Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Takut Mendapat Perintah Pembunuhan, Sulaiman bin Abdul Wahab Pindah Ke Madinah untuk Tetap Dapat Menasehati Saudaranya Muhammad bin Abdul Wahab

1 Pendapat 05.0 / 5

Setelah pada beberapa seri sebelumnya pembahasan berkutat di seputar pandangan para ulama terkait fenomena sosok Muhammad bin Abdul Wahhab, tulisan kali ini akan beralih pada pembahasan sikap serta tindakan yang diambil oleh para ulama dalam menyikapi pemikiran serta sepak terjang Muhammad bin Abdul Wahhab.

Tulisan  ini dengan sendirinya akan memberikan gambaran sejauh mana para ulama menyikapi keberadaan sosok Muhammad bin Abdul Wahab serta pemikirannya.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan seorang ulama kenamaan Ahlussunnah ada mencatat aksi nyata yang diambil oleh ulama dalam menghadapi tindakan pendiri golongan Wahabi ini.

Sulaiman bin Abdul Wahab; saudra Muhammad bin Abdul Wahab, dalam usahanya menasehati dan mengembalikan saudaranya ke jalan yang lurus sampai mengalami pertikaian yang cukup serius dengannya hingga memaksa beliau pindah domisili untuk menjaga keselamatannya.

Demikian Sayyid Zaini Dahlan merekam peristiwa tersebut:

“Ketika perselisihan antara Sulaiman dan saudaranya Muhammad berlarut-larut untuk waktu yang lama, Sulaiman terpaksa pindah ke Madinah karena takut saudaranya akan mengeluarkan perintah pembunuhannya. Kemudian ia mengirim surat untuk membantah pendapatnya, namun dia tidak mengindahkan hal tersebut. Banyak juga cendekiawan Hanbali dan non-Hanbali yang  menulis dan mengirim surat kepadanya, tetapi ia tidak bergeming sama sekali.[1]”

Literatur ini mencatat bahwa Sulaiman bin Abdul Wahab telah melakukan banyak hal untuk kebaikan saudaranya, hinggga terjadi pertikaian hebat di antara keduanya.

Perselisihan tersebut sampai pada titik di mana Sulaiman bin Abdul Wahab terpaksa meninggalkan kediamannya dan pindah ke Madinah karena khawatir saudaranya memberi perintah untuk membunuhnya.

[1] Zaini Dahlan, Sayyi Ahmad bin Sayyid Zaini Dahlan, al-Durar al-Saniyyah Fi al-Rad Ala al-Wahabiyah, hal: 105, cet: Dar Ghar Hira.