Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sosok Sayidah Fathimah Zahra as di Sisi Para Imam, Sahabat dan Para Ahli Sejarah

0 Pendapat 00.0 / 5

Sayidah Fathimah s.a. adalah putri Nabi Muhammad Saw dari Khadijah al-Kubra s.a. dan istri Imam Ali a.s. serta ibu dari para imam suci Ahlulbait. Kemuliaannya sebagai wanita agung penghulu seluruh alam tak terbantahkan. Berikut kutipan pujian dari para imam, sahabat dan ahli sejarah.

Imam Ali bin Husain Zainal Abidin a.s. berkata: “Tidak ada seorang pun putra Rasulullah Saw dari Khadijah lahir di atas fitrah Islam kecuali Fathimah.” (Raudhatul-Kafi, hal. 536)

Imam Muhammad Baqir a.s. berkata: “Demi Allah, Allah Swt telah menyapihnya dengan ilmu.” (Kasyful-Ghummah, 1/463)

Imam Abi Abdillah Shadiq a.s. berkata “Sungguh beliau dinamakan Fathimah karena tidak ada makhluk yang mampu mengenali (hakikat)nya.” (Biharul-Anwar, 43/19)

Dari Ibnu Abbas yang meriwayatkan pada suatu hari Rasulullah Saw sedang duduk di samping Imam Ali, Sayidah Fathimah, Imam Hasan dan Husain a.s. lalu bersabda: “Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa mereka adalah Ahlulbaitku dan manusia paling mulia bagiku. Maka cintailah orang yang mencintai mereka dan murkailah orang yang memurkai mereka, kasihanilah orang yang mengasihi mereka dan musuhilah orang yang  memusuhi mereka dan tolonglah orang yang menolong mereka. Jadikanlah mereka orang-orang yang tersucikan dari segala kotoran dan terjaga dari semua dosa dan kuatkanlah mereka dengan Ruh suci dari-Mu.” (Biharul-Anwar, 43/65)

Ummu Salamah berkata: “Fathimah binti Rasulullah Saw adalah manusia yang paling mirip wajahnya dengan Rasulullah Saw.” (Kasyful Ghummah, 1/471)

Aisyah berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih benar perkataannya dari Fathimah kecuali yang melahirkannya. Jika Fathimah menemui Rasulullah Saw, beliau berdiri mencium dan menyambutnya, memegang tangannya dan mendudukkannya di majelisnya. Sebaliknya, apabila Nabi menemuinya, Fathimah Zahra berdiri dari majelisnya lalu mencium beliau, memegang tangan ayahnya, dan mendudukkan beliau di majelisnya. Rasulullah Saw selalu mengkhususkan Fathimah Zahra dengan rahasianya dan mengadukan urusannya padanya.” (Taufiq Abu Alam, Ahlulbait, hal. 144)

Hasan Bashri berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini yang lebih tekun ibadahnya dari Fathimah a.s. Beliau senantiasa bangkit (untuk salat malam dan bermunajat) sampai kedua kakinya bengkak.” (Biharul Anwar, 43/84)

Abdullah bin Hasan yang masih belia tapi penuh wibawa menemui Umar bin Abdulaziz. Umar lalu menunda pertemuannya, menyambut Abdullah dan memenuhi keperluan-keperluannya. Kemudian Umar memegang lipatan perut Abdullah dan mencubitnya sampai membuatnya kesakitan seraya berkata pada Abdullah: “Sebutkanlah ketika (pemberian) syafaat.”

Maka ketika Abdullah keluar, keluarga Umar mencerca Umar bin Abdulaziz dan berkata: “Kamu lakukan ini terhadap anak yang masih belia?” Umar berkata: “Sesungguhnya tsiqah (orang yang dipercayai) meriwayatkan padaku sampai seakan-akan aku mendengarnya dari lisan Rasulullah Saw sabdanya ini, ‘Sesungguhnya Fathimah adalah darah dagingku. Siapa yang membuatnya gembira, dia membuat aku gembira’. Dan aku tahu bahwa andai kata Fathimah a.s. masih hidup niscaya apa yang aku lakukan terhadap anaknya membuatnya gembira.”

Keluarganya berkata: “Lalu apa arti cubitanmu terhadap perutnya dan arti perkataanmu?”

Umar berkata: “Tak seorang pun dari Bani Hasyim melainkan mempunyai syafaat maka aku berharap mendapat syafaatnya.” (Maqatil ath-Thalibin, hal. 124)

Ibnu Shabbag Maliki berkata: “Dan dia adalah putri dari seseorang yang diturunkan padanya (ayat), Mahasuci Allah yang telah memperjalankan… (QS. al-Isra: 1), matahari dan bulan yang ketiga, putri sebaik-baik manusia, yang lahir suci, penghulu wanita berdasarkan ijmak orang-orang yang benar pendapatnya.” (al-Fushul al-Muhimmah, hal. 141)

Hafiz Abu Na’im Isfahani berkata tentang beliau: “Dan di antara orang-orang dari golongan perempuan ahli ibadah dan suci dan orang-orang dari golongan perempuan suci dan bertakwa adalah Fathimah, rida Allah atasnya. Sayidah al-Batul, darah daging Rasulullah Saw yang paling  mirip dengan beliau, seorang perempuan yang menjauhkan  diri dari dunia dan kenikmatannya, dan mengetahui cacat-cacat dunia dan malapetakanya.” (Hilyatul-Awliya, 2/39)

Abdul Hamid bin Abi Hadid Muktazili berkata: “Rasulullah Saw menghormati Fathimah dengan penghormatan yang agung melebihi dari apa yang disangka oleh manusia, lebih dari kecintaan ayah pada anaknya. Beliau bersabda di hadapan khalayak khusus dan umum berkali-kali dan bukan sekali saja dalam kondisi yang berbeda-beda, ‘Sesungguhnya dia (Fathimah) adalah penghulu wanita semesta alam dan sesungguhnya dia sama seperti Maryam binti Imran. Jika dia lewat di suatu tempat, dari arah Arsy ada suara memanggil, Wahai penduduk langit, pejamkanlah mata kalian karena Fathimah binti Muhammad akan lewat.’”

Hadis-hadis ini termasuk hadis-hadis yang sahih dan bukan hadis dhaif. Berulang kali beliau bersabda: “Siapa yang menyakitinya, dia menyakiti aku dan siapa yang membuatnya murka, dia membuatku murka, dan sesungguhnya dia adalah darah dagingku, siapa yang meragukannya, dia meragukan aku.” (Syarh Nahjul-Balaghah, 9/193)

Ahli sejarah kontemporer Doktor Ali Hasan Ibrahim mengatakan: “Kehidupan Fathimah adalah lembaran unik dari lembaran-lembaran sejarah. Kita akan merasakan di dalamnya berbagai bentuk keagungan. Beliau tidak seperti Ratu Bilqis atau Cleopatra yang keagungan keduanya diperoleh dari istana yang besar, kekayaan yang melimpah  dan kecantikan tiada tara. Tetapi, kita berhadapan dengan pribadi yang mampu keluar dari tipuan dunia dan di sekeliling beliau terpancar cahaya hikmah dan keagungan. Hikmah yang rujukannya bukan pada kitab-kitab, para filosof atau ilmuwan melainkan pengalaman-pengalaman dari masa-masa penuh perubahan dan gejolak. Keagungannya tidak diperoleh dengan harta kepemilikan atau kekayaan tetapi datang dari kedalaman jiwa.” (Fathimah Zahra Bahjatu Qalbi al-Mushthafa, hal. 21)