Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Mengapa Perlu Menghidupkan Majelis Asyura?

0 Pendapat 00.0 / 5

Majelis Asyura adalah majelis yang dibuat oleh pecintapecinta Imam Husain as di malam-malam pertama bulan
Muharram untuk mengenang peristiwa tragis dalam dunia
Islam, terbantainya keluarga Nabi Muhammad saw
di Padang Karbala tahun 61 H silam.
Majelis ini dimulai dari 1 Muharram sampai pada puncaknya
10 Muharram yang dikenal dengan sebutan Hari Asyura.
Pada sebagian tempat tetap dilanjutkan untuk malam ke 11
dan 12. Untuk di Iran, majelis ini terselenggara di masjidmasjid dan husainiyah-husainiyah seusai salat Isya. Diantara
agenda terpenting dari majelis asyura adalah penyampaian
ceramah.


Kisah-kisah dari para pelakon Karbala mengalir dari lisan
para penceramah, baik yang antagonis maupun dari para
pahlawan Karbala, sebab dari keduanya kita bisa mengambil
ibrah dan untuk tahu, hakekatnya posisi kita berada di mana,
di kafilah Imam Husain as atau bersama dengan para
musuhnya.


Peristiwa Asyura bukan episode masa silam yang terputus
kaitannya dengan kekinian. Melainkan sejatinya tetap terjadi
sampai hari ini. Inilah makna dari semboyan, Kullu Yaumin
Asyura, Kullu Ardin Karbala, semua hari adalah Asyura,
semua tempat adalah Karbala. Setiap hari kita sedang dalam
pertarungan dan setiap tempat adalah medan pertempuran.
Dengan hadir pada majelis Asyura dan merawat kenangan
atas peristiwa tragis yang menimpa keluarga Nabi saw, kita
akan sadar betapa Islam terus berada dalam bahaya dan
ancaman kepunahan.


Kita akan tahu, bahwa tanpa pengorbanan dan nilai-nilai
altruisme dari Imam Husain as, keluarga dan pembelanya,
Islam Muhammadi hanya akan tinggal nama, tergantikan oleh
Islam Umawi yang menjadikan Islam hanya kedok untuk
mengeruk keuntungan duniawi dan mempertahankan
status quo.

 

Majelis Asyura berperan untuk menarik adegan-adegan di
Karbala pada konteks kekinian, tentang bagaimana
memberikan gambaran utuh etos perlawanan sekaligus
menunjukkan kekonsistenan Imam Husain as dan pahlawan
Karbala dalam menentang rezim yang zalim.

Petikan jawaban tegas Imam Husain as yang diabadikan
dalam lembar-lembar kitab sejarah ketika diminta untuk
memberikan baiatnya pada kekhalifahan Yazid bin Muawiyah,
"Orang seperti aku, tidak akan memberikan baiat pada orang
seperti Yazid", menunjukkan bahwa Imam Husain as
memberikan pelajaran moral, bahwa siapapun yang mengaku
pengikut, pecinta, pembela dan mentautkan dirinya hendak
menjadi seperti dirinya, maka tidak akan memberikan baiat,
persetujuan apalagi berada dalam barisan penguasa zalim
seperti Yazid.


Majelis Asyura mengingatkan, disetiap hari akan
bermunculan Yazid-Yazid baru, dan disetiap tempat akan
berkuasa Yazid-Yazid baru, karena itu Majelis Asyura penting
dihidupkan, disemarakkan dan diramaikan, yang darinya
diharap bisa lahir Husain-Husain baru, yang tidak hanya
berdiri tegak menentang kezaliman Yazid namun menjadi
pioner keruntuhan otoritarianisme.

 

Majelis Asyura berperan menghidupkan kembali teologi
pembebasan Islam. Bahwa hakekat Islam sejatinya adalah
membebaskan manusia pada penghambaan pada manusia
lainnya, dan hanya menghambakan diri pada Allah swt.
Sehingga dengan semangat itu wajar jika Anbiyah as dan
orang-orang salih menjadi agen pembebasan di tempat dan


masanya masing-masing. Bagaimana Nabi Ibrahim as muncul
menjadi sosok yang menakutkan bagi raja Namrudz, Nabi
Musa as yang membebaskan Bani Israil dari kezaliman
Firaun, Nabi Isa as menjadi ancaman bagi kedigdayaan
emperium Romawi dan Nabi Muhammad saw yang
membawa kabar buruk bagi semua penguasa zalim.

 

Kesaktian Majelis Asyura telah memberi bukti. Di Iran,
dengan semangat Husaini, tanpa kekuatan senjata,
kekuasaan despotik Pahlevi yang sempat merayakan 2500
tahun Imperium Persia kini tinggal nama dalam lembaran
sejarah.


Majelis Asyura bukan sekedar majelis tempat mengenang
duka Ahlulbait as semata. Bukan sekedar tempat
menumpahkan airmata kesedihan turut merasakan kepedihan
Sayidah Fatimah sa atas terbantainya putra kesayangan.
Majelis Asyura bukan sekedar itu.

 

Majelis Asyura adalah majelis perlawanan. Tempat anak-anak
muda dididik dan dikader dengan semangat pemberontak.
Majelis yang memproduksi pemahaman keagamaan bahwa
Islam adalah teologi pembebasan yang harus memberikan
pembelaan pada mereka yang tertindas dan terpinggirkan
secara sosial.

Majelis yang memperkenalkan setan dan iblis bukan hanya
sebagai makhlus halus melainkan juga kekuasaan yang
memperkosa nilai-nilai kemanusiaan. Majelis yang merawat
ingatan bahwa unsur dari setiap adegan yang terjadi pada
peristiwa Asyura adalah kekuatan gerakan.


Majelis Asyura mendedahkan, prinsip dari perlawanan Imam
Husain as di padang Karbala di Hari Asyura adalah demi
tegaknya keadilan, penentangan pada kezaliman dan
kembalinya ruh agama sebagai kekuatan radikal dan
progresif dalam membebaskan mereka yang tertindas.


Mari menghidupkan Majelis Asyura, meski rezim zalim dan
para pengikutnya tidak suka. Minimal hidupkan di hatimu.
Agar api Islam turut berkobar di hatimu.