Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah As’at bin Zurarah Masuk Islam

1 Pendapat 05.0 / 5

Suatu hari, As’ad ibn Zurarah mendatangi rumah sahabatnya, Utbah ibn Rabi’ah di kota Mekkah dan meminta bantuannya untuk menyelesaikan konflik di antara dua kabilah. Namun, Utbah berkata, “Hari ini kami menghadapi sebuah masalah baru yang telah menyita waktu kami sehingga kami tidak memiliki kemampuan untuk menolong kalian.”

As’ad kemudian bertanya, “Apa masalah kalian bukankah engkau hidup di tempat yang aman?” Utbah menjawab, “Seorang pria telah muncul di tengah kami yang mengaku sebagai utusan Tuhan, ia menyebut kami tidak menggunakan akal, melecehkan para tuhan dan berhala kami, masyarakat kami terpecah-belah dan pemuda kami menjadi rusak.”

As’ad dengan heran kembali bertanya, “Dari kabilah mana ia berasal?” Utbah menjelaskan, “Dia putra dari Abdullah ibn Abdul-Muttalib dan kebetulan dari sebuah keluarga terpandang. Dia sekarang datang ke Masjidil Haram, jika engkau ingin ke sana, jangan dengarkan ucapannya dan jangan bertutur satu kata pun dengannya, karena ia penyihir yang pandai.”

“Aku harus ke sana karena aku sudah berihram dan akan melakukan thawaf di Ka’bah,” ujar As’ad. Sahabatnya itu lalu menimpali, “Kalau begitu, letakkan sedikit kapas di telingamu sehingga ucapannya tidak terdengar olehmu.”

As’ad ibn Zurarah memasuki Masjidil Haram dengan menyumpal kedua telinganya dengan kapas dan memulai thawaf di Ka’bah. Ia menyaksikan Muhammad di samping Ka’bah bersama sekelompok orang yang sedang mendengarkan ucapannya. As’ad melirik sekilas dan cepat-cepat berlalu. Pada putaran kedua, As’ad bergumam dalam hatinya, “Tidak ada orang yang lebih bodoh dari aku, bagaimana mungkin sebuah cerita penting sedang diperbincangkan di Mekkah, sementara aku tidak tahu apa-apa tentangnya.”

As’ad kemudian menyingkirkan kapas dari telinganya dan duduk di sekitar Muhammad untuk mendengarkan ucapannya. Ia tidak menemukan apa yang disebut sihir atau sulap. Apa yang ia dengar adalah cahaya petunjuk yang menerangi hatinya dan diterima oleh akalnya. Ia datang mendekat dan bertanya, “Kemana engkau mengajak kami?” Muhammad dengan tenang berkata, “Aku mengajak kalian pada tauhid dan aku adalah utusan Tuhan.” Muhammad lalu membacakan ayat 151 sampai 153 surat al-An’am.

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151) وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (152) وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153)

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah.

Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat, dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-an’am; 151-153)

As’ad ibn Zurarah terpesona oleh lantunan ayat-ayat al-Quran. Hatinya terguncang dan berteriak, “La ilaha illallah Muhammadur rasulullah.” Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah. []