dapat dijadikan dalil atas kebenaran klaim seorang nabi. Perkara inilah yang dinamakan mukjizat.
Relevansi Kurban dengan Kehidupan Kontemporer dan Etika Sosial
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Abu Mahdi
Dalam perjalanan tasawuf, seorang salik harus melewati dirinya sendiri, meninggalkan keterikatan, dan mencapai keadaan fana. Kurban Nabi Ibrahim adalah simbol dari fana fi Allah. Rumi dalam Matsnawi berkata: “Wahai ayah, Ibrahim telah datang, tinggalkanlah Ismail dalam dirimu, meskipun secara lahiriah itu Ismail.
Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (5)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- abu mahdi
Pendidikan Melalui Kepasrahan: Perkataan Ismail as “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu” mencerminkan kepribadian yang terbina dalam tauhid. Etika kepasrahan ini merupakan hasil dari pendidikan dalam lingkungan iman dan pengetahuan.
Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (4)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- abu mahdi
Dalam pandangan para Imam Ahlulbait as, ibadah kurban bukan sekadar ritual fisik, melainkan sarat dengan makna spiritual yang mendalam. Imam Ja’far ash-Shadiq as menjelaskan bahwa Allah tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung hikmah, dan hikmah dari kurban adalah untuk menumbuhkan sikap berserah diri, mengakui rububiyah Allah, serta menyucikan jiwa dari kelalaian dalam penghambaan.
Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- abu mahdi
Dalam Al-Qur’an, konsep tazkiyah menempati kedudukan yang sangat tinggi sebagaimana disebutkan: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9)
Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Abu mahdi
Dalam Surat Ash-Shaffat ayat 99–107, peristiwa kurban dijelaskan secara rinci. Setelah bertahun-tahun berdoa, Allah Swt mengaruniakan seorang anak yang saleh kepada Nabi Ibrahim. Ketika Ismail mencapai usia remaja, Ibrahim bermimpi bahwa ia harus menyembelih anaknya: “Maka ketika anak itu telah sanggup berusaha bersama-sama dia, (Ibrahim) berkata:
Menyembelih Ego, Meraih Kesucian dan Keridhoan: Pelajaran Agung dari Kisah Kurban Nabi Ibrahim AS (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Abu mahdi
Dengan melewati ujian seperti ini, manusia akan mencapai tingkat makrifat, keikhlasan, dan kedekatan kepada Allah di mana ia bukan hanya meninggalkan keterikatan, tetapi juga melewati batas dirinya. Dalam kedudukan ini, manusia menjadi “Khalilullah” – kekasih Allah.
Al Mutawaffa dalam Kisah Nabi Isa
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
kesalahan sebagian penerjemah dalam menerjamahkan ayat Al-Qur’an dalam menerjemahkan kata “mutawaffiika” dengan arti “mematikanmu” memunculkan banyak pertanyaan. Meskipun banyak juga yang menerjemahkan ayat di atas dengan terjemahan yang tidak bertentangan dengan tetap hidupnya Nabi Isa As. Misalnya ayat itu diterjemahkan: “Dan ingatlah ketika Allah Swt berkata kepada Nabi Isa As: “Aku akan mengambilmu (dari dunia dan dari antara orang-orang yang ada di sekitarmu) dan mengangkatmu ke sisi-Ku.”.”
Nabi Khidir Membunuh Seorang Remaja Yang Tidak Berdosa?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Kesimpulannya bahwa salah satu hikmah mengapa anak tersebut tidak diberikan kesempatan dalam menjalani hidupnya adalah lahirnya generasi nabi-nabi yang agung dari kedua orang tuanya. Jelas bahwa sunnah Ilahi berkaitan dengan keimanan datuk para nabi tersebut. Oleh sebab itu jika anak tersebut hidup maka akan menyebabkan kedua orang tuanya kafir dan akan menghalangi jalannya sunnah Ilahi tersebut.
Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (2)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc - jakarta
Ada dua pendapat tentang tamtsil (alegoris) dalam al-Quran yaitu bahwa pertama bahwa tamtsil itu sekedar perumpaan belaka (fiktif) dan demi untuk menurunkan konsep-konsep yang berat sementara pendapat kedua mengatakan bahwa tamtsil di dalam al-Quran memang berbicara tentang suatu fakta yang ada.
Kisah Sujudnya Iblis Kepada Manusia, Fakta atau Fiktif? (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- icc-jakarta
Atas dasar asumsi-asumsi di atas maka bisa disimpulkan bahwa perintah sujud itu bukan tasyri dan bukan takwini dan dan juga tidak mungkin bisa dibayangkan ada bentuk ketiga atau perintah lain karena kedua-duanya tidak bisa disatukan.
Ini Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Nabi Isa (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
Al-Qur'an telah memperkenalkan Al-Masih (saw) dengan banyak sifat, ada yang merupakan pemberian dan ada pula yang diperoleh, dan adanya ciri-ciri ini menunjukkan perwalian penuhnya.
JESUS DAN GIGI KUCING
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Nabi Isa AS justru berucap, "Giginya putih" memuji bangkai itu. Seketika mereka tersentak lalu terdiam dan menundukkan kepala.

