Zainab Al-Kubra, Kualitas Manusia Sempurna (2)
Zainab al-Kubra merupakan manusia sempurna yang memiliki berbagai keutamaan yang telah dijelaskan dalam berbagai riwayat. Berbagai gelar yang disematkan kepada beliau juga telah menunjukkan keagungan dan kesempurnaanya.
Berilmu Tanpa Belajar (‘Alimah Ghair Muta’allimah)
Julukan kehormatan ini dianugrahkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as kepada beliau. Jelas penganugrahan gelar tersebut bukan atas dasar nepotisme karena beliau adalah bibinya akan tetapi atas dasar kedudukan tinggi yang memang dimiliki oleh Zainab al-Kubra. Imam Ali Zainal Abidin as mengetahui keutamaan, kedudukan dan kemuliaan yang dimiliki bibinya. Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Wahai bibiku…dan engkau, alhamdulillah, berilmu tanpa ada yang mengajarimu dan memahami sesuatu permasalahan tanpa ada yang memahamkannya.” [4]
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Alquran dan hadis, salah satu bentuk kesempurnaan manusia adalah derajat keilmuan yang dimilikinya. Ilmu merupakan salah satu sumber kesempurnaan manusia dan merupakan santapan ruh. Ilmu merupakan salah satu sumber kemulian dan keagungan manusia. Alquran dengan jelas menerangkan tentang perbedaan kedudukan orang yang berilmu dan tidak berilmu, “Adakah sama kedudukan orang-orang yang mengetahui (berilmu) dan orang-orang yang tidak mengetahui (berilmu)?”[5]
Dalam ayat tersebut Allah tidak dalam rangka bertanya kepada manusia apakah sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui. Akan tetapi pertanyaan yang merupakan sebuah pernyataan yang menjelaskan bahwa kedudukan orang yang berilmu dan tidak berilmu tidaklah sama, dalm istilah tata Bahasa Arab disebut dengan ‘istifham taqrir.
Banyak hadis yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Ilmu merupakan salah satu sumber kesempurnaan, kemuliaan, derajat tinggi bagi manusia sehingga Islam selalu memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Namun, Zainab al-Kubra memiliki kesempurnaan tersebut tanpa ada yang mengajarinya sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Ali Zainal Abidin as. Beliau berilmu tanpa belajar, apa itu bukan merupakan suatu kedudukan yang sangat agung? Karena tidak semua orang dapat mencapai maqam dan kedudukan tersebut. Beliau merupakan salah satu perwujudan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, “Ilmu adalah cahaya yang disematkan Allah Swt pada hati orang-orang yang dikehendaki-Nya.”[6]
Pada masa pemeritahan Imam Ali as, Zainab al-Kubra bersama keluarganya tinggal di Kufah. Saat itu, penduduk Kufah mendatangi Imam Ali as dan memohon kepadanya agar Zainab al-Kubra mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada istri dan anak-anak perempuan mereka. Imam Ali as menerima permohonan tersebut dan Zainab al-Kubra pun mengajari mereka. Sejarah membuktikan dalam tempo empat tahun atau lebih, banyak para perempuan yang berguru dan belajar kepada beliau.
Suatu hari, Imam Ali as mendengar Zainab al-Kubra mengajarkan tafsir huruf-huruf muqatta’ah (yang terpotong-potong) dari Alquran, khususnya tentang huruf permulaan surat Maryam, yaitu huruf ‘Kaaf, Haa, Yaa, Ain Shaad‘. Usai mengajar, Imam Ali as menghampirinya dan berkata, “Wahai cahaya mataku, tahukah bahwa huruf-huruf ini (Kaaf, Haa, Yaa, Ain, Shaad) merupakan kunci rahasia peristiwa yang akan menimpa engkau dan saudaramu, Husein di Karbala?”
Kemudian Imam Ali as menjelaskan kepadanya tentang tragedi Asyura yang akan menimpanya.[7]
Derajat keilmuan beliaupun telah terbukti ketika beliau berdebat dan berdialog dengan Ibnu Ziyad, Gubernur Kufah. Beliau menjawab dengan tangkas segala pernyataan Ibnu Ziyad. Sampai akhirnya Ibnu Ziyad marah kepadanya, karena setiap ia berkata, Zainab as dengan tangkas telah mematahkan segala argumennya. Sampai akhirnya Ibnu Ziyad tidak mampu lagi berdebat dengannya dan berkata, “Sumpah demi Tuhan, perempuan ini penyair dan pandai berbicara seperti ayahnya.”[8] Begitu pula khutbah-khutbah beliau lainnya yang disampaikan di Kufah maupun di Syam.
[1] Muhammad Kazim Qazwini, Zainab al-Kubra minal Mahdi ilal Lahdi, hal:33-34.
[2] Muhammad Kazim Qazwini, Zainab al-Kubra minal Mahdi ilal Lahdi, hal; 427.
[3] Muhammad Kazim Qazwini, Zainab al-Kubra minal Mahdi ilal Lahdi, hal: 39.
[4] Ihtijajul Thabarsi, hal 166; Safinatul Bihar, jil 1, hal 557
[5] QS. az-Zumar:9
[6] Muntakhab Mizan al-Hikmah, bab ilmu, hal 404
[7] Sayyid Nuruddin Jazairi, Khashaishu Zainab, hal 82-83
[8] Muhammad Kazim Qazwini, Zainab al-Kubro minal Mahdi ilal Lahdi, hal:348