Kualitas Spiritualitas Zainab Al-Kubra (2)
Banyak Beribadah (‘Abiidah)
Maqam penghambaan merupakan salah satu kedudukan tertinggi seorang mukmin sejati. Alquran sendiri telah menjelaskan bahwa salah satu falsafah penciptaan manusia dan jin adalah agar manusia dan jin mencapai maqam ubudiyah, “Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin melainkan untuk menyembah-Ku.”[QS. adz-Dzariyat:56]
Perwujudan penghambaan dan penyembahan Allah SWT ialah melalui ibadah, baik ibadah dalam makna khusus atau dalam makna umum. Ibadah dalam makna umum adalah melakukan segala perbuatan dengan niat karena Allah SWT. Sementara ibadah dalam arti khusus adalah melakukan ritual-ritual agama tertentu baik yang bersifat wajib maupun mustahab (sunah). Sejarah telah mencatat ibadah beliau lakukan, baik ibadah wajib maupun nafilah yang tidak pernah beliau tinggalkan meskipun dalam kondisi sulit. Bahkan pada malam Asyura beliau menghabiskan waktunya dengan shalat malam dan bermunajat kepada Kekasih Sejatinya, Allah SWT.
Ketika menggambarkan maqam ubudiyyah Zainab al-Kubra, Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Sesungguhnya bibiku Zainab telah mendirikan shalat wajib dan nafilahnya dalam keadaan berdiri. Namun kadang-kadang di sebagian rumah beliau lakukan dalam keadaan duduk. Ketika aku menanyakan sebabnya beliau menjawab: Aku melaksanakan shalat sambil duduk karena rasa lapar dan lemah yang amat sangat. Sebab selama tiga malam aku telah memberikan bagian makananku kepada anak-anak. Dalam sehari semalam, mereka hanya memakan sepotong roti.”[Sayyid Nuruddin Jazairi, Khashaishu Zainab, hal 120.]
Peristiwa ini terjadi ketika Zainab al-Kubra berada dalam kondisi tertawan dan diarak dari Kufah menuju menuju Syam. Teriknya matahari dan dinginnya malam telah menyiksa beliau dan rombongan tetapi beliau tidak meninggalkan shalat malamnya dalam kondisi sesulit itu.